Pencemaran air menyebabkan
terganggunya semua spesies mahluk hidup yang ada di planet bumi. Salah satu
sumber pencemaran air adalah deterjen. Detergen merupakan suatu senyawa kimia
yang keberadaannya sangat dekat dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan
deterjen selain untuk mencuci pakaian, juga untuk membersihkan alat-alat
kebutuhan rumah tangga dan industri. Limbah detergen industri laundry ini akan
menyebabkan turunnya kualitas bahan baku mutu perairan. Hal ini mengakibatkan
terjadinya penurunan keanekaragaman biota air salah satunya kematian beberapa
spesies ikan yang berada di ekosistem perairan.
Kata Kunci: Air, Limbah, Detergen, Ekosistem, Ikan
PENDAHULUAN
Pencemaran air menyebabkan
terganggunya semua spesies mahluk hidup yang ada di planet bumi. Sekitar 60%
spesies hewan dan tumbuhan terdapat di permukaan laut atau di dalam air.
Pencemaran air antara lain terjadi karena: Limbah industri yang dibuang ke
sungai atau perarian lainnya, yang menyebabkan ketidak seimbangan dan
menimbulkan kontaminasi bagi organisme di dalam atau di sekitarnya; Penggunaan
bahan kimia pertanian seperti insektisida, herbisida, dan fungisida di sekitar
tanaman juga menimbulkan pencemaran pada system air tanah; selain itu tumpahan
minyak di lepas pantai atau larutan berpotensi menimbulakan kerusakan permanen
pada badan pantai; sumber pencemaran lainya ialah kegiatan sehari hari seperti
mencuci pakaian dan peralatan di sekitar kolam, sungai atau danau. Melalui
aktifitas tersebut deterjen masuk ke system perairan, sebagai dampak sampingnya antara lain penyinaran matahari ke
permukaan air menjadi terhambat, selain itu menyebabkan berkurangnya kadar
oksigen perairan. Pencemaran air bukan hanya merugikan bagi biota perairan,
namun menvemari seluruh rantai pangan, yang lebih jauh lagi akan mengganggu
sediaan pangan untuk manusia. Pencemaran air juga berpotensi menimbulkan wabah
penyakit kolera dan diare, dimana mikroorganisme penyebab penyakit tersebut tumbuh
subur diperairan tercemar.
Salah satu sumber pencemaran air
adalah deterjen. Detergen merupakan suatu senyawa kimia yang keberadaannya sangat
dekat dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan deterjen selain untuk mencuci
pakaian, juga untuk membersihkan alat-alat kebutuhan rumah tangga dan industri.
Penggunaan deterjen per kapita bergerak sejalan dengan pertumbuhan gross
domestik product (GDP) setiap tahun, artinya semakin meningkat pendapatan
masyarakat , maka konsumsi deterjen juga meningkat. Data statistik menunjukkan
bahwa tahun 1998, konsumsi deterjen per kapita menjadi hanya 1,97 kg
dibandlngkan 2,46 kg pada tahun 1997, namun dengan membaiknya daya beli
masyarakat konsumsi deterjen meningkat menjadi 2,11 kg pada 1999, 2,26 kg pada
2001 dan 2,32 kg pada 2002 [21. Menurut hasil studi PT Corinthian Indopharma
Corpora (CIC) diperkirakan konsumsi deterjen per kapita tersebut akan terus
tumbuh hingga mencapai 2,44 kg pada 2004, seiring membaiknya kondisi
perekonomian dan pertambahaJ1 penduduk
PERMASALAHAN
Menurut Kirk dan Othmer, 1982 dalam Yuliani,
Rifky Luvia, 2016 detergen merupakan salah satu produk komersial yang digunakan
untuk menghilangkan kotoran pada pencucian pakaian di industri laundry maupun
rumah tangga. Umumnya detergen tersusun atas tiga komponen yaitu, surfaktan
(sebagai bahan dasar detergen) sebesar 20-30%, builders (senyawa fosfat)
sebesar 70-80 %, dan bahan aditif (pemutih dan pewangi) yang relative sedikit
yaitu 2-8%. Surface Active Agent (surfaktan) pada detergen digunakan untuk
proses pembasahan dan pengikat kotoran, sehingga sifat dari detergen dapat
berbeda tergantung jenis surfaktannya. Limbah detergen industri laundry ini
akan menyebabkan turunnya kualitas bahan baku mutu perairan. Hal ini mengakibatkan
terjadinya penurunan keanekaragaman biota air salah satunya kematian beberapa
spesies ikan yang berada di ekosistem perairan.
PEMBAHASAN
Limbah deterjen merupakan salah
satu limbah yang banyak mencemari badan perairan dan sumber utama dari limbah
deterjen ini berasal dari aktivitas rumah tangga. Hal ini dikarenakan peran
deterjen dalam kegiatan rumah tangga sangat beragam, selain digunakan untuk
mencuci pakaian, deterjen juga digunakan untuk mencuci peralatan rumah tangga.
Limbah atau sisa pemakaian deterjen yang masuk ke lingkungan perairan akan
mempengaruhi kualitas perairan dan akan berpengaruh terhadap keadaan ekosistem
di perairan tersebut (Sa’adah, 2009). Pencemaran air oleh deterjen diakibatkan
dari bahan utama penyusun deterjen tersebut yaitu Natrium Dodecyl Benzen
Sulfonat (NaDBS) dan Sodium Tripolyphospat (STPP) dimana kedua bahan tersebut
sulit untuk didegradasi secara alamiah (Sumarno dkk., 1996).
