Muhammad Ikraman Haidar
41617120047
Muhammadikraman15@gmail.com
RUANG TERBUKA HIJAU\
ABSTRAK
Teknologi atau proses yang digunakan industri-industri untuk
memproduksi produk-produk yang kita butuhkan sangat mempengaruhi kualitas hidup
kita terutama terhadap lingkungan dan kesehatan. Pada umumnya industri-industri
masih banyak menghasilkan limbah yang merusak lingkungan. Oleh karena itu
dibutuhkan solusi untuk meminimalisasi limbah industri atau kerusakan
lingkungan dengan mengembangkan teknologi bersih (clean technology) berdasarkan
konsep kimia hijau (green chemistry). Pengembangan teknologi atau proses untuk
meminimilisasi limbah perlu pertimbangan beberapa aspek yaitu Faktor Lingkungan
(Environmental Factor), Utilisasi Atom, dan Peran Katalisis (Proses Katalitik).
Aspek yang paling penting dan juga mempunyai pengaruh untuk meminimalisasi
limbah industri-industri adalah proses katalitik.
Penelitian ini melalui beberapa proses input, yaitu
mengidentifikasi karakteristik ruang terbuka hijau industri, analisis nilai
emisi CO2, analisis tingkat emisi CO2, dan analisis kebutuhan RTH.. Hasil nilai
emisi CO2 industri berdasarkan komoditas dan golongan industri kemudian
dikelompokan ke dalam 3 tingkatan, yaitu emisi rendah, sedang, dan tinggi.
Kemampuan serapan eksisting RTH dan besar sisa emisi di masing-masing kawasan
dianalisis agar dapat diketahui besar luasan RTH maksimum yang yang akan
diakomodasi ke dalam konsep penyediaan ruang terbuka hijau berdasarkan nilai
emisi CO2 di kawasan industri.
Kata kunci: lingkungan; teknologi bersih; kimia
hijau; faktor lingkungan; ruang terbuka hijau, kawasan industri, nilai emisi
CO2.
PENDAHULUAN
Oberlin Sidjabat (2008) Kualitas hidup kita, terutama di
dalam masyarakat moderen, sangat tergantung pada hasil atau produkproduk dari
industri-industri kimia, proses pengolahan minyak, dan automotif. Dengan kata
lain, kehidupan masyarakat di zaman globalisasi ini sangat dipengaruhi dan juga
tergantung pada produk-produk teknologi yang sedang berkembang. Namun hasil
atau produk dari industri-industri tersebut tidak saja menghasilkan produk yang
kita butuhkan akan tetapi juga menghasilkan limbah atau emisi yang dapat
merusak lingkungan dan kesehatan manusia [Nakajima, 1991; Rhodes, 1994;
Sheldon, 1994]. Dalam hal ini, masih banyak proses-proses atau teknologi yang
digunakan dalam industri-industri tersebut pada saat memproduksi produk
tertentu yang menghasilkan limbah atau merusak lingkungan sekitar kita.
Indri Hastuti dan Haryo Sulistyarso (2012) Kota Surabaya secara
dinamis telah mengalami pengembangan kawasan terbangun, pengembangan kawasan
industri, peningkatan kepemilikan kendaraan bermotor, dan pengembangan pola
ruang lain yang menyebabkan kualitas udara di kota menurun. Indikasi ini
terlihat dari hasil monitoring udara ambien kota oleh Badan Lingkungan Hidup
Kota Surabaya bahwa kualitas udara ambien dari tahun 2006-2009 mengalami
penurunan. Nilai ISPU kategori udara tidak sehat mengalami kenaikan dari
indikasi angka enam (6) meningkat menjadi angka 30 di tahun 2009. Nilai ISPU
ini berdasarkan beberapa sumber pencemaran, yaitu SO2, CO, NO2, O3, debu, H2S,
dan NH3. Peningkatan zat karbon lebih banyak dihasilkan, karena berbagai
aktifitas kekotaan (transportasi dan industri) merupakan pengguna bahan bakar
fosil terbesar di mana hasil pembakarannya merupakan salah satu sumber
penyumbang zat karbon.
