Pendahuluan
Monosodium Glutamat (MSG) atau lazim
disebut micin atau vetsin dikenal sebagai bahan pelengkap masakan. Namun,
selama ini rumah tangga kerap menyisihkan bahkan berusaha untuk tidak
menggunakan micin dalam masakannya. Micin dianggap sebagai biang kerok penyakit
kanker atau stroke.
Pembahasan
Sejarah
Jurnal
Chemistry Senses menyebutkan, Monosodium Glutamate (MSG) mulai terkenal tahun 1960-an, tetapi
sebenarnya memiliki sejarah panjang. Selama berabad-abad orang Jepang mampu
menyajikan masakan yang sangat lezat. Rahasianya adalah penggunaan sejenis
rumput laut bernama Laminaria japonica.
Pada
tahun 1908, Kikunae Ikeda, seorang profesor di Universitas Tokyo, menemukan kunci kelezatan itu pada
kandungan asam glutamat. Penemuan ini melengkapi 4 jenis rasa sebelumnya –
asam, manis, asin dan pahit – dengan umami (dari akar kata umai yang dalam bahasa Jepang berarti
lezat). Sementara menurut beberapa media populer, sebelumnya
di Jerman pada tahun 1866,
Ritthausen juga berhasil mengisolasi asam glutamat dan mengubahnya menjadi
dalam bentuk monosodium glutamate (MSG), tetapi belum tahu kegunaannya sebagai penyedap rasa.
Sejak
tahun 1963, Jepang bersama Korea mempelopori produksi masal MSG yang kemudian berkembang ke seluruh dunia, tak terkecuali
Indonesia. Setidaknya sampai
tahun 1997 sebelum krisis, setiap tahun produksi MSG Indonesia mencapai 254.900
ton/tahun dengan konsumsi mengalami kenaikan rata-rata sekitar 24,1% per tahun
Pengertian
MSG
Sebenarnya,
ada berbagai makanan yang mengandung glutamat secara alami. Bahkan
glutamat juga diproduksi oleh tubuh kita sendiri
Glutamat
adalah asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh karena perannya dalam membentuk
protein. Selain membantu pengiriman sinyal-sinyal dalam otak, glutamat juga
membantu fokus, ingatan, serta konsentrasimu. Glutamat juga memudahkanmu dalam
mempelajari hal-hal baru.
MSG adalah garam sodium dari asam glutamat. Memang sih, kristal
putih MSG yang dijual sachetan itu pabrikan, tidak alami seperti glutamat
dalam tomat atau jamur. Tapi jangan curiga dulu — nggak semua hal yang
buatan pabrik itu buruk. Lagipula, tubuh kita sebenarnya tak bisa
membedakan yang mana yang glutamat alami dan yang mana yang MSG. Efeknya
terhadap tubuh kita sama, begitu pula proses tubuh dalam mencernanya.
MSG diproduksi dari tetes tebu atau tepung tapioka, bukan
limbah beracun yang berbahaya. Produksinya sendiri dijalankan
melalui fermentasi mikroba. Fermentasi dengan mikroba adalah metode yang
umum digunakan untuk mengolah makanan seperti tempe, keju, dan tape. Jadi
tenanglah karena dari segi produksi dan bahan baku, MSG itu tidak berbahaya.
Batas aman MSG adalah maksimal 6 gram per hari. Angka yang tinggi, mengingat konsumsi MSG orang Indonesia rata-rata hanya 0,65 gram per hari , Batas maksimal konsumsi MSG yang direkomendasikan WHO adalah 6 gram per hari. Sementara, Menkes RI merekomendasikan batas aman MSG sebanyak 5 gram. Rata-rata orang Indonesia hanya mengkonsumsi 0,65 gram MSG setiap harinya — sangat sedikit dibandingkan batas maksimal 5 atau 6 gram tersebut. Jadi kita sebenarnya nggak perlu khawatir, karena kans kita untuk makan terlalu banyak MSG kecil sekali.
Manfaat MSG
1.
Mengurangi konsumsi garam
Rumah tangga kadang menyiasati pengurangan micin dengan memadukan gula dan
garam. Perpaduan gula dan garam memang menciptakan rasa gurih pada masakan.
Akan tetapi Hardinsyah menjelaskan, micin terdiri dari natrium (12 persen),
glutamat (78 persen) dan Air (10 persen). Jumlah natrium atau garam dalam micin
tak seberapa dibanding garam dapur yakni sebanyak 36-39 persen.
