.

Sabtu, 14 Mei 2022

PENCEMARAN AIR: SUMBER, DAMPAK DAN PENANGGULANGANNYA (@V25-Alfarizi)

 

PENCEMARAN AIR: SUMBER, DAMPAK DAN PENANGGULANGANNYA

Oleh : Rifki Alfarizi (@V25-Alfarizi)


Abstrak:
Air merupakan sumber kehidupan di muka bumi ini, kita semua bergantung pada air. Untuk itu diperlukan air yang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Tapi pada akhir-akhir ini, persoalan penyediaan air yang memenuhi syarat menjadi masalah seluruh umat manusia. Dari segi kualitas dan kuantitas air telah berkurang yang disebabkan oleh pencemaran. Makalah ini membahas mengenai pencemaran air yang ditinjau dari sumber pencemaran, dampak serta penanggulangan pencemaran tersebut. Selain itu juga dijelaskan mengenai indikator pencemaran air dan pengertian pencemaran air. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi bagi kita semua, sehingga akan dapat mengurangi pencemaran yang terjadi dan akan didapat air yang aman, bersih dan sehat.  


  1. Latar Belakang
    Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya.
    Air yang relatif 2 bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya. Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. 
  2. Tujuan Penulisan
    Berdasarkan latar belakang di atas, maka tulisan ini bertujuan untuk mengupas mengenai pencemaran air. Secara khusus, akan dibahas sumber, dampak dan penganggulangan pencemaran air yang tidak lepas dari pengertian dan persfektif hukum dari pencemaran air serta indikator pencemaran tersebut. Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai dampak pencemaran air beserta penanggulangannya, maka akan timbul kesadaran dari kita semua. Yang pada akhirnya pencemaran dapat dikurangi dan akan didapat sumber air yang aman. 
Pencemaran Air
Pencemaran air dapat menimbulkan ancaman serius bagi lingkungan serta kehidupan.  Efek polutan dapat bervariasi tergantung pada jenis dan sumbernya.  Misalnya, sementara logam hcavy, pewarna, dan beberapa polutan organik lainnya telah diidentifikasi sebagai karsinogen, hormon, farmasi, dan kosmetik dan limbah produk perawatan pribadi dikenal sebagai bahan kimia pengganggu endokrin.  Polutan-polutan yang masuk ke badan air melalui berbagai saluran tetapi didominasi oleh antropogenik, telah menjadi perhatian besar para pemerhati lingkungan karena berbagai bahaya yang ditimbulkannya terhadap lingkungan (Inyinbor dkk, 2018).

Istilah pencemaran air atau polusi air dapat dipersepsikan berbeda oleh satu orang dengan orang lainnya mengingat banyak pustaka acuan yang merumuskan definisi istilah tersebut, baik dalam kamus atau buku teks ilmiah. Pengertian pencemaran air juga didefinisikan dalam Peraturan Pemerintah, sebagai turunan dari pengertian pencemaran lingkungan hidup yang didefinisikan dalam undang-undang. 

Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak pernah ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-komponen lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air laut, pencemaran air tanah dan pencemaran udara. 

Dengan demikian, definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997. Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air didefinisikan sebagai : “pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya” (Pasal 1, angka 2). Definisi pencemaran air tersebut dapat PENCEMARAN AIR - Pengertian, Indikator - Standar baku mutu DAMPAK - Terhadap biota air - Terhadap air tanah - Terahadap kesehatan - Terhadap estetika PENANGGULA NGAN - Secara teknis - Secara non teknis - Kebijakan SUMBER - Industri - Rumah tangga (pemukiman) - Pertanian, perkebunan dll. 5 diuraikan sesuai makna pokoknya menjadi 3 (tga) aspek, yaitu aspek kejadian, aspek penyebab atau pelaku dan aspek akibat (Setiawan, 2001).  

Indikator pencemaran air 

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
  • Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau dan rasa.
  • Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH.
  • Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD). 

pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen 

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik. 
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahab pH dan menyukai pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan , misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah. Pengaruh nilai pH pada komunitas biologi perairan dapat dilihat pada table di bawah ini : 

Tabel : Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan 

Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae yaitu Chlamydomonas acidophila mampu bertahan pada pH =1 dan algae Euglena pada pH 1,6. 

