Oleh : Aziz Affandi (@V04-Aziz)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga yang semakin berlimpah mengakibatkan timbulnya pencemaran yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Limbah cair yang berasal dari hotel dapat digolongkan sebagai limbah domestik atau limbah rumah tangga. Namun perbedaannya adalah limbah yang berasal dari hotel jauh lebih banyak daripada limbah yang berasal dari rumah tangga. Oleh sebab itu perlu dilakukan dan dikembangkan suatu usaha untuk dapat mengatasi atau mengurangi dampak negatif oleh kegiatan tersebut.
Limbah cair yang berasal dari hotel berkisar 150 – 220 L/orang/hari. seiring dengan kapasitas tamu atau pengunjung yang masuk setiap hari. Sumber limbah cair hotel biasanya berasal dari kamar mandi, maupun wc (MCK), loundry, dapur, restaurant, bar, ac sentral atau yang sendiri- sendiri, yang masing-masing mempunyai karakteristik atau sifat tersendiri.
Limbah dapat didefenisikan sebagai buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah dapat mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan berbahaya karena alasan warna, isinya, kandungan anorganik atau organik, kadar garam, keasaman, alkalinitas dan sifat-sifat khas mereka yang beracun (Ginting, 1992).
1.2 Maksud dan Tujuan
Mengatahui keefektifan sistem pengolahan air limbah dalam meningkatkan kualitas air limbah hotel dan membuat disain perencanaan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan Re-use air di lingkungan perhotelan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
2.2 Pengolahan Limbah
Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
- pengolahan menurut tingkatan perlakuan
- pengolahan menurut karakteristik limbah
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah, seperti jamban misalnya.
2.3 Karakteristik Limbah
- Berukuran mikro
- Dinamis
- Berdampak luas (penyebarannya)
- Berdampak jangka panjang (antar generasi)
2.4 Limbah Industri
Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat bagian,
- Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik
- Limbah padat
- Limbah gas dan partikel
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kebutuhan Air di Hotel Sanur
Berdasarkan hasil survai lapangan dan dilanjutkan diskusi dengan pihak pengelola hotel, diperoleh keterangan tentang pemakaian air dihotel. Air ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan sebanyak 100 kamar yang ada, laundry, kolam renang, kolam ikan & siram taman serta untuk memenuhi keperluan di dapur. Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut, maka digunakan dua sumber air, yaitu dari air tanah dalam dan dari PDAM. Dari hasil diskusi, diketahui pemakaian air rata-rata per hari adalah sekitar 115 m3/hari, dengan rincian sebagai berikut :
Keb. Air kamar = 100 x 0,25 = 25 m3/hari.
Laundry = 30 m3/hari.
Kolam renang = 15 m3/hari.
Dapur dll = 5 m3/hari.
Air siram taman, kolam = 40 m3/hari.
TOTAL = 115 m3/hari.
3.2 Jumlah Air Limbah
Pada umumnya, untuk menentukan jumlah limbah yang dihasilkan didasarkan dari pemakaian air yang berpotensi menjadi limbah. Untuk keperluan domestik pada umumnya jumlah limbahnya sebesar 80 – 90% dari pemakaian air yang berpotensi menjadi limbah. Berdasarkan asumsi tersebut, maka jumlah limbah yang dihasilkan oleh hotel Sanur sebesar :
Limbah dari kamar = 100 x 0,25 x 90% = 22,5 m3/hari.
Limbah laundry = 30 x 90 % = 27 m3/hari.
Limbah dapur dll = 5 x 90 % = 4,5 m3/hari.
TOTAL = 54 m3/hari.
Perkiraan jumlah limbah ini akan digunakan sebagai dasar disain IPAL yang direncanakan.
3.3 Sistem Pengumpulan Air Limbah
Karena di hotel Sanur hanya tersedia satu calon lokasi IPAL yang sesuai, maka pengolahan limbah hotel Sanur ini akan menggunakan sistem terpusat. Untuk itu diperlukan satu sistem yang dapat menyalurkan semua limbah yang ada menuju lokasi IPAL. Karena area hotel yang sangat luas (± 6 Ha) dan datar serta sumber limbah saat ini berada di tengah-tengah taman yang sudah tertata rapi, maka diperlukan suatu sistem yang tidak sederhana. Agar sistem dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan rencana yang diinginkan serta tidak mengganggu secara estitika dan keindahan, maka diperlukan perencanaan jaringan yang tepat sesuai dengan tempat tersebut. Ada dua alternatif sistem pengumpulan limbah yang dapat dikerjakan serta jenis dan sumber limbah yang akan diolah di IPAL ini nanti. Gambar 1 menunjukkan sistem pengumpulan limbah dari sumbernya.
Gambar 1 : Alternatif pengumpulan limbah dari sumbernya.
Keterangan :
- Alternatif 1 : hanya limbah dari kamar mandi (grey water) yang akan diolah di IPAL, sedangkan limbah toilet (black water) tetap diresapkan ke dalam tanah.
- Alternatif 2 : semua limbah dari kamar mandi (grey water & black water) diolah di IPAL. dengan sistem dikumpulkan di bak pengumpul terlebih dahulu.
3.4 Teknologi IPAL yang Digunakan
Dalam menentukan teknologi proses pengolahan air limbah Hotel Sanur, didasarkan atas beberapa kriteria antara lain :
- Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar Baku Mutu Lingkungan,
- Pengelolaannya harus mudah,
- Lahan yang diperlukan tidak terlalu besar,
- Konsumsi energi sedapat mungkin rendah,
- Biaya operasinya rendah,
- Lumpur yang dihasilkan sedapat mungkin kecil,
- Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar,
- Dapat menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan baik,
- Perawatannya mudah dan sederhana.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas untuk pengolahan air limbah Hotel Sanur yang tepat digunakan adalah kombinasi proses biofilter anaerob-aerob.