PERMASALAHAN
Faktor ekonomi adalah faktor utama penyebab maraknya penggunaan lahan ilegal untuk pemukiman di Surabaya. Pendapatan masyarakat yang rendah memaksa mereka memanfaatkan lahan kosong milik pemerintah maupun swasta sebagai tempat tinggal. Karena ketidakmampuan ekonomi sebagai penyebab utama maraknya lahan ilegal untuk pemukiman di Surabaya, maka tak heran bila pemukiman ilegal yang muncul cenderung berkembang menjadi pemukiman kumuh.
Penggunaan lahan ilegal menimbulkan dampak lingkungan, serta materi. Dampak lingkungan diantaranya terganggunya keindahan kota akibat pembangunan pemukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata kota Surabaya. Dampak lingkungan lain adalah terganggunya ekosistem akibat pembangunan pemukiman ilegal tersebut. Contohnya pembangunan pemukiman ilegal di daerah Ruang Terbuka Hijau (RTH) mengakibatkan terganggunya penyerapan air, hal ini merupakan salah satu penyebab banjir. Contoh lain, pembangunan pemukiman ilegal di stren kali dapat mengakibatkan abrasi yang membuat tanggul sungai runtuh. Disamping itu pembangunan pemukiman ilegal juga mendatangkan kerugian materi bagi negara akibat hilangnya tanah negara, serta usaha pencurian sarana listrik, air, dan telepon untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Karena banyaknya dampak negatif yang muncul akibat pemukiman ilegal, serta dalam rangka mewujudkan pembangunan infrastruktur kota Surabaya sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) , maka berbagai upaya penertiban telah dilakukan oleh pemerintah kota. Namun upaya yang dilakukan pemerintah kota belum cukup efektif mengatasi masalah penggunaan lahan untuk tempat tinggal secara ilegal. Misalnya hampir tidak ada upaya penertiban secara berkala yang dilakukan oleh pemerintah kota sehingga banyak penduduk ilegal yang mengaku telah bertahun-tahun bermukim di tempat tinggalnya saat ini. Selain itu, jumlah penduduk yang ilegal ini terus bertambah.
Kekurangan dalam cara mengatasi masalah di atas masih ditambah lagi dengan ketidak-konsistensian dalam upaya pemerintah dalam mengatasi masalah penggunaan lahan secara ilegal. Di satu sisi pemerintah mengadakan penertiban dan penggusuran terhadap penduduk ilegal, di sisi lain tersedia berbagai fasilitas infrastruktur yang menunjang bagi penduduk ilegal, contohnya tersedia fasilitas air bersih oleh PDAM, saluran telepon oleh Telkom, serta fasilitas listrik oleh PLN. Kondisi ini seolah-olah mendukung penggunaan lahan tersebut untuk pemukiman secara ilegal.
Upaya mengatasi penggunaan lahan ilegal untuk pemukiman di Surabaya perlu segera dilaksanakan secara efisien dan terpadu untuk mencegah timbulnya kerugian materi yang lebih besar, serta demi tercapainya rencana tata kota Surabaya yang dapat mewujudkan keindahan kota. Hambatan lain adalah belum adanya pemetaan mengenai pemukiman ilegal saat ini. Karenanya dalam penulisan ilmiah ini yang menjadi acuan adalah peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya. Semua tempat pemukiman yang tidak sesuai dengan RTRW Surabaya serta tidak dilengkapi suratkepemilikan yang sah diasumsikan ilegal.
Fakta yang menarik perihal bangunan ilegal tersebut adalah banyak diantara rumah-rumah tersebut yang telah dilengkapi fasilitas listrik, air bersih , serta telepon. Hal ini tidak lazim mengingat rumah-rumah tersebut tidak memiliki surat-surat kepemilikan yang sah sebagaimana yang dicantumkan dalam UUPA No.5 tahun 1960 pasal 16.
