Kimia hijau dalam bidang pengendalian limbah dan
pelestarian lingkungan
I. Abstrak
Menurut Dina Mustafa (2016) Kimia hijau adalah suatu pendekatan terhadap perancangan, proses pembuatan, dan pemanfaatan produk-produk kimia sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya dampak buruk zat kimia terhadap lingkungan termasuk manusia. Tujuan utama pendekatan kimia hijau adalah untuk menciptakan zat-zat kimia yang lebih baik dan aman dan secara bersamaan dapat memilih cara-cara yang paling aman dan efisien untuk mensintesa zat-zat tersebut dan mengurangi sampah kimia yang dihasilkan.
Industri kimia umumnya mengandalkan pelarut petroleum
yang tidak dapat diperbaharui sebagai materi utama untuk membuat zat kimia.
Lebih jauh lagi, karena proses-proses dalam kimia hijau jauh lebih efisien,
maka perusahaan akan menggunakan lebih sedikit bahan mentah dan energi
sekaligus menghemat dana untuk pembuangan limbah.
Menurut Dr. Irdhawati, S.Si., M.Si Green chemistry
didefinisikan sebagai model dalam proses pembuatan produk dengan mengurangi
atau menghilangkan penggunaan bahan kimia. Pengembangan metode kimia yang ramah
lingkungan saat ini sangat berkembang sebagai salah satu cara untuk menerapkan
kimia hijau dalam kehidupan. Kota-kota besar di Indonesia menghasilkan limbah
padat maupun cair sekitar 10 juta ton per tahun, dan meningkat 2-4% per tahun,
sementara kapasitas penampungan limbah semakin menurun. Sumber limbah sebagian
besar berasal dari rumah tangga dan pasar tradisional. Terdapat beberapa jenis
limbah lain seperti plastic, gelas, logam, dan lain-lain . Pengolahan limbah
dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.
Kata kunci: Kimia hijau, Kimia lingkungan
Abstract
According to Dina Mustafa (2016) Green chemistry is an approach to the
design, manufacturing process, and utilization of chemical products in such a
way as to reduce or eliminate the harmful effects of chemicals on the
environment, including humans. The main goal of the green chemistry approach is
to create better and safer chemicals and at the same time choose the safest and
most efficient ways to synthesize these substances and reduce the chemical waste
generated.
The chemical industry generally relies on non-renewable petroleum solvents
as the main material for making chemicals. Furthermore, because processes in
green chemistry are much more efficient, companies will use less raw materials
and energy while saving money on waste disposal.
According to Dr. Irdhawati, S.Si., M.Si Green chemistry is defined as a
model in the process of making products by reducing or eliminating the use of
chemicals. The
development of
environmentally friendly chemical methods is currently developing as a way to
apply green chemistry in life. Big cities in Indonesia produce about 10 million
tons of solid and liquid waste per year, and it is increasing by 2-4% per year,
while the capacity of waste collection is decreasing. Sources of waste mostly
come from households and traditional markets. There are several other types of
waste such as plastic, glass, metal, and others . Waste treatment is carried
out by the government and the private sector.
Keywords: Green chemistry, Environmental chemistry
II. Pendahuluan
Menurut Dina Mustafa (2016) Kimia hijau adalah suatu
pendekatan terhadap perancangan, proses pembuatan, dan pemanfaatan
produk-produk kimia sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi atau
menghilangkan bahaya dampak buruk zat kimia terhadap lingkungan termasuk
manusia. Tujuan utama pendekatan kimia hijau adalah untuk menciptakan zat-zat
kimia yang lebih baik dan aman dan secara bersamaan dapat memilih cara-cara
yang paling aman dan efisien untuk mensintesa zat-zat tersebut dan mengurangi
sampah kimia yang dihasilkan.
Industri kimia umumnya mengandalkan pelarut petroleum
yang tidak dapat diperbaharui sebagai materi utama untuk membuat zat kimia.
Industri seperti ini biasanya adalah sangat intensif dalam penggunaan energi,
tidak efisien, dan menghasilkan racun, baik produk maupun limbah kimia yang
berbahaya.
