Metode Pembuatan dan
Kerusakan Fisik Sediaan Tablet
ABSTRAK
Rute pemberian obat secara
oral sangan disukai oleh sebagain besar pengguna. Salah satu bentuk, sediaan
oral yang paling disukai adalah tablet. Tablet merupakan bentuk sediaan padat
yang mengandung bahan aktif dengan atau tanpa bahan pengisi. Pada artikel ini
akan akan dibahas mengenai metode umum pembuatan obat tablet , yaitu terdapat 3
metode diantaranya metode granulasi basah , metode granulasi kering dan metode
kempa langsung. Serta kemungkinan-kemungkinan masalah umum terjadinya kecacatan
fisik tablet yang sering ditemui bersama dengan penyebabnya dan cara
mengatasinya sumber masalah tersebut. Selama proses pembuatan, penyimpanan dan
pendistribusian tablet sering kali ditemui masalah kerusakan fisik tablet
seperti capping, lamination, cracking, chipping, stricking, picking, binding,
mottling, dan double impression, yang dapat mengurangi penerimaan oleh pengguna
dan keefektifan fungsional sediaan
Kata kunci: Tablet,
Metode Pembuatan, Kerusakan Fisik
PENDAHULUAN
Tablet merupakan salah satu jenis sediaan obat dengan rute
pemberiaan secara oral. Rute oral ini paling disukai karena tingkat
kenyamanan dan kepatuhan pasien sangat baik. Selain itu biaya
produksinya juga cukup rendah. Obat yang diberikan secara oral akan
terlarutkan (terdispersi molekuler) dalam cairan lambung
sebelum diabsorpsi ke dalam sirkulasi sitemik. Kecepatan disolusi
atau waktu yang dibutuhkan untuk obat melarut dalam cairan
pencernaan menjadi kecepatan pembatas (rate-limiting step) dari proses absorbsi.
Hal ini berlaku untuk obat yang diberikan dalam bentuk sediaan
padat oral seperti tablet (Shargel & Yu, 1999).
Sedangkan menurut (Ditjen POM, 1995) tablet adalah
bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan
tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab
dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.
Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan
tergantung pada desain cetakan.
Komposisi tablet pada umumnya disamping zat aktif, juga
mengandung zat pengisi, zat pengikat, zat penghancur dan zat pelicin.
Untuk tablet tertentu zat pewarna, zat perasa, dan bahan-bahan lainnya
dapat ditambahkan jika diperlukan dalam pembuatan tablet. Sustained release
merupakan salah satu contoh bentuk sediaan yang dirancang
untuk melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau
bertahap sehingga pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat (Ansel,
Allen & Popovich, 1999). Secara ideal, produk obat pelepasan terkendali
hendaknya melepaskan obat pada suatu laju yang konstan, atau laju orde nol
(Shargel & Yu, 1999).
Dari pendahuluan diatas dapat kita ketahui bahwa tablet
merupakan salah satu sediaan farmasi yang sering dijumpai dipasaran,
Bukan karena cara pembuatannya yang mudah atau simple, tetapi tablet juga
merupakan sediaaan yang paling stabil diantara sediaan farmasi sehinggga tablet
lebih sering diproduksi besar-besaran atau sekala besar oleh industri farmasi.
PERMASALAHAN
Tablet ideal umumnya
harus bebas dari kerusakan atau cact visual ataupun fungsional. Kemajuan
tenologi dan inovasi dalam pembuatan tablet tidak menjamin dapat mengurangi
masalah kerusakan tablet selama proses pembuatan, bahkan sebaliknya dengan
kemajuan teknologi dan inovasi dalam pembuatan tablet seringkali menyebabkan
meningkatnya masalah utama karena kompleksitas pencetakan tablet dan atau semakin
besarnya tuntunan criteria perimaan dari kualitas tablet yang diinginkan
Masalah dalam proses pembuatan tablet secara umum dapat disebabkan karena masalah dalam formulasiatau karena masalah dalam pengaturan peralatan dan atau keduanya. Dengan demikian masalah umumdalam proses pembuatan tablet dapat diklasifikasi sebagai berikut
1.
Kecacatan Tablet Terkait dengan Proses Pengempaan Tablet:
a. Capping
pemisahan sebagian atau seluruh mahkota atas atau bawah tablet dari badan utama tablet karena
adanya udara yang terjebak dalam massa cetak.
b. Lamination
pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih, lapisan terpisah secara horizontal karena adanya udara yang terjebak dalam massa cetak
c.
Cracking
Retak kecil dan halus yang diamati pada permukaan tengah atas dan bawah tablet, atau sangatjarang pada dinding samping tablet
2.
