Oleh: Muhamad Aldi Setiadi (@T19-Aldi)
ABSTRAK
Ikatan kimia adalah gaya yang mampu mengikat atom-atom
pada molekul atau gabungan ion pada suatu senyawa. Ikatan kimia
terbentuk karena setiap atom memiliki kecenderungan untuk memiliki susunan
elektron yang stabil seperti gas mulia yang memiliki elektron di kulit terluar
(elektron valensi) berjumlah dua/duplet dan berjumlah delapan/oktet.
Berdasarkan kepolaran ikatan, ikatan
kovalen terbagi menjadi ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen nonpolar.
Masing-masing memiliki cirinya tersendiri, salah satunya ditentukan dari adanya
momen dipol. Geometri atau bentuk molekul berkaitan dengan susunan ruang
atom-atom dalam suatu molekul tertentu. Semakin banyak atom penyusun molekul,
maka geometrinya akan semakin kompleks.
Kata
kunci: ikatan, oktet, duplet, polar, geometri
ABSTRACT
A chemical bond is a force capable of binding atoms in a
molecule or a combination of ions in a compound. Chemical bonds are formed
because each atom has a tendency to have a stable arrangement of electrons such
as noble gases which have electrons in the outermost shell (valence electrons)
amounting to two/duplet and numbering eight/octet.
Based on the polarity of the bond, covalent bonds are
divided into polar covalent bonds and nonpolar covalent bonds. Each has its own
characteristics, one of which is determined by the presence of a dipole moment.
The geometry or shape of the molecule is related to the spatial arrangement of
the atoms in a particular molecule. The more atoms that make up a molecule, the
more complex the geometry will be.
Keywords:
bond, octet, duplet, polar, geometry
PENDAHULUAN
Menurut Bakri (2008), pada periode
1916-1919, dua ahli Amerika yaitu Gilbert Newton Lewis dan Irving Langmuir
serta seorang ahli Jerman Walther Kossel mengusulkan pengembangan konsep
ikatan. Pada dasarnya konsep tersebut mengatakan bahwa unsur yang berada dalam
keadaan stabil adalah unsur gas mulia. Atom selain gas mulia cenderung
bergabung dengan sesamanya atau atom lainnya untuk mendapatkan konfigurasi
elektron seperti pada unsur gas mulia. Ada dua aturan bagi atom-atom yang
berikatan agar susunan elektronnya menjadi seperti gas mulia, yaitu sebagai
berikut:
a.
Aturan oktet, yang berarti elektron terluarnya
berjumlah delapan
b.
Aturan
duplet, yang berarti elektron terluarnya berjumlah dua
Secara
historis, ikatan kimia telah lama dirumuskan dalam hal interaksi antar atom.
Secara bertahap diakui bahwa elektron adalah agen aktif dalam membentuk ikatan,
tetapi bagaimana mereka bertindak tidak dapat dijelaskan tanpa kuantum
mekanika. Molekul stabil yang khas mengandung jumlah elektron yang genap dan
diamagnetik (Mulliken, 2011).
Ikatan kimia terbagi ke dalam
beberapa jenis, yaitu ikatan ion (elektrovalen), ikatan kovalen, dan ikatan
logam. Kekuatan ikatan logam bergantung pada banyaknya elektron valensi yang
terdapat pada atom logam tersebut. Semakin banyak elektron valensinya, maka
semakin kuat ikatan logamnya (Bakri, 2008).
Bentuk molekul menggambarkan
kedudukan atom-atom di dalam suatu molekul, yaitu dalam ruang tiga dimensi dan
besarnya sudut-sudut yang dibentuk dalam suatu molekul.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
ikatan kimia dapat terbentuk?
2.
Apa saja
jenis-jenis ikatan kimia?
3.
Apa yang
menyebabkan senyawa menjadi polar?
4.
Bagaimana
bentuk molekul menurut Teori Domain Elektron?
TUJUAN
Tujuan ditulisnya artikel ini adalah
untuk memberi tahu kepada pembaca mengenai ikatan kimia. Khususnya mengetahui
tahapan terbentuknya ikatan kimia dan jenis-jenis ikatan kimia. Selain itu,
artikel ini juga membahas tentang kepolaran suatu senyawa dan bentuk molekul
geometri dari suatu senyawa. Untuk itu, artikel ini ditujukan kepada pembaca
agar dapat mengetahui hal tersebut.
