.

Selasa, 18 Desember 2018

Biogas Is A Future!


Kata Kunci: Aplikasi Biogas

Seperti yang dikutip oleh Khaidir (2015). Bahwa Ketersediaan gas alam dalam bentuk elpiji sebagai bahan bakar industri dan rumah tangga di daerah Aceh masih mencukupi, terutama untuk bahan bakar gas non subsidi. Namun, untuk bahan bakar gas yang disubsidi (tabung 3kg) menjadi masalah tersendiri di masyarakat. Masyarakat sering mengeluh terhadap kondisi kelangkaan bahan bakar gas di lapangan. Antrian panjang di pangkalan-pangkalan atau distributor penyalur gas menjadi pemandangan yang tidak baik berkaitan dengan kondisi kehidupan masyarakat Aceh. Selain masalah antrian, harga juga bervariasi mulai dari tingkat pangkalan sampai pada tingkat pengecer. Bahkan harga bahan bakar gas tersebut untuk daerah-daerah tertentu mencapai Rp.35.000,- per tabung, yang mana hal ini menjadi masalah yang serius terutama bagi masyarakat ekonomi lemah. Selain permasalah bahan bakar gas, sampah juga ikut memberi andil terhadap berbagai persoalan yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Aceh. Sampah-sampah tersebut dapat dijumpai dalam jumlah yang cukup banyak, terutama di daerah pusat pasar tradisional. Bukan hanya di pasar, bahkan sampah ini sangat mudah dijumpai disepanjang jalan tertentu dalam bentuk tumpukan hasil kegiatan usaha atau aktivitas rumah tangga (misalnya ampas tebu sisa pengolahan air tebu).


Sampah pasar dapat berupa bahan-bahan anorganik dan bahan-bahan organik. Sampah anorganik terdiri dari sampah plastik kresek, fiber, maupun pecahan-pecahan kaca. Sementara sampah organik umumnya terdiri dari buah-buahan dan sayuran yang telah rusak atau mengalami senescen, bahkan sebahagian ada yang sudah membusuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Sampah-sampah tersebut apabila diangkut ke tempat pembuangan sampah dapat menyebabkan berberapa masalah terhadap lingkungan. Permasalahan yang ditimbulkan antara lain yaitu, produksi biogas, emisi senyawa organik mudah menguap, masalah kesehatan masyarakat, dan beberapa diantaranya dapat menyebabkan keracunan bagi tanaman.

Teknologi biogas dengan konsep zero waste (tidak dihasilkan limbah) diharapkan dapat membantu memperlambat laju pemanasan global. Selain bisa menjadi energi alternatif, biogas juga dapat mengurangi permasalahan lingkungan, seperti polusi udara, polusi tanah, dan pemanasan global. Biogas dalam skala rumah tangga dengan jumlah ternak 2 – 4 ekor atau suplai kotoran sebanyak kurang lebih 25 kg/hari cukup menggunakan tabung reaktor berkapasitas 2500 – 5000 liter yang dapat menghasilkan biogas setara dengan 2 liter minyak tanah/hari dan mampu memenuhi kebutuhan energi memasak satu rumah tangga pedesaan dengan 6 orang anggota keluarga. (Sanjaya dkk, 2015)

Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi biogas adalah kondisi digester, pH, nutrisi, suhu, rasio C / N, dan starter. Itu kondisi dalam digester anaerobik harus disimpan dalam ekuilibrium dan dinamis. Tingkat keasaman yang diperlukan adalah kisaran 6,6-7,6 untuk bakteri metanogenic hanya dapat bekerja di kisaran pH di atas. Tingkat nutrisi yang memadai seperti nitrogen dan fosfor harus ditambahkan dalam sistem untuk memastikan ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan bakteri. Suhu optimum yang diperlukan mikroorganisme untuk istirahat bahan bawah adalah 30-38 ° C untuk mesophilic dan 49-57 ° C untuk termofilik. Rasio optimum dari C / N yang digunakan dalam proses produksi biogas adalah 25-30. Starter adalah bagian yang sangat penting yang mendukung produksi biogas. Ini digunakan untuk mempercepat proses reformasi bahan organik. Starter umum digunakan dalam biogas produksi adalah lumpur aktif atau isi rumen cairan. (Putri dkk, 2012).