Kecacatan Tablet
yang Dipengaruhi oleh Eksipien:
a. Chipping
Rusaknya bagian tepi tablet, karena butiran tepi yang sangat kering.
b. Sticking
Bahan massa cetak tablet menempel pada dinding cetakan die
Karena massa cetak lengket dansebagian besar disebabkan oleh kelembapan berlebih
c. Picking
Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch.
d. Binding
Massa cetak yang akan dikempa melekat pada dinding ruang cetak pada saat proses
ejection karena massa cetak yang tidak kering atau kurangnya pemberian lubrikan
3.
Kecacatan Tablet
yang dipergaruhi oleh Lebih dari Satu Faktor :
a. Mottling
Keadaan dimana distribusi warna yang
tidak merata pada tablet, dengan tersapat bagian bintik bintik terang atau
gelap menonjol pada permukaan yang seragam
4. Kecacatan Tablet Terkait dengan Pengaruh Mesin :
Double Impression
Merupakan suatu kesan ganda pada permukaan tablet yang dibuat dengan punch yang berlogo hal ini terjadi karena adanya gerakan punch yang tidak terkontrol setelah pengempan
Berdasarkan macam-macam metode dalam tahapan proses pembuatan tablet
yang telah dibahas, maka dalam pemilihan penggunaannya harus memperhatikan
kelebihan dan kekurangan dari masing masing produk tersebut . Serta
mempertimbangkan kemungkinan- kemungkinan permasalahan penyebab
ketidaksempurnaan atau kecacatan tablet yang sering kali terjadi dalam proses
pembuatan tablet , penyimpanan , pendistribusian tablet dan cara mengatasinya
PEMBAHASAN
Komposisi
Tablet
Tablet
merupakan sediaan padat farmasi yang mengandung zat aktif, juga mengandung
sebagai berikut:
1. Zat berkhasiat/
zat aktif
Zat berkhasiat atau zat aktif jarang diberikan dalam
keadaan murni, tetapi harus dikombinasikan terlebih dahulu dengan zat-zat
yang bukan obat yang mempunyai fungsi khusus agar dapat dibentuk
menjadi sediaan tablet (Anief,1994).
2. Zat pengisi
Zat pengisi adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam
suatu formulasi tablet bertujuan untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet
sehingga sesuai dengan persyaratan, untuk membantu kemudahan dalam
pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Zat pengisi yang
biasa digunakan adalah pati (amilum), laktosa, manitol, sorbitol dan
lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).
3. Zat pengikat
Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau
retak, dan dapat dibentuk menjadi granul sehingga dapat dikempa atau
dicetak (Anief, 1994). Ada dua golongan bahan pengikat yaitu bahan gula
atau zat polimerik. Bahan polimerik terdiri atas dua kelas yaitu polimer alam
seperti pati, atau gom mencakup akasia, tragakan dan gelatin; dan polimer
sintetis seperti polivinil pirolidon, metil selulosa,
etil selulosa, dan hidroksipropilselulosa (Siregar dan Wikarsa, 2010)
4. Zat penghancur
(disintegran)
Zat penghancur dimaksudkan untuk memudahkan pecahnya
tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah
absorbsi (Lachman, dkk, 1994).
5. Zat pelicin
Zat pelicin adalah zat tambahan yang digunakan dalam
formulasi sediaan tablet untuk mempermudah pengeluaran sediaan tablet dari
dalam lubang kempa dan untuk mencegah tablet melekat pada dinding
lubang kempa. Zat pelicin yang biasa digunakan adalah talk, magnesium stearat,
kalsium stearat,natrium stearat, polietilen glikol, dan lain-lain (Siregar dan
Wikarsa, 2010).
Tujuan
dari penambahan zat tambahan seperti pewarna yaitu untuk mempercantik sediaan
tablet dan untuk menutupi atau mengisi cacat pada permukaan tablet yang
disebabkan oleh tahap pelapisan dasar serta memberikan warna yang diinginkan
pada sediaan tablet. Umumnya pewarnaan ditambahkan pada saat tablet sudah cukup
halus agar hasil akhir tablet tidak berbinik-bintik dan terjadi migrasi warna.