Arah pembangunan infrastruktur diwujudkan melalui penguatan sistem perencanaan infrastruktur kota, pengembangan sumber daya sungai; peningkatan kualitas dan kuantitas air bersih, pengembangan sistem transportasi; pengembangan perumahan dan permukiman, pengembangan pengelolaan energi; pengembangan telematika perkotaan, dan peningkatan konsistensi pengendalian pembangunan infrastruktur kota.
PEMBAHASAN
Menurut Indri Hastuti dan Haryo Sulistyarso (2012) tentang
emisi CO2 di kota surabaya :
- Analisis nilai emisi CO2
Analisis ini menggunakan metode kuantitatif dengan sumber data berupa data-data pemakaian bahan bakar fosil . Alat analisis yang digunakan adalah A/R Methodological Tools, yaitu dengan perhitungan matematis sesuai rumus IPCC Guidence 2006 . Output yang dihasilkan adalah nilai emisi industri berdasarkan jenis dan komoditas industri. Berikut adalah rumus yang disesuaikan dengan IPCC Guidance 2006: EmisiCO2= ™ FC x CEF x NCV keterangan : Emisi CO2 = jumlah emisi CO2 (satuan massa) FC = jumlah bahan baker fosil yang digunakan (massa/volume) NCV = nilai Net Calorific Volume (energy content) per unit massa atau volume bahan bakar (TJ/ton fuel) CEF = Carbon Emission Factor (ton CO2/TJ)Berdasarkan nilai emisi CO2 di kawasan industri SIER golongan menengah, industri dengan keluaran emisi terbesar adalah industri dengan komoditas industri agro sebesar 111,7 ton CO2. Kemudian industri dengan komoditas agro sebesar 48,2 ton CO2. Sedangkan industri dengan keluaran emisi terkecil adalah industri dengan komoditas logam,mesin,dan rekayasa sebesar 0,034 ton CO2. Sedangkan nilai emisi CO2 di kawasan industri SIER golongan besar, industri dengan keluaran emisi terbesar adalah PT industri dengan komoditas industri agrosebesar 633 ton CO2. Kemudian industri dengan komoditas agro sebesar 223,4 ton CO2. Sedangkan industri dengan keluaran emisi terkecil.Berdasarkan nilai emisi CO2 di kawasan industri Margomulyo golongan menengah, industri dengan keluaran emisi terbesar adalah industri dengan komoditas industri logam,mesin,dan rekayasa sebesar 306,8 ton CO2. Kemudian industri dengan komoditas industri kimia sebesar 11,1 ton CO2. Sedangkan industri dengan keluaran emisi terkecil adalah industri dengan komoditas industri kimia sebesar 0,092 ton CO2. Sedangkan nilai emisi CO2 di kawasan industri Margomulyo golongan besar, industri dengan keluaran emisi terbesar adalah industri dengan komoditas industri logam,mesin,dan rekayasa sebesar 290,4 ton CO2. Kemudian industri dengan komoditas agro sebesar 150,1 ton CO2. Sedangkan industri dengan keluaran emisi terkecil adalah industri dengan komoditas hasil hutan sebesar 0,5 ton CO2. Total emisi CO2 yang dikeluarkan di kawasan Margomulyo ini sebesar 1.420,6 ton CO2 per bulan.