Salah satu prinsip dari kimia hijau adalah mengutamakan
pemanfaatan zat-zat alternatif dan terbarukan termasuk pemanfaatan limbah
pertanian atau biomass atau produk-produk biologis yang tidak terkait dengan
bahan pangan. Prinsip lain berfokus pada perancangan produk-produk kimia yang
mudah dan aman terurai di lingkungan dan efisiensi dan penyederhanaan
proses-proses kimia. Lebih jauh lagi, karena proses-proses dalam kimia hijau
jauh lebih efisien, maka perusahaan akan menggunakan lebih sedikit bahan mentah
dan energi sekaligus menghemat dana untuk pembuangan limbah.
Menurut Dr. Irdhawati, S.Si., M.Si (2016) Green chemistry
didefinisikan sebagai model dalam proses pembuatan produk dengan mengurangi
atau menghilangkan penggunaan bahan kimia. Pengembangan metode kimia yang ramah
lingkungan saat ini sangat berkembang sebagai salah satu cara untuk menerapkan
kimia hijau dalam kehidupan. Kepedulian terhadap penggunaan bahan-bahan kimia
dalam proses di industry tidak bisa dihindari, namun penggunaannya dalam proses
dan limbah yang dihasilkan dapat dikurangi, dengan menerapkan aspek dan prinsip
green chemistry .
Bahan-bahan kimia yang berbahaya terhadap kesehatan dan
lingkungan dapat dikurangi atau dihilangkan tanpa mengubah metode dalam proses
produksi. Kondisi ini memerlukan perhatian yang serius dalam pengolahan limbah
yang dihasilkan di pemukiman. Kota-kota besar di Indonesia menghasilkan limbah
padat maupun cair sekitar 10 juta ton per tahun, dan meningkat 2-4% per tahun,
sementara kapasitas penampungan limbah semakin menurun. Sumber limbah sebagian
besar berasal dari rumah tangga dan pasar tradisional. Terdapat beberapa jenis
limbah lain seperti plastic, gelas, logam, dan lain-lain .
Pengolahan limbah dilakukan oleh pemerintah maupun
swasta. Dalam bidang industry, limbah berasal dari bahan kimia yang digunakan
dalam proses produksi, dan gas yang dihasilkan dari proses pembakaran.
Implementasi kimia hijau dalam bidang industry dapat dilakukan dengan
menggunakan pelarut/pereaksi yang ramah lingkungan, mendaur ulang pelarut
organic, menggunakan cairan super kritik, atau menggunakan ionic liquid .
Selain itu dalam pengolahan limbah tidak menggunakan bahan kimia, tetapi
menggunakan mikroorganisme .
Tujuan
Ø Untuk mengurangi
permasalahan limbah.
Ø Melestarikan bahan
kimia yang tak terbarukan.
Ø Mengalihkan
penggunaan bahan kimia tak terbarukan ke bahan kimia yang terbarukan
Ø Mengurangi polusi
III. Pembahasan
Green chemistry atau “kimia hijau” merupakan bidang kimia
yang berfokus pada pencegahan polusi. Pada awal 1990-an, green chemistry mulai
dikenal secara global setelah Environmental Protection Agency (EPA)
mengeluarkan Pollution Prevention Act yang merupakan kebijakan nasional untuk
mencegah atau mengurangi polusi.
Green chemistry merupakan pendekatan untuk mengatasi
masalah lingkungan baik itu dari segi bahan kimia yang dihasilkan, proses
ataupun tahapan reaksi yang digunakan. Konsep ini menegaskan tentang suatu
metode yang didasarkan pada pengurangan penggunaan dan pembuatan bahan kimia
berbahaya baik itu dari sisi perancangan maupun proses. Pentingnya pendekatan
kimia hijau adalah untuk menciptakan zat-zat kimia yang lebih baik dan aman dan
secara bersamaan dapat memilih cara-cara yang paling aman dan efisien untuk
mensintesa zat-zat tersebut dan mengurangi sampah kimia yang dihasilkan.