Oksigen terlarut (DO)
Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organic dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesa algae. Oksigen yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak efisien, karena oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh algae untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir. 8 Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka kalarutan oksigen jenuh dalam air pada 25o C dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L (Warlina, 1985).

Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) 
Dekomposisi bahan organic terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya bahan organic menjadi anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah menjadi bahan anorganik yang stabil, misalnya ammonia mengalami oksidasi menjadi nitrit atau nitrat (nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap pertama ynag berperan, sedangkan oksidasi bahan anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat pengganggu. Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organic yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air. Pada dasarnya, proses oksidasi bahan organic berlangsung cukup lama. Menurut Sawyer dan McCarty, 1978 (Effendi, 2003).

Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD) 
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/L (UNESCO,WHO/UNEP, 1992).

Sumber Pencemaran Air
Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan (Pencemaran Ling. Online, 2003). Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida. 
Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktifitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam. Pengaruh bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut, dan partikulat terhadap lingkungan perairan dan kesehatan manusia dapat ditunjukkan secara skematik sebagai berikut : 


a. Limbah Manusia
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2013, ternyata 780 juta penduduk (sekitar 11 persen dari populasi dunia) tidak memiliki akses terhadap air bersih (air minum). Sedangkan 2,5 miliar ( sekitar 40 persen dari populasi dunia) ternyata tidak memiliki fasilitas sanitasi yang layak (tidak memiliki toilet, tidak memiliki toilet yang layak). Dari data tersebut sudah dapat diduga bahwa Sebagian limbah manusia memasuki kawasan perairan tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu, sehingga terjadi pencemaran terhadap air permukaan dan air bawah tanah.

b. Limbah Nutrisi

Secara teori dan praktek limbah dapat dikelola dan dijadikan kompos atau pupuk, dengan demikian terjadi pengembalian nutrisi ke lingkungan. Di mana nutrisi seperti nitrogen dan fosfor akan dimanfaatkan kembali oleh mikroorganisme dan makroorganisme di sekitar perairan. Persoalan mendasar ialah jumlah limbah yang masuk atau dimasukkan ke perairan dalam volume yang sangat besar, sehingga kemampuan sumberdaya perairan untuk merehabilitasi dirinya sendiri menjadi terlampaui. Dapat diistilahkan lebih besar pasak daripada tiang, sehingga yang terjadi adalah kondisi lingkungan menjadi semakin memprihatinkan, kotor, tidak terawatt bahkan cenderung membahayakan.

c. Air Limbah

Limbah cair merupakan limbah yang berwujud cair. Limbah cair terlarut dalam air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam. Contoh limbah cair adalah air bekas mencuci pakaian, air bekas pencelupan warna pakaian, dan sebagainya (Said, 2011). Selain itu saluran air yang keluar dari pabrik biasanya mengeluarkan limbah industri, yang mengalir ke badan-badan air mulai selokan, parit, sungai, bahkan sampai ke lautan. Sejak tahun 1970-an sudah mulai muncul kesadaran akan pentingnya pengelohan limbah cair yang dirintis oleh Environmental Protection Agency (EPA), Amerika Serikat. Sedangkan di Indonesia telah diterbitkan antara lain Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. Baku mutu limbah cair tersebut mencangkup 21 jenis industry.

d. Limbah Kimia

Beberapa contoh limbah kimia yang menimbulkan pencemaran air dan sangat beracun ialah polychlorinated biphenyls (PCB). Berdasarkan catatan Greenfact (2003), sekitar 10 persen dari PCB yang diproduksi sejak tahun 1929 masih tetap ada di lingkungan saat ini. Sekitar 209 macam molekul PCB telah berhasil dibentuk, yaitu dengan menggunakan atom karbon, hidrogen dan klor. Penggunaan dan produksi PCB saat ini dilarang atau dibatasi di banyak negara. Penggunaan PCB misalnya untuk peralatan listrik, pelapis permukaan, tinta dan cat. Limbah yang mengandung PCB biasanya dibakar atau disimpan ditempat pembuangan sampah. Namun PCB ini sangat mudah larut dalam air, sehingga dalam satu penelitian terbukti pada contoh burung dan ikan yang ada di Arktik (salah satu wilayah di kutub Utara), positif mengandung PCB (Woodford, 2014). Dengan demikian, PCB sebagai polutan telah menempuh jarak ribuan mil melalui lautan. PCB tersebut bisa saja berasal dari Rusia, Alaska, Kanada, Islandia atau Nonlvegia.