- Analisis tingkat nilai emisi CO2 industri
Metode yang digunakan untuk
mengkategorikan tingkat emisi ke dalam 3 tingkatan, yaitu emisi rendah, sedang,
dan tinggi adalah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Variabel
yang digunakan dalam proses ini adalah variabel emisi CO2 di masing-masing
industri. Analisis ini melihat kecenderungan nilai kuartil 1 dan kuartil 3
dengan menggunakan proses minitab sehingga hasil yang diperoleh akan
menggambarkan batasan tingkat emisi CO2. Nilai emisi CO2 di 60 industri di
kawasan SIERmemiliki nilai rata-rata emisi sebesar 29,5 ton CO2. Maka dapat diketahui
kuartil 1 dan kuartil 3 sebagai ambang batas dari tingkatan emisi CO2. Adapun
batasan dari tingkat emisi rendah antara 0 hingga 1,4 ton CO2, tingkat emisi
sedang antara 1,5 ton CO2 hingga 8,6 ton CO2, dan tingkat emisi tinggi di atas
8,6 ton CO2. Kelompok nilai emisi rendah sebanyak 15 industri (25%), untuk
kelompok nilai emisi sedang sebanyak 30 industri (50%), dan untuk kelompok
nilai emisi tinggi sebanyak 15 industri (25%). (i) Lampiran peta tingkat nilai
emisi CO2 di kawasan SIER Nilai emisi CO2 di 61 industri di kawasan Margomulyo,
memiliki nilai rata-rata emisi sebesar 23,29 ton CO2. Maka dapat diketahui
kuartil 1 dan kuartil 3 sebagai ambang batas dari tingkatan emisi CO2. Adapun
batasan dari tingkat emisi rendah antara 0 hingga 1,36 ton CO2, tingkat emisi
sedang antara 1,37 ton CO2 hingga 8,38 ton CO2, dan tingkat emisi tinggi di
atas 8,38 ton CO2. Kelompok nilai emisi rendah sebanyak 14 industri (22,9%),
untuk kelompok nilai emisi sedang sebanyak 32 industri (52,4%), dan untuk
kelompok nilai emisi tinggi sebanyak 15 industri (24,5%). (ii) lampiran peta
tingkat nilai emisi CO2 di kawasan Margomulyo
- Analisis kebutuhan RTH
Kemampuan serapan total di kawasan
SIER adalah 1657,14 ton atau sekitar 7,8% dari total emisi yang dikeluarkan di
kawasan SIER selama 1 tahun. Maka sisa emisi CO2 yang tidak mampu terserap oleh
RTH eksisting sebesar 19.568,5 ton CO2/tahun. Kemampuan serapan total di
kawasan Margomulyo adalah 607,4 ton atau sekitar 3,5% dari total emisi yang
dikeluarkan di kawasan Margomulyo selama satu tahun.Maka sisa emisi CO2 yang
tidak mampu terserap oleh RTH eksisting sebesar 16.439,7 ton CO2/tahun
Kebutuhan RTH dapat diketahui dengan pendekatan luas tutupan RTH. Apabila akan
disediakan RTH jenis pohon yang memiliki daya serap 569,07 ton/ha/tahun dan
sisa emisi CO2 di kawasan SIER sebesar 19.361 ton CO2, maka kebutuhan RTH yang
dibutuhkan dalam satuan luas adalah 34,02 ha. Sedangkan untuk di kawasan
Margomulyo dengan sisa emisi sebesar 14.678,3 ton CO2 membutuhkan luas RTH 28,8
ha. Proporsi RTH ideal industri ini dapat diketahui melalui pendekatan analisis
kebutuhan RTH. Di kawasan indsutri SIER diketahui bahwa total nilai emisi CO2
di kawasan SIER selama satu tahun sebesar 21.225,6 ton CO2. Apabila akan
ditanami vegetasi dengan tipe penutup lahan pohon yang memiliki daya serap
569,07 ton/ha/tahun (Dahlan, 2007),sehingga besar proporsi RTH ideal di kawasan
SIER adalah 18,31%. Untuk kawasan Margomulyo, selama satu tahun mengeluarkan
17.047,2 ton CO2 sehingga dapat diketahui proporsi RTH ideal sebesar 8,38%.
TEKNOLOGI BERSIH (CLEAN TECHNOLOGY)
Teknologi kimia hijau (green chemistry) dapat dikategorikan
ke dalam salah satu atau lebih dari tiga hal berikut:
1. Menggunakan jalur sintesis alternatif untuk kimia hijau
(green chemistry).