Upaya memperbaiki lingkungan dan memecahan masalah
lingkungan yang ditawarkan dalam green chemistry sangat bervariasi terutama
pada tahap perencanaan. Akan tetapi, pemecahan masalah tersebut dapat
dikelompokkan dalam dua komponen yaitu pemecahan masalah yang berkaitan dengan
bahan mentah dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan kondisi reaksi. Dengan
memodifikasi jalur sintesisnya, maka akan didapatkan produk akhir yang sama
dengan cara yang konvensional, namun toksisitas bahan dasar, produk maupun
buangannya dapat dikurangi .
Menurut Anastas & Warner hal yang penting dalam green
chemistry adalah:
1)
Mencegah terjadinya limbah di tempat pertama.
2)
Menggunakan pereaksi dan pelarut yang aman.
3)
Melakukan perobahan reaksi secara selektif dan efisien.
4)
Menghindari produk dan reaksi kimia yang tidak perlu.
Selanjutnya
Anastas & Warner mengusulkan 12 prinsip green chemistry yang perlu
dipertimbang-kan, yaitu :
1.
Pencegahan terbentuknya bahan buangan beracun akan lebih
baik daripada menangani atau membersihkan bahan buangan tersebut.
2.
Mengekonomiskan atom dalam merancang metode sintesis.
3.
Sintesis bahan kimia yang tidak atau kurang berbahaya
bagi kesehatan manusia dan lingkungannya.
4.
Merancang produk bahan kimia yang lebih aman, walaupaun
sifat racunnya dikurangi tetapi fungsi-nya tetap efektif.
5.
Menggunakan pelarut dan bahan-bahan pendukung yang lebih
aman dan tidak berbahaya.
6.
Rancangan untuk efisiensi energi.
7.
Penggunaan bahan dasar yang dapat diperbaharui.
8.
Mengurangi turunan (derivatives) yang tidak penting.
9.
Menggunakan katalis untuk meningkatkan selektifitas dan
meminimalkan energi.
10. Merancang
produk-produk kimia yang dapat terdegradasi menjadi produk yang tidak
berbahaya.
11.
Analisis serentak untuk mencegah polusi.
12. Bahan kimia yang
digunakan dalam proses kimia dipilih yang lebih aman untuk mencegah kecelakaan.
Green chemistry mempunyai 12 azas atau prinsip yang dapat
diadaptasi untuk diaplikasikan dalam sikap dan tindakan manusia dalam upaya
penyelamatan lingkungan. Prinsip-prinsip green Chemistry dapat diadaptasi untuk
diaplikasikan dalam sikap dan tindakan manusia dalam upaya penyelamatan
lingkungan yang dapat terwujud melalui green education ( Mitarlis, 2016 ).
Penerapan proses industri berbasis green chemistry akan
memberikan keuntungan keseimbangan antara aspek lingkungan, ekonomi,dan sosial.
Jika suatu proses industri berbasis green chemistrty, maka industri tersebut
akan menjalankan 12 prinsip berikut
1.
pencegahan terbentuknya limbah.
2.
ekonomi atom.
3.
sintesis kimia yang tidak berbahaya.
4.
perancangan produk kimia yang aman.
5.
pemakaian bahan pelarut dan pembantu yang aman.
6.
perancangan efisiensi energi.
7.
penggunaan bahan baku terbarukan.
8.
pengurangan langkah proses.
9.
penggunaan katalis untuk mempercepat proses.
10. perancangan produk
terbarukan yang ramah lingkungan.
11.
analisis real time untuk pencegahan polusi.
12. menghindari
penggunaan bahan kimia yang berbahaya, toksis, dan tak ramah lingkungan.
Dengan
pelaksanaan ke-12 prinsip tersebut, berarti green chemistry dapat dipandang
sebagai suatu langkah penting menuju kelestarian lingkungan atau pembangunan
berkelanjutan ( Sudarmin, 2013 ).