Mereka yang terlalu banyak mengonsumsi natrium berisiko terkena hipertensi, stroke dan penyakit kardiovaskular. Selain itu, mengurangi garam dan diganti dengan micin bisa membuat masakan lebih enak. Hardinsyah memberikan contoh, garam satu bagian dikurangi sebanyak 0,3 bagian, kemudian 0,3 bagian ini diganti dengan micin.
Mereka yang terlalu banyak mengonsumsi natrium berisiko terkena hipertensi, stroke dan penyakit kardiovaskular. Selain itu, mengurangi garam dan diganti dengan micin bisa membuat masakan lebih enak. Hardinsyah memberikan contoh, garam satu bagian dikurangi sebanyak 0,3 bagian, kemudian 0,3 bagian ini diganti dengan micin.
2.
Mempercepat waktu cerna makanan
Saat makanan dikonsumsi, pencernaan dimulai saat makanan dikunyah. Glutamat pada micin merangsang produksi saliva sehingga makanan lebih cepat halus saat dikunyah. Kemudian proses ini berlanjut hingga ke lambung dan usus. Menurut Hardinsyah, makan lauk pauk dengan micin lebih mudah dicerna daripada yang tidak.
Selain itu, berdasarkan studi, bagi mereka yang memiliki penyakit gastritis atrofik kronik, micin membantu meningkatkan produksi cairan lambung. Gastritis atrofik terjadi saat antibodi menyerang lapisan lambung sehingga, lapisan lambung menjadi tipis dan kehilangan sebagian atau seluruh sel penghasil asam dan enzim.
Saat makanan dikonsumsi, pencernaan dimulai saat makanan dikunyah. Glutamat pada micin merangsang produksi saliva sehingga makanan lebih cepat halus saat dikunyah. Kemudian proses ini berlanjut hingga ke lambung dan usus. Menurut Hardinsyah, makan lauk pauk dengan micin lebih mudah dicerna daripada yang tidak.
Selain itu, berdasarkan studi, bagi mereka yang memiliki penyakit gastritis atrofik kronik, micin membantu meningkatkan produksi cairan lambung. Gastritis atrofik terjadi saat antibodi menyerang lapisan lambung sehingga, lapisan lambung menjadi tipis dan kehilangan sebagian atau seluruh sel penghasil asam dan enzim.
3.
Meningkatkan selera makan dan kualitas hidup
lansia
Berdasarkan penelitian Kenji Toyama dari Universitas Kanagawa, micin mampu meningkatkan asupan gizi karena nafsu makan bertambah. Selain itu, kualitas hidup lansia ini juga meningkat.
Penelitian ini melibatkan 11 lansia di sebuah rumah sakit. Selama dua bulan, mereka diberi bubur dengan tambahan micin sebanyak 0,5 persen. Artikel penelitian pun diterbitkan dalam Biological & Pharmaceutical Bulletin pada 2008.
Berdasarkan penelitian Kenji Toyama dari Universitas Kanagawa, micin mampu meningkatkan asupan gizi karena nafsu makan bertambah. Selain itu, kualitas hidup lansia ini juga meningkat.
Penelitian ini melibatkan 11 lansia di sebuah rumah sakit. Selama dua bulan, mereka diberi bubur dengan tambahan micin sebanyak 0,5 persen. Artikel penelitian pun diterbitkan dalam Biological & Pharmaceutical Bulletin pada 2008.
Kesimpulan
MSG memberikan rasa gurih dan
nikmat pada berbagai macam masakan, walaupun masakan itu sebenarnya tidak
memberikan rasa gurih yang berarti. MSG aman dikonsumsi sejauh tidak
berlebihan. Meski dinilai aman, MSG hendaknya tidak diberikan bagi orang yang
tengah mengalami cidera otak karena stroke, terbentur, terluka, atau penyakit
syaraf. Konsumsi MSG menyebabkan penumpukan asam glutamat pada jaringan sel
otak yang bisa berakibat kelumpuhan. Batasan aman yang pernah dikeluarkan oleh
badan kesehatan dunia WHO (World Health Organization), asupan MSG per hari
sebaiknya sekitar 0-120 mg/kg berat badan.
Daftar Pustaka
Dwi
Ardyanto ,Tonang .2004. MSG dan
Kesehatan : Sejarah, Efek dan Kontroversinya.Surakarta
Elise Dwi Ratnasari .(2018).”
Mengungkap 3 Manfaat 'Micin' untuk Kesehatan. “https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180129104119-255-272234/mengungkap-3-manfaat-micin-untuk-kesehatan.
diakses tanggal 8,08,2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.