Penggolongan
Tablet
Sediaan
tablet memiliki berbagai macam bentuk dan penggolongannya yaitu
a. Tablet kempa atau tablet kempa
standar, yaitu
tablet oral tidak bersalut yang dibuat dengan pengempaan dan biasanya terdiri
atas zat aktif tunggal atau dalam kombinasi dengan eksipien. Metode umum
yang digunakan dengan granulasi basah, granulasi kering atau kempa langsung.
b. Tablet multi kempa atau tablet
kempa lapis ganda,
adalah tablet yang dibuat dengan lebih dari satu siklus kempa tunggal. Ada dua
kelompok tablet ini yaitu : tablet berlapis dan tablet yang disalut dengan
pengempaan.
c. Tablet aksi diperlama atau tablet
salut enterik,
bentuk sediaan ini dimaksudkan untuk melepaskan obat setelah beberapa waktu
tunda atau setelah tablet telah melewati satu bagian dari GIT ke
yang lain. Tablet salut enterik adalah tablet kempa konvensional disalut dengan
suatu zat seperti selak atau suatu senyawa selulosa, yang tidak terdisolusi
dalam lambung (suasana asam), tetapi terlarut dalam saluran usus (suasana
basa).
d. Tablet salut gula, adalah tablet kempa konvensional
yang disalut dengan beberapa lapisan tipis larutan gula berwarna atau tidak
berwarna. Tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan tablet yang elegan,
mengkilap, mudah untuk ditelan, secara luas digunakan dalam pembuatan
multivitamin dan kombinasi multivitamin mineral.
e. Tablet salut lapis tipis, adalah tablet kempa konvensional
disalut dengan film tipis polimerik larut-air diberi warna atau tidak diberi
warna yang terdisintegrasi segera dalam saluran cerna.
f. Tablet kunyah, tablet yang dimaksudkan dikunyah
dulu sebelum ditelan. Tablet kunyah harus mengandung bahan tambahan dasar yang
mempunyai rasa dan aroma yang menyenangkan.
g.
Tablet bukal, tablet berukuran kecil, datar, dan
dimaksudkan untuk tertahan di antara pipi dan gigi. Obat yang digunakan melalui
rute ini memiliki aksi sistemik cepat. Tablet ini dirancang untuk tidak
hancur namun perlahan-lahan larut.
h. Tablet sublingual, sama seperti tablet bukal hanya
saja penggunaannya di bawah lidah.
i. Troche atau Lozenges, tablet yang digunakan dalam rongga
mulut untuk memberikan efek lokal di mulut dan tenggorokan. Umumnya digunakan
untuk mengobati sakit tenggorokan atau mengontrol batuk pada saat flu. Dapat
berisi obat bius lokal, antiseptik, agen antibakteri, astringent dan antitusif.
j. Dental cones, Cone gigi, tablet yang dirancang untuk
ditempatkan pada socket kosong yang ada setelah pencabutan
gigi. Tujuan utamanya adalah untuk mencegah pertumbuhan mikroba
dalam socket atau mengurangi perdarahan.
k. Tablet implantasi, adalah tablet yang didesain dan
dibuat secara aseptik untuk implantasi subkutan pada hewan atau manusia.
Kegunaannya ialah memberikan efek zat aktif yang diperlama, sekitar satu bulan
sampai satu tahun.
l. Tablet vaginal, tablet yang dirancang utuk
terdisolusi lambat dan pelepasan obatnya dalam rongga vagina. Tablet lebar atau
berbentuk buah pir, digunakan untuk antibakteri, antiseptik dan mengobati
infeksi vagina.
m. Tablet effervescen, merupakan tablet yang
dirancang untuk menghasilkan larutan dengan cepat melalui pelepasan karbon
dioksida. Bila tablet ini dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi reaksi
kimia antara asam dan natrium bikarbonat sehingga terbentuk garam natrium
dari asam dan menghasilkan CO2 serta air.
n. Tablet dispensing, adalah tablet kempa yang biasanya
digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan solid dan cairan
o. Tablet hipodermik, adalah tablet kempa yang dibuat
dari bahan yang mudah larut atau larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya
untuk membuat sediaan injeksi hipodemik segar yang akan diinjeksikan.
p. Tablet triturat, adalah tablet kempa yang fungsinya
sama dengan tablet dispensing, berbentuk kecil umumnya silindris
dan digunakan untuk menyediakan zat aktif yang tepat dalam
peracikan obat. Biasanya mengandung zat aktif yang sangat toksik atau sangat
berkhasiat keras.
Cara Pembuatan Tablet
Tablet
dapat dibuat dengan 3 metode yaitu metode cetak langsung, metode granulasi kering,
metode granulasi basah.
Metode cetak langsung (direct granulation) atau kempa
langsung yaitu proses pembuatannya dengan cara pengempaan zat aktif dan bahan
tambahan secara langsung tanpa perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini
digunakan apabila sifat alirannya baik, dosis kecil, rentang dosis terapi
zat tidak sempit, zat aktif tidak tahan pemanasan dan lembab.