Beberapa
tahun terakhir ini, mulai dikembangkan metode sintesis yang berbasis green
chemistry misalnya melalui reaksi
kondensasi Claisen-Schmidt bebas pelarut. Metode ini merupakan metode green
chemistry, karena tidak banyak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya, waktu
reaksi yang pendek sehingga aman bagi lingkungan ( Prabawato, 2015 ).
Kimia
hijau adalah suatu pendekatan terhadap perancangan, proses pembuatan, dan pemanfaatan produk-produk kimia sedemikian
rupa sehingga bisa mengurangi atau menghilangkan bahaya dampak buruk zat kimia terhadap lingkungan termasuk
manusia. Tujuan utama pendekatan kimia hijau adalah untuk membentuk zat-zat
kimia yang lebih baik serta aman dan
secara bersamaan bisa menentukan cara-cara yang paling aman dan efisien buat mensintesa zat-zat tersebut
dan mengurangi sampah kimia yang
dihasilkan.
Pendekatan
kimia hijau bertujuan untuk menghilangkan dampak buruk zat kimia sejak pada
proses perancangan. Praktik pencegahan bahaya dari sejak awal proses pembuatan
zat kimia akan bermanfaat bagi kesehatan manusia dan lingkungan, yang meliputi
proses perancangan, produksi, penggunaan atau penggunaan kembali, dan
pembuangan limbah yang dihasilkan . Industri seperti ini biasanya adalah sangat
intensif dalam penggunaan energi, tidak efisien, dan menghasilkan racun, baik
produk maupun limbah kimia yang berbahaya.
Salah
satu prinsip dari kimia hijau adalah mengutamakan pemanfaatan zat-zat
alternatif dan terbarukan termasuk pemanfaatan limbah pertanian atau biomass
atau produk-produk biologis yang tidak terkait dengan bahan pangan. Prinsip
lain berfokus pada perancangan produk-produk kimia yang mudah dan aman terurai
di lingkungan dan efisiensi dan penyederhanaan proses-proses kimia. Lebih jauh
lagi, karena proses-proses dalam kimia hijau jauh lebih efisien, maka
perusahaan akan menggunakan lebih sedikit bahan mentah dan energi sekaligus
menghemat dana untuk pembuangan limbah.
Para
ahli kimia dapat mengakses berbagai sumber informasi mengenai potensi bahaya
molekul zat kimia yang akan dirancang dan zat pendukung yang akan dipilih. Saat
ini para ahli kimia hijau sudah terlatih untuk mengintegrasikan berbagai
informasi tersebut untuk merancang molekul dengan menghindari atau mengurangi
sifat racun/toksik dari molekul tersebut. Cara lain adalah mengubah sifat-sifat
suatu molekul untuk mencegah absorpsi oleh kulit atau untuk memastikan molekul
tersebut akan mudah terurai di lingkungan.
Dengan kemajuan di bidang teknologi pembuatan
partikel nano, maka perlu diperhatikan atau dibuat peraturan untuk mengurangi
dampak kesehatan dan lingkungan yang disebabkan partikel nano ini termasuk
aplikasi teknologi dan partikel nano di dunia kedokteran, seperti pencitraan,
pemberian obat, disinfektasi, dan perbaikan jaringan . Aturan dan regulasi
terkait nano partikel dan kesehatan serta lingkungan perlu dikembangkan berdasarkan
12 prinsip kimia hijau.
Menurut
Albrechts et al.(2006), menguraikan dampak nano partikel dan berbagai
kemungkinan alternatif yang tidak berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan untuk
pemanfaatan nano partikel di berbagai aspek kehidupan.
Cat ramah lingkungan
Senyawa organik yang mudah menguap atau volatile organic
compounds biasa diidentifikasi sebagai bau sesuatu yang baru dicat, bersifat
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Perusahan cat di Inggris berhasil
membuat cat yang sedikit sekali atau tidak mengandung VOC tetapi tetap menarik,
misalnya cat yang berbasis pelarut dari tanaman yang tidak berbau, mudah
dibersihkan, dan berdaya tutup yang baik.