Jenis polutan lainnya yang berpotensi meracuni ekosistem perairan ialah logam berat seperti cadmium (Cd), merkuri (Hg), Timbal (Pb) dan Arsen (As). Saifullah (2013) menjelaskan, bahwa beberapa kasus pencemaran air yang menimbulkan korban manusia seperti pada akhir tahun tahun 1950, yaitu mewabahnya penyakit yang sangat mengerikan, yang terkenal sebagai pemyakit itai-itai (aduh-aduh). Lokasi penyebaran penyakit sekitar tiga km di sepanjang Sungai Jintsu, Toyama, Jepang. Penyebabnya ternyata Sungai Jintsu telah terkontaminasi polutan, terutana cadmium (Cd) yang bersumber dari limbah pertambangan seng (Zn). Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kadar Cd dalam beras dari pesawahan di Toyama 10 kali lebih tinggi dengan beras dari daerah lainnya. Hal itu menunjukkan, bahwa pesawahan di sekitar Toyama mendapat pengairan dari Sungai Jintsu yang sudah tercemar salah satu logam berat tersebut.

e. Limbah Radioaktif

Menurut WNA (2015), tujuan utama dalam mengelola dan membuang limbah radioaktif (atau lainnya) adalah untuk melindungi masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut berarti mengisolasi atau menipiskan limbah sehingga tingkat atau konsentrasi dari setiap radionuklida kembali ke biosfer tidak berbahaya. Untuk itu, hampir semua limbah yang menjalani pengelolaan, beberapa di antaranya membutuhkan perlakuan berupa penguburan secara permanen. Sementar di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) tidak diperbolehkan menimbulkan pencemaran yang membahayakan. Pada dasarnya semua limbah beracun harus dikelola dengan baik, bukan hanya limbah radioaktif. Sementara di negara-negara yang memiliki kekuatan nuklir, limbah radioaktif kurang dari satu persen dari total limbah beracun yang dibuang industri.

f. Limbah Minyak

Penyebab pencemaran air yang tak kalah pentingnya ialah limbah minyak. Industri minyak bumi memiliki potensi sebagai sumber dampak terhadap pencemaran air, tanah dan udara baik secara langsung maupun tidak langsung. Minyak yang merembes ke dalam tanah dapat menyebabkan tertutupnya suplai oksigen dan meracuni mikroorganisme tanah sehingga mengakibatkan kematian mikroorganisme tersebut. Tumpahan minyak di lingkungan dapat mencemari tanah dan perairan hingga ke daerah sub-surface dan lapisan aquifer air tanah. Jumlah tanah yang terkontaminasi minyak bumi yang dihasilkan dalam proses produksi minyak telah meningkat ribuan ton setiap tahun di lndoesia (Yudono, dkk, 2009). Sementara menurut Prince (2003), Hidrokarbon minyak bumi merupakan kontaminan yang paling luas yang mencemari lingkungan. Kecelakaan tumpahan minyak yang terjadi sering mengakibatkan kerusakan lingkungan yang serius. Tingkat pencemaran yang berat mampu membunuh berbagai jenis organisme air atau tanah dan menyebabkan lingkungan mengalami kerusakan yang bersifat permanen.

g. Limbah Plastik

Limbah plastik merupakan salah satu sumber polutan yang menimbulkan pencemaran air, baik di lautan, sungai, danau dan badan perairan lainnya. Bahkan limbah plastik mengancam keberadaan air tanah, terutama dengan kemampuannya untuk menghalangi inflltrasi air hujan masuk ke dalam pori-pori tanah. Jika diakumulasikan secara keseluruhan, ratusan km2 lahan di permukaan Bumi ini tertutup oleh plastik yang salah satu sifatnya sulit diuraikan. 