2. Menggunakan kondisi reaksi alternatif untuk kimia hijau.
3. Merancang bahan kimia yang lebih aman, misalnya dengan
sifat toksis (racun) yang lebih kecil dari pada alternatif yang ada dan/atau lebih
aman terhadap potensi kecelakaan.
Teknologi bersih merupakan suatu teknologi yang dapat
berfungsi untuk hal berikut [Feckova, 2002]:
a. Menghemat bahan mentah (umpan) dan energi; mereduksi
toksisitas (atau bahaya) dari bahanbahan yang digunakan dalam suatu proses;
mereduksi jumlah dan/atau toksisitas (bahaya) limbah dari proses industri dan
emisinya.
b. Memproduksi produk (dan pengemasannya) dengan
mengkonsumsi sedikit bahan baku dan sedikit energi selama digunakan,
menghasilkan sedikit emisi dan limbah, mudah digunakan kembali, dapat diperoleh
kembali atau mudah didaur ulang setelah digunakan, dan mempunyai dampak kecil
jika dibuang ke lingkungannya.
Menurut L. Pangemanan, C. Komalig & T. Kaligis (2008)
BEBERAPA JENIS PALEM YANG BERPOTENSI SEBAGAI TANAMAN PENGISI
RUANG TERBUKA HIJAU
Banyak palem yang sudah dimanfaatkan untuk tanaman hias
pinggir jalan ataupun taman. Misalnya palem raja dan palem merah. Di samping
yang sudah umum dikenal, banyak juga palem liar yang telah ditanam
(dibudidayakan) sebagai tanaman hias. Sebagai contoh pinang yaki, sarai atau
pinang tutul. Namun masih banyak jenis-jenis palem yang cantik menawan, unik
dan menarik serta kokoh kuat yang dapat dimanfaatkan sebagai pengisi ruang
terbuka hijau, tetapi belum dikenal baik keberadaan sosok tubuhnya maupun
pembudidayaannya. Ruang terbuka hijau mempunyai fungsi (1) memperbaiki fungsi
resapan air tanah; (2) mengasimilasi pencemaran udara khususnya CO2, NO2 dan
debu; (3) meningkatkan keanekaragaman hutan kota (Soerjani, 1997).
Dalam rangka menunjang terlaksananya ruang terbuka hijau,
palempalem baik yang sifatnya eksotis maupun palem khas Sulawesi Utara perlu
mendapat perhatian baik pelestarian maupun pembudidayaannya.
MANFAAT PALEM
Beberapa palem termasuk jenis yang serbaguna. Kelapa
misalnya, hampir semua bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan. Demikian juga pohon lontar (Corypha gebanga) atau pohon aren (Arenga
pinnata). Jenis-jenis yang lain mempunyai kegunaan yang berbeda-beda. Dari segi
kegunaannya ini, palem dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Sumber karbohidrat, baik dalam bentuk pati maupun gula,
misalnya Metroxylon sagu dan Arenga pinnata.
2. Sumber minyak misalnya kelapa (Cocos nucifera) dan kelapa
sawit (Elaeis guenensis).
3. Sumber bahan anyaman misalnya jenisjenis rotan (Calamus)
4. Sumber bahan bangunan misalnya batang nibong (Pigaffeta
filaris).
5. Sumber bahan penyegar misalnya pinang sirih (Areca
catechu)
6. Sumber tanaman hias, misalnya pinang yaki (Areca
vestiaria, Pinang caesia, jenis-jenis sarai dan lain-lain).
CARA PERBANYAKAN PALEM
Palem dapat diperbanyak dengan dua cara yaitu secara
vegetatif dengan memisahkan (memilah-milah) tunas rumpun.
Perbanyakan Secara Vegetatif
Jenis palem yang berumpun antara lain: Palem Kuning
(Chrysalidocarpus lutescens), Pinang Merah (Cyrtotachis renda) Pinang Yaki
(Areca vestiaria). Palem-palem tersebut di atas diperbanyak dengan memilah
tunas rumpun. Anakan dipotong dari induknya, dibiarkan selama sebulan sampai
akar terbentuk. Setelah akar terbentuk baru dikeluarkan dari induknya. Atau
setelah pemilahan, bagian yang luka diolesi dengan terpenting.