Pembuatan biogas diawali dengan pengumpulan kotoran sapi dari kandang ke bak penampung untuk diolah menggunakan mixer pengaduk kotoran 1 kemudian dilanjutkan pengadukan menggunakan mixer pengaduk kotoran 2. Pada proses pembuatan biogas tidak ada ditambahkan starter untuk mempercepat proses pembentukan biogas karena secara alami starter itu sudah tersedia dalam kotoran sapi yang dihasilkan dari rumen sapi itu sendiri. gas metan merupakan komponen utama pembentuk biogas. Gas metan inilah yang diharapkan keberadaannya dalam jumlah yang banyak karena nilai kalornya yang tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Teknologi biogas sebagai bahan bakar alternatif yang dapat menggantikan kayu bakar, minyak tanah dan gas alam merupakan salah satu program CSR PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field di Desa Tanjung Bulan. Tujuan penulisan jurnal ini untuk 1) mengkaji pemanfaatan teknologi biogas di Desa Tanjung Bulan, 2) mengkaji kondisi masyarakat setelah program biogas. (Oktavia dkk, 2016)

Menurut Widyastuti dkk, (2013). Bahwa salah satu sumber energi terbarukan adalah biogas. Biogas dapat dibuat dari kotoran ternak, limbah industri tahu, atau sampah organik rumah tangga atau pasar. Biogas memiliki prospek yang baik sebagai alternatif energi terbarukan yang dapat dikembangkan di Indonesia yang sedang mengalami krisis energi yang ditandai dengan semakin langka dan tingginya harga bahan bakar yang berdampak pada semakin tingginya biaya produksi pembangkit tenaga lisrik. Wahyuni (2012) menyatakan bahwa biogas dapat menyalakan bunga api dengan energi 6400 – 6600 kcal/m3. Kandungan 1 m3 biogas setara dengan energi 0,62 liter minyak tanah, 0,46 liter elpiji, kemudian 0,52 liter minyak solar, 0,08 liter bensin dan 3,5 kg kayu bakar. Pada penelitian Hanif (2010) menyatakan bahwa 1 ekor sapi menghasilkan kotoran 25 kg/ekor maka dari 411 ekor sapi dapat menghasilkan 10.275 kg dengan kandungan bahan kering sebesar 2.055 kg. maka akan menghasilkan biogas 82,2 m3/hari. Sedangkan setiap 1 m3 biogas menghasilkan 4,7 kWh. Oleh karena itu dari kotoran dari 441 ekor sapi berpotensi menghasilkan energi listrik sebesar 386,6 kWh/ hari. Menurut Hardianto dkk (2000) ada tiga keunggulan dari pengolahan kotoran ternak melalui biogas yaitu 1)biogas dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar minyak atau kayu bakar dengan kualitas panas yang lebih baik, 2) sludge yang berbentuk cair untuk pupuk tanaman dan 3) sludge padat untuk campuran konsentrat pakan ternak. Menurut Arifin dkk (2011) di Pesantren Saung Balong telah dibuat pilot plant biogas dengan produksi biogas sekitar 7 m3/hari. Biogas ini dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari seperti memasak dan penerangan, dan digunakan sebagai bahan bakar pure biogas dengan genset skala 1.000-10.000 watt dan skala 10 kW dengan system dual fuels dan telah dibuat teknologi pengayaan biogas melalui proses absorpsi dan teknologi pengisian biogas kedalam tabung. Listrik yang dihasilkan dari instalasi biogas di pesantren Saung Balong Al Barokah digunakan untuk mengurangi ketergantungan terhadap listrik yang di peroleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Jadi, energy terbarukan akan sangat diperlukan/digunakan pada saat-saat ini. Dikarenakan, sumber daya fossil yang semakin menipis. Terlebih lagi, sumber daya energy terbarukan akan sangat ramah lingkungan karena terbuat dari beberapa macam kotoran yang diolah sehingga menjadi sumber energy yang baru. Pemerintah sudah seharusnya lebih serius untuk menggarap potensi ini, agar dimasa depan nanti bumi kita tidak terlalu tercemar!

DAFTAR PUSTAKA:
Khaidir. 2015. Teknologi Produksi Biogas sebagai Bahan Bakar Alternatif Berbahan Baku Sampah Organik. Jurnal SAMUDERA Vol. 9, No. 2, 2015. http://repository.unimal.ac.id/2024/1/Produksi%20Biogas%20Sampah%20Organik.pdf
Oktavia, I., A. Firmansyah. 2016. Pemanfaatan Teknologi Biogas sebagai Sumber Bahan Bakar Alternatif di Sekitar Wilayah Operasional PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field. Jurnal Resolusi Konflik, CSR, dan Pemberdayaan Vol.1, No.1, 2016. http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalcare/article/viewFile/15292/11189
Sanjaya, D., A. Haryanto., Tamrin. 2015. PRODUKSI BIOGAS DARI CAMPURAN KOTORAN SAPI DENGAN KOTORAN AYAM. Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 4, No. 2, 2015. https://media.neliti.com/media/publications/134515-ID-none.pdf
Putri, D.A., R.R. Saputro., Budiyono. 2012. Biogas Production from Cow Manure. International Journal of Renewable Energy Development Vol.1, No.2, 2012. https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ijred/article/view/3805/3489
Widyastuti, F.R., Purwanto., Hadiyanto. 2013. POTENSI BIOGAS MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PADA PETERNAKAN SAPI PERAH BANGKA BOTANICAL GARDEN PANGKALPINANG. 2013. https://ejournal.undip.ac.id/index.php/metana/article/download/7613/6272

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.