.

Selasa, 18 Desember 2018

Bangunan Hijau (Green Building) yang Membawa Manfaat Bagi Lingkungan


Oleh : Nia Wulandari (@K09-Nia)

Abstrak : Permasalahan lingkungan khususnya pemanasan global menjadi topik permasalahan yang mencuat akhir-akhir ini. Selain karna adanya pemanasan global, penciptaan atau inovasi energi yang terbarukan juga menjadi latar belakang timbulnya konsep green architecture. Sampai pada akhirnya timbul konsep Green Building. Gedung Hemat Energi atau dikenal dengan sebutan green building terus digalakkan pembangunannya sebagai salah satu langkah antisipasi terhadap perubahan iklim global. Indikasi arsitektur disebut sebagai 'green' jika dikaitkan dengan praktek arsitektur antara lain penggunaan renewable resources (sumber-sumber yang dapat diperbaharui, passiveactive solar photovoltaic (sel surya pembangkit listrik), teknik menggunakan tanaman untuk atap, taman tadah hujan, menggunakan kerikil yang dipadatkan untuk area perkerasan, dan sebagainya (Sudarwani, 2012).


Kata Kunci : Green Building, Green Architecture.

Pembahasan
Konsep bangunan hijau merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan yang merupakan suatu topik hangat di dunia konstruksi internasional. Bangunan Hijau atau Green Building atau Sustainble Building didefinisikan sebagai bangunan yang didesain untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan dengan cara mengurangi penggunaan energi dan air yang berlebihan. Hal ini dapat dicapai melalui perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian, dan perawatan yang baik serta penggunaan material yang dapat di daur ulang (Halliday, 2008).
Konsep bangunan hijau membawa banyak dampak positif. Menurut Pedini dan Ashuri (2010) dalam Bangunan Hijau membawa banyak manfaat dan mengelompokannya menjadi 5 kategori yaitu:
1.     Lingkungan Bangunan dengan konsumsi energi tinggi memiliki dampak buruk bagi lingkungan. Pertumbuhan populasi manusia dan tingginya permintaan akan bangunan modern menyebabkan konsumsi energi yang makin tinggi. Bangunan hijau sebagai solusi atas permasalahan tersebut bertujan mengurangi dampak kerusakan lingkungan dengan cara mengurangi penggunaan energi berlebihan.
2.     Kesehatan & Komunitas Pekerja didalam gedung yang interiornya didesain dengan konsep bangunan hijau memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh sebuah perusahaan insuransi yang cukup terkenal mengatakan adanya peningkatan produktivitas pengguna gedung sebesar 16%.
3.     Finansial Bangunan hijau dapat menurunkan biaya operasional sebesar 8-9% dan meningkatkan nilai asset bangunan sebesar 7.5%.
4.     Pasar Bangunan hijau memiliki keuntungan dalam hal pemasaran dimana dapat menurunkan biaya promosi bangunan serta meningkatkan daya beli.
5.     Industri Bangunan hijau tidak hanya menunjang agensi pemerintah tetapi juga organisasi pemasaran dan industri-industri yang terlibat didalamnya. Banyak industry konstruksi yang dapat berkembang dikarenakan bangunan hijau.

Penyusunan Greenship ini didukung oleh World Green Building Council dan dilaksanakan oleh Komisi Rating dari GBCI, terdiri dari 6 (enam) kategori dengan total kriteria prasyarat sebanyak 10 kriteria dan kriteria kredit sebanyak 41 kriteria. Enam kategori Greenship yang dimaksud, yaitu:
1.     Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ ASD)
2.     Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency and Conservation/ EEC)
3.     Konservasi Air (Water Conservation/ WAC)
4.     Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle/ MRC) 5
5.     . Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and Comfort/ IHC)
6.     Manajemen Lingkungan Bangunan (Building Environment Management/ BEM)
Menurut Nugroho (2011), bahwa arsitektur/bangunan hijau merupakan gerakan moral. Konsep green building yang telah dirumuskan dalam sistem rating oleh lembaga-lembaga 'hijau', telah menjadi bagian dari market/pasar dan tren bangunan yang dilatarbelakangi oleh kesadaran yang semakin tinggi dari warganya untuk mulai peduli dengan lingkungan.

Kesimpulan
Green Architecture ialah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.

Daftar Isi :
·       Anggunmulia, R., Widyanto, D. S., Chandra, H. P., Ratnawidjaja, S. 2015. Kriteria Bangunan Hijau dan Tantangannya pada Proyek Konstruksi di Surabaya. Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil, Vol. 4, No. 2 (2015). Dalam http://publication.petra.ac.id/index.php/teknik-sipil/article/view/3884/3488 (Diakses pada 18 Desember 2018)
·       Sudarwani, M. Maria. 2012. Penerapan Green Architecture dan Green Building sebagai Upaya Pencapaian Sustainable Architecture. Pp 1-19. Dalam https://jurnal.unpand.ac.id/index.php/dinsain/article/viewFile/90/87 (Diakses pada 18 Desember 2018)
·       Halliday, S. (2008). Sustainable Construction. Routledge, England.
·       Kurniawati, Dede, dkk. 2014.  Studi Implementasi Green Building di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pp 1-12. Dalam file:///C:/Users/ASUS/Desktop/3354-7437-1-SM.pdf (Diakses pada 18 Desember 2018)
·       Nugroho, Agung Cahyo. 2011. Sertifikasi Arsitektur/Bangunan Hijau : Menuju Bangunan yang Ramah Lingkungan. Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, Desember 2011 Vol. 2 No. 1. Dalam http://jurnal.ubl.ac.id/index.php/ja/article/viewFile/297/299 (Diakses pada 18 Desember 2018) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.