Komponen Pencemaran Air 

Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Sebagai contoh adalah pestisida yang biasa digunakan di pertanian, industri atau rumah tangga, detergen yang biasa digunakan di rumah tangga atau PCBs yang biasa digunakan pada alat-alat elektronik. Erat kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air, ternyata komponen pencemaran air turut menentukan bagaimana indikator tersebut terjadi. Menurut Wardhana (1995), komponen pencemaran air yang berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan: 

  • padat 
  • cairan berminyak 
  • organic dan olahan bahan makanan
  • berupa panas
  • anorganik
  • zat kimia


Dampak Pencemaran Air

Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb. Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat dari kegiatan pertanian telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali yang disebut eutrofikasi (eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih banyak oksigen. Akibatnya ikan akan mati dan aktivitas bakteri akan menurun. Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori (KLH, 2004)
  1. dampak terhadap kehidupan biota air.
  2. dampak terhadap kualitas air tanah.
  3. dampak terhadap kesehatan.
  4. dampak terhadap estetika lingkungan.

    1. Dampak terhadap kehidupan biota air 

      Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu kematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air. Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah menjadi sulit terurai. Panas dari industri juaga akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan dahulu. 

    2. Dampak terhadap kualitas air tanah

      Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut. 

    3. Dampak terhadap kesehatan

      Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :

      - air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen
      - air sebagai sarang insekta penyebar penyakit
      - jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan diri
      - air sebagai media untuk hidup vector penyakit

      Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa.
    4. Dampak terhadap estetika lingkungan

      Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika. Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang sangat banyak. Inipun dapat mengurangi estetika. 

Penanggunalan Pencemaran Air 

Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya serius yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini merupakan upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta dilakukan secara bwertahap untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-sumber lainnya. Program ini juga berusaha untuk menata pemukiman di bantaran sungai dengan melibatkan masyarakat setempat (KLH, 2004). 

Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran. 

  • Mengelola penggunaan detergen dengan baik Detergen merupakan salah satu produk yang mengandung banyak zat kimia yang sulit terurai sehingga beresiko menyebabkan pencemaran air. Oleh sebab itu, dalam menggunakan detergen untuk mencuci pakaian, ada baiknya Anda mengelola penggunaannya dengan baik. Selain itu, pilih pula detergen yang sisa zat kimianya biasa terurai dengan baik alias ramah lingkungan.

  • Mengolah dan membuang limbah rumah tangga dengan tepat Mencegah masalah pencemaran air juga bisa dilakukan dengan menerapkan beberapa kebiasaan baik. Salah satunya adalah dengan mengolah serta membuang limbah rumah tangga dengan tepat. Hindari membuang sampah rumah tangga ke sungai atau danau karena hal tersebut bisa mengganggu keberlangsungan ekosistem di lingkungan itu sendiri. Selain itu, kelola sampah dengan baik, misalnya memisahkan sampah organik dan anorganik.

  • Mengganti bahan kimia pemberantas hama dengan memanfaatkan musuh alami dan parasitoid Sebenarnya, produk kimia pemberantas hama seperti insektisida dan sejenisnya bisa diganti dengan menggunakan cara alternatif lainnya. Cara alternatif yang dimaksud adalah dengan menggunakan musuh alami dan parasitoid. Dengan salah satu upaya penanggulangan pencemaran air ini, lingkungan menjadi lebih aman dan tidak meninggalkan dampak buruk bagi kesehatan.

  • Mengganti pupuk kimia dengan pupuk organik dan kompos Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah dan mengatasi masalah pencemaran air adalah dengan membatasi penggunaan pupuk kimia. Pupuk kimia merupakan salah satu produk yang memiliki kandungan nitrat dan fosfat tinggi. Jika digunakan secara berlebihan, zat tersebut bisa memicu pencemaran air. Sebaliknya, menggunakan pupuk organik atau pupuk kompos akan tetap memberikan efek kesuburan tanah tanpa menciptakan resiko pencemaran air.