Metode granulasi kering (dry granulation) yaitu
proses pembuatannya dengan cara mencampurkan zat aktif dan bahan dalam keadaan
kering, untuk dikempa lalu dihancurkan menjadi partikel yang lebih besar dan
dikempa kembali untuk mendapatkan tablet yang memenuhi persyaratan. Prinsipnya
membuat granul yang baik dengan cara mekanis, tanpa pengikat dan
pelarut. Metode ini boleh digunakan apabila zat aktif memiliki sifat
aliran yang buruk (tidak amorf), zat aktif sensitif terhadap panas dan
lembab dan kandungan zat aktif dalam tablet tinggi.
Metode cetak langsung (direct granulation) atau kempa
langsung yaitu proses pembuatannya dengan cara pengempaan zat aktif dan bahan
tambahan secara langsung tanpa perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini
digunakan apabila sifat alirannya baik, dosis kecil, rentang dosis terapi
zat tidak sempit, zat aktif tidak tahan pemanasan dan lembab. Beberapa
zat seperti NaCl, NaBr, dan KCl dapat langsung dikempa, tetapi sebagian besar
zat tidak dapat langsung dikempa.
Evaluasi Tablet
Evaluasi tablet yang dilakukan adalah uji
keseragaman sediaan, uji kekerasan tablet, uji keregasan tablet, uji waktu
hancur, uji disolusi, uji penetapan kadar zat berkhasiat. Evaluasi ini
diterapkan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas atau mutu dari tablet yang
telah jadi
Alur
Produksi Tablet
Alur produksi tablet diawali dengan
penimbangan bahan baku. Tablet yang diproduksi dengan menggunakan
metode granulasi basah, dibuat mucilago terlebih dahulu (gelatin, CMC) sebagai
pengikat. Bahan-bahan yang termasuk fase dalam dicampur di mesin pencampur (mixer)
dengan menambahkan mucilago sedikit demi sedikit, kemudian dikeringkan di oven
(untuk granulasi basah). Bahan yang sudah dikeringkan digranulasi dengan
granulator. Granul yang didapat selanjutnya ditimbang dan dilanjutkan dengan
penambahan fase luar sesuai dengan bobot granul yang didapatkan. Granul yang
diperoleh dilakukan pemeriksaan meliputi pemeriksaan kadar air dan kadar zat
aktif, jika hasil pemeriksaan memenuhi persyaratan, granul dicetak menjadi
produk ruahan. Tablet yang dihasilkan diuji kekerasan tablet, kerapuhan
(abrasi), bobot rata-rata, disolusi, waktu hancur dan kadar zat aktif pada
waktu-waktu tertentu. Untuk tablet salut, proses pembuatan dilanjutkan dengan
penyalutan tablet menggunakan mesin penyalut. Tablet yang dihasilkan dikemas
dengan kemasan primer berupa kemasan strip atau dalam botol, kemudian dikemas sekunder dan dilakukan pemeriksaan
kemasan. Setelah proses produksi selesai, dibuat berita acara pembuatan tablet.
Produk yang sudah dikemas dan memenuhi syarat dapat dikirim ke unit gudang obat
jadi. Alur kegiatan produksi tablet dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
KESIMPULAN
Tablet merupakan sediaan oral yang paling umum dan sering
digunakan diantara bentuk sediian oral lain . Hal ini disebabkan karena tablet
merupakan bentuk sediaan yang nyaman digunakan dalam hal pengobatan sendiri,
kemudahan pembeian, ketepatan dosis yang lebih akurat, penghindaraan rasa
sakit, fleksibilitas dan relative lebih efisien dalam proses pembuataannya
sehingga dapat meminimalkan harga jual. Namun ketidaksempurnaan fisik tablet (Visual
Defect) selama proses pembuatan,penyimpangan atau pendistribusian seringkali
ditemui, dan dapat mengurangi nilai penerimaan oleh pengguna dan keefektifan
produk. Oleh karena itu dalam ulasan ini telah dibahas kemungkinan masalah umum
yang sering terjadi dalam proses pembuatan tablet, penyebab, dan tindakan untuk
mengatasi visual deect tersebut sehingga dapat meminimalkan dan mencegah
penyebab masing masing visual defect.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel,
H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700, Jakarta,
UI Press.
Chaerunisaa, A. Y., Surahman, E., dan Soeryati, S.2009.
Farmasetika Dasar, Konsep Teoritis dan Aplikasi Pembuatan Obat. Bandung: Widya
Padjadjaran
Ditjen
POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Shargel,
L., Yu, A., and Wu, S., 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Edisi
kedua, Airlangga University Press, Surabaya.
Siregar,
C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet
DasarDasar Praktis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.