Oleh
: Nia Wulandari (@K09-Nia)
Abstrak
: Green
Chemistry disebut juga sustainable chemistry, merupakan sebuah filsafat kimiawi
yang mendorong desain produk dan prosesnya untuk mengurangi atau
menghilangkan pemakaian dan generasi dari zat-zat berbahaya. Lingkungan kimiawi
disini melingkupi lingkungan alami dan green chemistry di lingkungan alami
berfungsi untuk mengurangi dan mencegah polusi lansung dari sumbernya. Green
Chemistry sangat efektif karena mengakplikasikan solusi saintifik yang inovatif
bagi situasi lingkungan dunia.
Kata Kunci : Green
chemistry, kimia hijau, prinsip kimia hijau.
Pembahasan
Kimia hijau berupaya semaksimal mungkin mengurangi dampak
negatif dari berbagai proses kimia terhadap kesehatan manusia dan kelestarian
lingkungan. Menurut EPA (2015), Kimia Hijau berupaya mengurangi beragam sumber
polusi, yaitu dengan cara meminimalkan bahkan menghilangkan bahaya dari bahan
baku kimia, reagen, pelarut dan produk.
Ahli kimia Amerika Serikat, Paul Anastas dari United States
Environmental Protection Agency dan John C. Warner mengembangkan 12 prinsip
green chemistry yang berfungsi sebagai panduan pengaplikasian green chemistry
dalam tindakan nyata. Green Chemistry: Theory and
Practice (Oxford University Press: New York, 1998). 12 Prinsip Green
Chemistry tersebut diantaranya :
1.
Mencegah limbah, mendesain
sintesa kimiawi untuk mencegah limbah, tak meninggalkan limbah untuk
ditindaklanjuti atau dibersihkan.
2.
Mendesain zat kimiawi dan produk kimiawi yang
aman, mendesain sintesa untuk digunakan dan menghasilkan zat
kimia yang tidak atau hanya sedikit menjadi racun bagi manusia dan lingkungannya.
3.
Mendesain sintesa kimia yang tidak terlalu
berbahaya, mendesain
sintesa untuk digunakan dan menghasilkan zat kimia yang tidak atau hanya
sedikit menjadi racun bagi manusia dan lingkungannya
4.
Menggunakan bahan baku yang bisa diperbarui, menggunakan material dan bahan baku yang bisa
diperbarui dari pada yang tidak bisa diperbarui. Bahan baku yang bisa
diperbarui biasanya dibuat dari produk agrikultur atau merupakan limbah dari
proses, sedangkan bahan baku yang tidak bisa diperbarui berasal dari fossil atau
merupakan hasil tambang.
5.
Menggunakan pengkatalis, bukan bahan reaksi
stoikometri, meminimalkan limbah dengan reaksi katalik.
Pengkatalis digunakan dalam jumlah kecil dan membawa sebuah reaksi tunggal
kecil secara berulang beberapa kali. Pengkatalisi diutamakan dibandungkan
dengan bahan reaksi stoikometri yang digunakan secara berlebih dan hanya
bekerja sekali.
6.
Menghindari turunan kimiawi, menghindari penggunaan
grup penghambat atau pelindung atau perubahan sementara jika memungkinkan.
Turunan menggunakan bahan reaksi tambahan dan menghasilkan limbah.
7.
Memaksimalkan ekonomi atom, mendesain sintesa agar
produk akhir mengandung proporsi maksimum dari materi awal yang digunakan.
Kalau ada atom yang terbuang, sebaiknya hanya sedikit.
8.
Gunakan pelarut dan kondisi reaksi yang aman, hindari penggunaan
pelaruut, agen pemisahan, atau pelengkap kimia lain. Jika penting, gunakan zat
kimia yang tidak berbahaya.
9.
Tingkatkan efisiensi energi, jalankan reaksi kimia pada suhu dan
tekanan yang sesuai dengan lingkungan kapan pun bisa.
10. Mendesain
zat kimia dan produk yang dapat terurai setelah digunakan, mendesain
produk kimiawi yang terurai ke dalam zat yang tidak berbahaya setelah digunakan
supaya tidak terakumulasi dalm lingkungan.
11. Menganalisa
dalam waktu sesungguhnya untuk mencegah polusi, melakukan pemantauan dan pengontrolan waktu
sesunggunya selama sintesa berlangsung untuk meminimalkan atau menghilangkan
pembentukan limbah.
12. Meminimalkan
potensi terjadinya kecelekaan,
mendesain
zat kimia dan bentuknya untuk meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan
kimiawi termasuk ledakan, kebakaran, dan pelepasan ke dalam lingkungan.
Daftar Pustaka :
· Hidayat, Atep Afia dan
Muhammad Kholil. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Hijau.
Jakarta: Pantona Media.
·
Anastas, P.,dan Warner, J.C., 1998, Green Chemistry, Theory and
Practice, Oxford University Press, Oxford.
·
Sharma, S.K., Chaudhary,A., dan Singh, R.V., 2008, Gray
Chemistry Versus Green Chemistry: Challenges and Opportunities, Rasayan
J.Chem., 1, 1, 68-92.
· Atmojo,
Susilo Tri. 2018. Green Chemistry (Kimia
Hijau). Dalam http://chemistry35.blogspot.com/2011/06/green-chemistry.html (Diakses
pada 28 November 2018)
· GrĂ¼n, Gianna. 2013. Kimia
Hijau Makin Ngetrend. Dalam https://www.dw.com/id/kimia-hijau-makin-ngetren/a-16929898
(Diakses
pada 28 November 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.