3.5 Sistem kelistrikan IPAL
Peralatan dan Mesin di IPAL dan system Re-use meliputi pompa feed air limbah di bak equalisasi, pompa sirkulasi air limbah, blower udara, pompa feed sistem re-use air dan dosing klorin. Semua peralatan dan mesin di IPAL ini dioperasikan dan dikontrol melalui satu sistem di panel kontrol IPAL. Sedangkan pompa-pompa di masing-masing bak pengumpul dipasang dan dikontrol secara terpisah dari IPAL. Gambar 2 menunjukkan Wire diagram kelistrikan tersebut.
3.6 Lokasi Untuk IPAL
IPAL dan sistem re-use air limbah hotel Sanur dengan kapasitas 60 m3/hari rencananya akan ditempatkan di ujung lapangan tenis. Saat ini lokasi tersebut merupakan lahan kosong yang belum termanfaatkan dengan luas area yang dapat digunakan seluas 8 x 15 m.
Gambar 3 : Foto calon lokasi IPAL yang direncanakan.
Gambar 4 : Denah calon lokasi IPAL yang direncanakan.
3.7 Biaya dan Efisiensi
Biaya operasional dari instalasi pengolahan limbah dan sistem re-use ini terdiri dari biaya listrik untuk pompa dan blower, biaya perawatan peralatan dan mesin dan biaya tenaga operator. Secara rinci jumlah biaya operasional IPAL tersebut adalah :
a. Kebutuhan Listrik
b. Biaya Perawatan = Rp 600.000/bulan
c. Tenaga operator IPAL Rp 1.250.000/orang/bulan.
Total Biaya Operasional IPAL
Dari total biaya operasional IPAL ini dapat dihitung juga besarnya biaya operasional untuk pengolahan limbah setiap meter kubiknya, yaitu sebagai berikut :
- Jumlah air limbah per hari = 54 m3
- Biaya pengolahan air limbah = Rp.116.133/54 m3, atau
= Rp 2.150 / m3 limbah.
Efisiensi :
Effisiensi yang diperoleh dari sistem reuse ini diperoleh dari besarnya nilai rupiah dari jumlah air yang dapat dihemat karena digantikan oleh air olahan IPAL ini. Secara rinci jumlah effisiensi yang diperoleh adalah sebagai berikut :
= ( Jumlah air yang di re-use x Harga air ) – Biaya Operasional IPAL
= (54 m3/hari x Rp.22.000/m3) - Rp.116.133,- /hari
= Rp. 1.188.000 - Rp. 116.133,- / hari
= Rp. 1.071.867 / hari.
= Rp. 32.156.010 / bulan.
= Rp. 385.872.120 /tahun.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain :
- Rencana pengelolaan limbah dengan teknologi IPAL dan dilanjutkan dengan Reuse air akan dapat digunakan sebagai solusi permasalahan bahaya pencemaran lingkungan dan menghindari terjadinya defisit air bersih.
- Teknologi re-use dapat menghemat pemakaian air bersih, tanpa mengurangi jumlah pemakaian air. Program ini dapat menghemat pemakaian air sampai dengan 50%.
- Ada banyak keuntungan yang akan diperoleh oleh pengelola hotel jika gerakan “Green Hotel & Resort” (upaya pemanfaatan kembali air) ini dilakukan antara lain :
- Akan meningkatkan image di masyarakat sekitar dan internasional sehingga akan meningkatkan tingkat hunian hotel.
- Menghindari ternyadinya konflik sosial dengan masyarakat di sekitar karena persoalan kekurangan air bersih dan pencemaran lingkungan.
- Menghindari terjadinya kerusakan lingkungan (intrusi air laut, penurunan muka daratan akibat penyedotan air bawah tanah)
- Memberikan lapangan kerja bagi operator IPAL,
- Mendapatkan keuntungan finasial, karena penurunan pajak pemakaian air.
- Sebagai hotel yang pertama kali berpredikat “Green Hotel”, maka Sanur akan menjadi pioneer di bidang pengolahan air limbah dan akan dipublikasikan secara luas oleh berbagai media.
4.2 Saran
Dalam Pendesainan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan Re-use air di lingkungan perhotelan. Dapat menggunakan teknologi yang memenuhi kriteria berikut :
- Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar Baku Mutu Lingkungan,
- Pengelolaannya harus mudah,
- Lahan yang diperlukan tidak terlalu besar,
- Konsumsi energi sedapat mungkin rendah,
- Biaya operasinya rendah,
- Lumpur yang dihasilkan sedapat mungkin kecil,
- Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar,
- Dapat menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan baik,
- Perawatannya mudah dan sederhana.
DAFTAR PUSATAKA
Widayat, W. (2010). Pengolahan Air Limbah Industri Kecil Pelapisan Logam. Pusat Teknologi Lingkungan, BPP Teknologi, Jakarta.
Raka, I. G., & Yuliar, S. (1999). Paradigma Produksi Bersih: mendamaikan pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Nuansa.
Setiyono, S. (2009). Disain Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) dan Re-use Air di Lingkungan Perhotelan. Jurnal Air Indonesia, 5(2).
Ratnawati, R., Al Kholif, M., & Sugito, S. (2014). Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) Biofilter Untuk Mengolah Air Limbah Poliklinik Unipa Surabaya. Waktu: Jurnal Teknik UNIPA, 12(2), 73-82.
Wright, P. J., Ginting, Y. A., & Abbot, J. (1992). Kinetic Models for Peroxide Bleaching Under Alkaline Conditions, Part 2. Equilibrium Models. Journal of wood chemistry and technology, 12(1), 111-134.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.