  • Mengolah limbah cair dari industri atau pabrik Pabrik atau industri merupakan salah satu contoh sumber pencemaran air. Oleh karena itu, mengelola limbah cair yang dialirkan ke sungai atau lainnya adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Anda sendiri bisa menetralkan, mengendapkan, atau menyaring limbah tersebut sebelum dialirkan ke sungai, danau, atau bahkan laut.

  • Membuat penampungan limbah (septic tank) Baik rumah tangga maupun perkantoran harus memiliki bak penampungan limbah alias septic tank yang memadai. Dengan begitu, masalah pencemaran air oleh limbah buangan setiap harinya bisa teratasi. Selain itu, penanggulangan pencemaran air dengan septitank atau bak penampungan limbah ini juga perlu diterapkan untuk area khusus seperti rumah sakit dan kawasan peternakan.

  • Menangkap ikan dengan cara alami Biasanya, orang yang lebih mengutamakan hasil instan dalam mencari ikan akan memanfaatkan bahan peledak untuk mendapatkan banyak hasil tangkapan. Namun, hal ini bukanlah cara yang tepat karena bahan peledak mengandung berbagai zat kimia berbahaya yang bisa tertinggal di air dan memicu pencemaran air. Anda bisa berkontribusi dalam upaya menanggulangi pencemaran air dengan menggunakan cara alami dalam menangkap ikan. Cara alami yang dimaksud bisa menggunakan jala atau pancing. Dengan begitu, regenerasi ikan dalam berlanjut dengan baik.

  • Membuat perencanaan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) Upaya yang terakhir pada bahasan kali ini adalah menerapkan perencanaan AMDAL dengan baik. Upaya ini wajib dipertimbangkan ketika melakukan pembangunan berskala besar seperti pembangunan kawasan industri. Dengan mendapatkan analisis dampak lingkungan dari pembangunan industri tersebut, pihak yang membangun industri terkait bisa menerapkan cara penanggulangan pencemaran air yang tepat agar tidak terjadi kerusakan pada lingkungan.


 Referensi

  1. Achmadi, Umar Fachmi, Prof. Dr.MPH, Ph.D, Peranan Air Dalam Peningkatan Kesehatan Masyarakat, http://www.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/200104/lap-perananair.pdf., dikunjungi 5/3/2004.
  2. Air Kita Diracuni, http://www.walhi.or.id/Indonesia/kampanye/Air/airdiracuni.htm, dikunjungi 21/3/2004.
  3. Bali Post, 14 Agustus 2003, Penggunaan Pestisida Pengaruhi Air, http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/8/14/nt1hl.htm, dikunjungi 5/3/2004.
  4. Effendi, Hefni, 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
  5. Kementerian Lingkungan Hidup, 2004, Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta.
  6. Pencemaran Lingkungan Online, Pencemaran Air, http://www.tlitb.org/plo/air.html, dikunjungi 5/3/2004.
  7. Pikiran Rakyat, 8 Juni 2003, Kemarau Tiba Saguling Makin Tercemar, http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0603/08/0106.htm, dikunjungi 21/3/2004.
  8. Pikiran Rakyat, 25 Agustus 2003, Penambangan Emas Ciherang Cemari Lingkungan Warga, http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0803/25/0301.htm, dikunjungi 14/3/2004.
  9. Republika Online, 17 Peb. 2003, Penelitian KIRJU: Pencemaran, Kerugian Bagi Nelayan dan Petambak, http://www.forek.or.id/detail.php?rubrik=pendidikan&beritaID=1207, dikunjungi 23 21/3/2004.
  10. Setiawan, Hendra, Agustus 2001, Pengertian Pencemaran Air Dari Perspektif Hukum, http://www.menlh.go.id/airnet/Artikel01.htm, dikunjungi 7/3/2004.
  11. Wardhana, Wisnu Aria, 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi Offset Jogyakarta, Jogyakarta.
  12. Warlina, Lina, 1985, Pengaruh Waktu Inkubasi BOD Pada Berbagai Limbah, FMIPA Universitas Indonesia, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.