Pengaruh negatif detergen terhadap kondisi
fisik dan kimia perairan yang teraliri limbah dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung. Beberapa pengaruh limbah detergen terhadap lingkungan
antara lain gangguan terhadap estetika oleh adanya busa putih di permukaan
perairan, penurunan kadar oksigen terlarut perairan, perubahan sifat fisik dan
kimia air serta terjadinya eutrofikasi. Kandungan fosfat yang tinggi dapat
merangsang tumbuhnya gulma air (Bourdeau and Treshow, 1978). Peningkatan gulma
air akan menyebabkan peningkatan penguraian fosfat, dan penghambatan pertukaran
oksigen dalam air, sehingga kadar oksigen terlarut dalam air amat rendah
(mikroaerofil) (H. Sitorus, 1997). Semakin tinggi akumulasi detergen maka
semakin rendah pula suplai oksigen terlarut di dalam air. Hal ini menyebabkan
terganggunya proses respirasi pada ikan. Sehingga dampak yang paling buruk
adalah kematian pada ikan. Kematian yang terjadi dikarenakan berhentinya fungsi
kerja organorgan tubuh pada ikan akibat tidak terpenuhi oksigen pada proses
respirasi. Atau kandungan detergen yang toksik tidak bisa ditolerir oleh tubuh
ikan.
Bahan aktif dari deterjen seperti
Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) dapat menghancurkan sel, kemudian mengganggu
proses yang penting pada organisme. Insang sebagai organ yang penting memiliki
sifat sensitive yang tinggi terhadap racun di perairan. Kerusakan organ
respirasi ini disebabkan karena terjadinya iritasi pada permukaan insang
sehingga mengganggu proses respirasi. Selain merusak insang, deterjen juga
merusak indra perasa ikan sehingga ikan akan kesulitan dalam mencari makan.
Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar
oksigen terlarut dalam air tersebut, sehingga akan mengakibatkan kehidupan
dalam air yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya.
Selain itu kematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan
kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air. Akibat matinya bakteri-bakteri, maka
proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah
juga terhambat. Dengan demikian air limbah menjadi sulit terurai. Panas dari
industri juga akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah
tidak didinginkan dahulu.
Pengaruh detergen terhadap
lingkungan juga diketahui dengan melakukan uji biologis, misalnya terhadap ikan
dengan melihat mekanisme fisiologis dari sistem hidup, yang perlu
dipertimbangkan sebagai faktor yang terpengaruhi (Weiss dan Botts, 1957).
Rendahnya oksigen terlarut berpengaruh terhadap fungsi fisioligis ikan salah
satunya pada organ metabolisme tubuh. Fungsi fisiologi pada organ metabolisme
ini dapat diukur dengan perhitungan indeks fisiologi pada organ hati dan gonad.
Penurunan fungsi organ ini merupakan salah satu gangguan metabolisme tubuh.
Oleh karena itu, penurunan fungsi organ tersebut dapat dijadikan parameter
biologis mengenai pengaruh detergen terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan
nilai indeks fisiologi pada ikan. Menurut Tugiyono (2009) dalam Sopiah (2008)
analisis biomarker sebagai respon secara biologi terhadap pencemaran lingkungan
yang memberikan besarnya paparan dan pengaruh toksik bahan pencemar, yaitu
dengan menghitung indeks fisiologinya. Penentuan indeks fisiologi ini meliputi
Condition Factor (CF), Liver Somatic Index (LSI), dan Gonad Somatic Index (GSI)
merupakan bentuk analisis biomarker yang menjadi indikator kesehatan pada ikan
akibat adanya tekanan perubahan lingkungan (D. Webb, 2001).
Kesimpulan
Limbah
detergen sangat berbahaya terhadap ekosistem dalam air, pertumbuhan mahluk
hidup di dalam air menjadi terganggu. Dengan adanya limbah detergen dapat
menghambat masuknya sinar matahari pada permukaan air dan berkurangnya kadar
oksigen dalam air yang mengakibatkan kerusakan ekosistem dalam air, salah
satunya ikan. Analisis
biomarker dapatyang indikator kesehatan pada ikan akibat adanya tekanan
perubahan lingkungan dan dapat menjadikan parameter kerusakan yang diakibatkan
oleh pencemran lingkungan.
Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil. 2017. Kimia,
Industri dan Teknologi Hijau. Jakarta: Pantona Media
N.R.
Sa’adah dan P. Winarti., 2009, Pengolahan Limbah Cair Domestik Menggunakan
Lumpur Aktif Proses Anaerob. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang, [Online] Available: http://eprints.undip.ac.id/11591/
2/laporan_penlit_Puji_Rahmi.pdf.
Sopiah,
Nida, 2008, Pengelolaan Limbah Deterjen Sebagai Upaya Minimalisasi Polutan di
Badan Air dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan, Jurnal LIPI.
Sumarno,
I. Sumantri, dan A. Nugroho., 1996, Penurunan kadar detergen dalam limbah cair
dengan pengendapan secara kimiawi, Majalah Penelitian Lembaga Penelitian, 8
(30) : 25-35
Yuliani,
Rifky Luvia. 2016. Effect of Waste Laundry Detergent Industry Against Mortality
and Physiology Index of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus). Jurnal Sainmatika, Volume 3 Nomor 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.