Plastik ramah lingkungan
Sudah ada produk-produk plastik yang berbahan dasar gula
dari tanaman hasil pertanian yang terbarukan, seperti jagung, kentang, dan gula
dari buah bit, untuk mulai menggantikan plastik yang berasal dari petroleum.
Perusahaan ini juga berhasil membuat serat yang berasal dari jagung dinamakan
Ingeo dan digunakan untuk membuat selimut serta hasil tekstil lain. Pabrik yang
memakai polimer PLA sebagai bahan dasarnya juga mengintegrasikan
prinsip-prinsip kimia hijau termasuk dalam memilih zat warna untuk produkproduk
mereka.
IV. Kesimpulan
Green chemistry atau “kimia hijau” merupakan bidang kimia
yang berfokus pada pencegahan polusi. Pada awal 1990-an, green chemistry mulai
dikenal secara global setelah Environmental Protection Agency mengeluarkan
Pollution Prevention Act yang merupakan kebijakan nasional untuk mencegah atau
mengurangi polusi. Konsep ini menegaskan tentang suatu metode yang didasarkan
pada pengurangan penggunaan dan pembuatan bahan kimia berbahaya baik itu dari
sisi perancangan maupun proses. Akan tetapi, pemecahan masalah tersebut dapat
dikelompokkan dalam dua komponen yaitu pemecahan masalah yang berkaitan dengan
bahan mentah dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan kondisi reaksi.
Kimia hijau adalah suatu pendekatan terhadap perancangan,
proses pembuatan, dan pemanfaatan produk-produk kimia sedemikian rupa sehingga
bisa mengurangi atau menghilangkan bahaya dampak buruk zat kimia terhadap
lingkungan termasuk manusia. Tujuan utama pendekatan kimia hijau adalah untuk
membentuk zat-zat kimia yang lebih baik serta aman dan secara bersamaan bisa
menentukan cara-cara yang paling aman dan efisien buat mensintesa zat-zat
tersebut dan mengurangi sampah kimia yang dihasilkan.
Salah satu prinsip dari kimia hijau adalah mengutamakan
pemanfaatan zat-zat alternatif dan terbarukan termasuk pemanfaatan limbah
pertanian atau biomass atau produk-produk biologis yang tidak terkait dengan
bahan pangan. Prinsip lain berfokus pada perancangan produk-produk kimia yang
mudah dan aman terurai di lingkungan dan efisiensi dan penyederhanaan
proses-proses kimia.
Cara lain adalah mengubah sifat-sifat suatu molekul untuk
mencegah absorpsi oleh kulit atau untuk memastikan molekul tersebut akan mudah
terurai di lingkungan. Dengan kemajuan di bidang teknologi pembuatan partikel
nano, maka perlu diperhatikan atau dibuat peraturan untuk mengurangi dampak
kesehatan dan lingkungan yang disebabkan partikel nano ini termasuk aplikasi
teknologi dan partikel nano di dunia kedokteran, seperti pencitraan, pemberian
obat, disinfektasi, dan perbaikan jaringan .
V. Daftar pustaka
Hidayat, Atep Avia. 2021. Kimia Hijau. Modul perkuliahan Kimia dan
pengetahuan lingkungan industri. Universitas Mercubuana. (diunduh 11 November
2021)
Mustafa, Dina. 2016. Kimia hijau dan pembangunan kesehatan yang
berkelanjutan di perkotaan. Dalam jurnal Peran MST dalam mendukung Urban
Lifestyle yang berkualtas. Dalam http://repository.ut.ac.id/7091/1/UTFMIPA2016-07-dina.pdf (di unduh 12 November 2021)
Toha, Muhammad. Diki. Utami, sri. Dwisatyadini, Multimanda. 2016. Peran
Matemtika, sains, dan teknologi dalam mendukung gaya hidup perkotaan (Urban
Lifestyle) yang berkualitas. Universitas Terbuka. Dalam http://repository.ut.ac.id/5634/1/UTFMIPA-ALL.pdf#page=188 (di unduh 12 November 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.