Oleh : @K18-Fierdian, @K21-Rohit, @Kel-K07
Teori ikatan
valensi merupakan teori mekanika kuantum pertama yang muncul pada masa awal
penelitian ikatan kimia yang didasarkan pada percobaan W. Heitler dan F. London
pada tahun 1927 mengenai pembentukkan ikatan pada molekul hidrogen.
Selanjutnya, teori ini kembali diteliti dan dikembangkan oleh Linus Pauling
pada tahun 1931 sehingga dipublikasikan dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul
“On the Nature of the Chemical Bond”. Dalam jurnal ini dikupas hasil kerja
Lewis dan teori ikatan valensi oleh Heitler dan London sehingga menghasilkan
teori ikatan valensi yang lebih sempurna dengan beberapa postulat dasarnya,
sebagai berikut:
1. Ikatan
valensi terjadi karena adanya gaya tarik pada elektron-elektron yang tidak
berpasangan pada atom-atom.
2. Elektron
- elektron yang berpasangan memiliki arah spin yang berlawanan.
3. Elektron-elektron
yang telah berpasangan tidak dapat membentuk ikatan lagi dengan
elektron-elektron yang lain.
4. Kombinasi
elektron dalam ikatan hanya dapat diwakili oleh satu persamaan gelombang untuk
setiap atomnya.
5. Elektron-elektron
yang berada pada tingkat energi paling rendah akan membuat pasangan
ikatan-ikatan yang paling kuat.
6. Pada
dua orbital dari sebuah atom, orbital dengan kemampuan bertumpang tindih paling
banyaklah yang akan membentuk ikatan paling kuat dan cenderung berada pada
orbital yang terkonsentrasi itu.
Ke enam postulat dasar di atas disimpulkan dari sejumlah penelitian terhadap pembentukkan ikatan pada molekul hidrogen berdasarkan persamaan fungsi gelombang elektron pada masing-masing orbital yang berikatan. Pembahasan selanjutnya diadaptasi dari buku Inorganic Chemistry karangan Shriver dan Atkins mengenai ikatan valensi dalam molekul hidrogen, sebagai berikut:
Ikatan valensi pada molekul Hidrogen
Dalam teori
ikatan valensi, yang menjadi titik tekannya yaitu fungsi gelombang
elektron-elektron yang berpasangan dibentuk dari tumpang tindih fungsi
gelombang pada masing-masing orbital dari atom-atom yang berkontribusi dan
saling terpisah. Jika terdapat satu elektron pada masing-masing dua atom H yang
berlainan maka kemungkinan fungsi gelombang pada tiap sistem adalah sebagai
berikut:
Ψ =
χA(1)χB(2)...
Ψ =
χA(2)χB(1)...
keterangan: χA
dan χB adalah orbital-orbital 1s pada atom A dan B. Sementara angka 1 dan 2
merepresentasikan elektron yang berikatan dengan proton pada masing-masing atom
A dan B.
Ketika kedua atom H berada pada keadaan yang sangat dekat, kita tidak dapat mengetahui apakah elektron 1 terikat pada atom A dan elektron 2 terikat pada atom B atau justru sebaliknya, sehingga deskripsi yang paling mungkin adalah membuat dua fungsi gelombang pada kedua sistem yang mungkin terjadi. Saat kedua kemungkinan ini disatukan dalam gelombang superposisi maka penjelasan yang lebih baik adalah kombinasi linear dari keduanya.
Ketika kedua atom H berada pada keadaan yang sangat dekat, kita tidak dapat mengetahui apakah elektron 1 terikat pada atom A dan elektron 2 terikat pada atom B atau justru sebaliknya, sehingga deskripsi yang paling mungkin adalah membuat dua fungsi gelombang pada kedua sistem yang mungkin terjadi. Saat kedua kemungkinan ini disatukan dalam gelombang superposisi maka penjelasan yang lebih baik adalah kombinasi linear dari keduanya.
Ψ = χA(1)χB(2) +
χA(2)χB(1)...
Fungsi di atas
merupakan fungsi gelombang untuk ikatan H-H. Kedua fungsi ini berinterferensi
konstruktif sehingga terjadi kenaikkan amplitudo di daerah fungsi gelombang
dalam nukleus (inti). Untuk menjelaskan lebih rinci digunakan prinsip Pauli
yang menyatakan bahwa hanya elektron-elektron dengan spin berpasangan yang
dapat dideskripsikan oleh fungsi gelombang di atas. Dari penjabaran di atas,
dapat disimpulkan bahwa pada teori ikatan valensi, fungsi gelombang dibentuk
oleh pasangan spin dari elektron-elektron pada kedua orbital atom-atom yang
berikatan. Ikatan yang terjadi dari tumpang tindih ini adalah ikatan sigma (б).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.