.

Jumat, 17 Agustus 2018

Buruknya Kualitas Udara di Langit Jakarta


Oleh : Destya Pangesti


Abstrak

Tidak bisa dipungkiri bahwa Jakarta adalah kota besar yang jumlah penduduknya terus meningkat. Hal ini berimplikasi pada peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang akan meningkatkan konsentrasi zat pencemar di udara.
Menurut Abner ( 2008), transportasi merupakan bagian yang sangat bernilai dan diperlukan dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun pada sisi lain peningkatan ini juga sekaligus akan membawa efek negatif yang tidak diinginkan. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di negara berkembang seperti Indonesia sebanding dengan peningkatan jumlah emisi yang dihasilkan yang merupakan ancaman bagi kesehatan manusia.

Isi

Pencemaran udara merupakan masalah yang dihadapi kota-kota besar di dunia. Hal ini juga terjadi di Indonesia, khususnya di ibu kota Jakarta. Menigkatnya jumlah penduduk juga berpengaruh pada meningkatnya julah kepemilikan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat, yang didukung oleh kemudahan dalam mempeolehnya, menjadi salah satu pemicu peningkatan gas dari knalpot.

Polusi udara di luar ruangan bertambah akibat konsekuensi peningkatan pembakaran bahan-bahan fosil untuk transportasi, pembangkit listrik dan aktivitas manusia. Merupakan masalah serius di seluruh bagian dunia, terutama di kota besar negara berkembang dan diperkiraan seperempat populasi dunia terpapar polutan udara yang tidak sehat. Keberadaan bahan pencemar udara dihasilkan oleh proses alam maupun aktivitas manusia, di mana kontribusi akibat aktivitas manusia bisa berasal dari sumber pencemar tidak bergerak seperti industri maupun bergerak seperti kendaraan bermotor. Kondisi udara yang tercemar tentunya akan memengaruhi kesehatan manusia dan juga ekosistemnya.

Menurut  Dirjen PP (2011), resiko kesehatan akibat aktivitas manusia terjadi karena pada dasarnya setiap kegiatan selalu mempunyai dampak lingkungan dan kesehatan. Resiko kesehatan adalah dampak negatif yang hanya bisa dikelola tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali. Masalah kesehatan lingkungan yang muncul menimbulkan pertanyaan antara lain tentang besarnya risiko kesehatan akibat pajanan bahaya lingkungan, pengendalian risiko tanpa menghentikan kegiatan sumber risiko, serta keefektifan perangkat hukum dan teknologi yang tersedia dalam melindungi kesehatan orang yang terpajan dari efek yang merugikan kesehatan. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan yang disebut Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).

Langkah awal untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah adanya pemantauan kualitas udara yang memadai dalam bentuk jumlah dan sebaran lokasi pemantauan yang cukup, dapat diakses masyarakat dengan mudah, dan bersifat real time.
Dengan mengetahui kualitas udara di sekitar mereka, warga dapat melakukan tindakan preventif dan respons terhadap polusi udara, seperti pilihan untuk beraktivitas di luar atau dalam ruangan dan pemakaian masker saat beraktivitas luar ruang. Sementara itu, pemantauan real time dapat menunjukkan pola polusi udara, di antaranya pola tempat dan pola waktu saat tingkat polusi tinggi, yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk memformulasikan kebijakan mitigasi.
Pemantauan kualitas udara di wilayah Jakarta yang dilakukan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta saat ini belum memadai.

Daftar Pustaka

Abner, T. 2008. Dampak Debu Transportasi kepada masyarakat. Jakarta: FKUI
Hidayat, Atep Afia, Kholil, Muhammad. 2017. Kimia Industri dan Teknologi Hijau. Jakarta. Pantona Media
Suryanto, D.A. 2012. Analisis Tingkat Polusi Udara Terhadap Pengaruh Pertumbuhan Kendaraan Studi Kasus DKI Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.