Perbanyakan Secara Generatif
Jenis palem yang diperbanyak dengan biji adalah: Nibong
(Pigaffeta filaris), Caryota urens, Areca vestiaria, Pinanga caesia, Pinanga
kuhlii, dan lainlain.
Buah palem terdiri atas bagianbagian:
1) Kulit buah
2) Daging buah
3) Kulit biji
4) Daging biji
JENIS-JENIS PALEM Beberapa jenis palem yang berpotensi
sebagai pengisi ruang terbuka hijau (RTH) adalah jenis palem eksotis dan jenis
palem alam.
1. Jenis Eksotis
a. Cyrtotachis renda (Palem merah, dari Kalimatan)
b. Roystonea regia (palem raja)
c. Pinanga kuhlii
d. Chrysalidocarpus lutescens (pa-lem kuning)
e. Rhapis exelsa
2. Jenis Alam
a. Areca vestiaria (Pinang Yaki, khas Sulawesi Utara).
b. Pinanga caesia (Pinang Tutul, khas Sulawesi Utara)
c. Oncosperma horridum (Bayeh) d. Corypha gebanga (Lontar).
e. Levistonia rotundifolia (Woka)
f. Pigaffeta filaris (Nibong)
g. Arenga microcarpa (Sagu Baruk)
h. Oncosperma tigillarium
i. Licuala spinosa
j. Areca orsicarpa
k. Caryota mitis (Sarei)
Kesimpulan
Kawasan SIER mengeluarkan total emisi 21.225,6 ton
CO2/tahun, sedangkan kawasan Margomulyo mengeluarkan total emisi 17.047,2 ton
CO2/tahun. Konsep penyediaan RTH di kedua kawasan adalah pengaturan proporsi
RTH, pengawasan KDBdan KDH industri, serta pemaksimalan lahan kosong untuk
ditanami vegetasi di RTH publik dan RTH privat industri. Dengan konsep
penyediaan RTH tersebut mampu mengurangi total nilai emisi menjadi 18.322,16
ton CO2/tahun untuk kawasan SIER dan 8.074,42 ton CO2/tahun untuk kawasan
Margomulyo.
Salah satu teknologi bersih yang sudah berkembang dan terus
dikembangkan untuk dapat mengurangi pencemaran atau limbah industri adalah
teknologi katalitik atau dengan peran katalis Teknologi bersih adalah suatu
konsep dari kimia hijau (green chemistry) dan merupakan suatu teknologi yang
dapat:
a. Menghemat bahan mentah (umpan) dan energi; mereduksi
toksisitas (atau bahaya) dari bahanbahan yang digunakan dalam suatu proses;
mereduksi jumlah dan/atau toksisitas (bahaya) limbah dari proses industri dan
emisinya.
b. Memproduksi produk (dan pengemasannya) dengan
mengkonsumsi sedikit bahan baku dan sedikit energi selama digunakan,
menghasilkan sedikit emisi dan limbah, mudah digunakan kembali, dapat diperoleh
kembali atau mudah didaur ulang setelah digunakan, dan mempunyai dampak kecil
jika dibuang ke lingkungan.
Daftar pustaka
Sidjabat ,Oberlin. Pengembangan Teknologi Bersih dan Kimia
Hijau dalam Meminimalisasi Limbah Industri. VOL. 42. NO. 1, APRIL 2008
Hastuti ,Indri dan Haryo Sulistyarso. Penyediaan Ruang
Terbuka Hijau Berdasarkan Nilai Emisi CO2 di Kawasan Industri Surabaya. Surabaya
Pangemanan L dan C. Komalig dan T. Kaligis. Beberapa Jenis
Palem yang Berpotensi Sebagai Tanaman Pengisi Ruang Terbuka Hijau. Manado
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.