PEMBAHASAN
Ghani (2021) menyatakan bahwa ikatan kimia merupakan gaya yang mengikat dua atom
atau lebih untuk membuat senyawa atau molekul kimia. Ikatan itulah
yang akan menjaga atom tetap bersama dalam suatu senyawa yang dihasilkan. Albrecht Kossel
dan Gilbert. N. Lewis merupakan orang pertama yang telah berhasil dalam
menjelaskan bagaimana ikatan kimia dapat terbentuk.
Pada tahun 1916, Lewis dan Langmuir dari Amerika serta
Kossel dari Jerman mengemukakan bahwa atom-atom unsur gas mulia sukar bereaksi
dengan atom-atom lain maupun dengan atom-atom sejenis, sehingga di alam gas
mulia cenderung berada dalam keadaan atom-atom tunggal. Menurut mereka, keadaan
stabil dari unsur-unsur gas mulia disebabkan oleh keunikan konfigurasi
elektronnya. Oleh karena gas mulia bersifat stabil, maka konfigurasi elektron
atom gas mulia dijadikan rujukan dalam mempelajari kestabilan atom-atom lain (Hidayat,
2021).
Menurut Sereliciouz (2019) dalam artikelnya di tahun 1916 tentang “The atom and the
molecules”, Lewis meneliti tentang kesulitan golongan gas mulia (VIIIA)
membentuk suatu ikatan kimia. Diduga bila gas mulia bersenyawa dengan unsur lain, tentunya ada suatu keunikan dalam
konfigurasi elektronnya yang dapat mencegah persenyawaan dengan unsur-unsur lain.
Apabila dugaan
tersebut benar, maka suatu atom yang bergabung dengan atom lain membentuk suatu
senyawa yang mungkin mengalami perubahan dalam konfigurasi elektronnya sehingga
mengakibatkan atom-atom tersebut lebih menyerupai gas mulia. Berdasarkan
gagasan itu, lahirlah suatu teori yang disebut Teori Lewis, yaitu:
a)
Elektron-elektron
yang berada pada kulit terluar (dikenal sebagai elektron valensi)memegang
peranan utama dalam pembentukan ikatan kimia.
b)
Pembentukan
ikatan kimia mungkin terjadi dengan 2 cara:
-
Karena adanya
perpindahan satu atau lebih elektron dari satu atom ke atom lain sedemikian
rupa sehingga terdapat ion positif dan ion negatif dan keduanya saling
tarik-menarik karena muatannya yang saling berlawanan akan membentuk ikatan
ion.
-
Karena adanya
pemakaian bersama pasangan elektron di antara atom-atom yang berikatan. Jenis
ikatan yang terbentuk disebut ikatan kovalen.
c)
Perpindahan
elektron atau pemakaian bersama pasangan elektron berlangsung sedemikian rupa
sehingga setiap atom yang berikatan mempunyai suatu konfigurasi elektron yang
stabil yaitu konfigurasi dengan 8 elektron valensi.
sumber:
ruangguru.com
Ikatan kimia terbagi ke dalam
beberapa jenis, yaitu ikatan ion (elektrovalen), ikatan kovalen, dan ikatan
logam. Adanya ion positif dan negatif memungkinkan terjadinya gaya tarik antara
atom sehingga terbentuk natrium klorida. Ikatan ion hanya dapat tebentuk
apabila unsur-unsur yang bereaksi mempunyai perbedaan daya tarik elektron
(keeelektronegatifan) cukup besar. Perbedaan keelektronegatifan yang besar ini memungkinkan
terjadinya serah-terima elektron. Senyawa biner logam alkali dengan golongan
halogen semuanya bersifat ionik. Senyawa logam alkali tanah juga bersifat
ionik, kecuali untuk beberapa senyawa yang terbentuk dari berilium (Huang,
2014).
Hidayat (2021) menyatakan ikatan ion terbentuk akibat adanya
transfer (serah-terima) elektron di antara atom-atom yang berikatan. Transfer
elektron ini menghasilkan atom-atom bermuatan listrik (ion) yang berlawanan sehingga
terjadi gaya tarik menarik elektrostatik. Gaya tarik menarik inilah yang
disebut ikatan. Atom yang melepaskan elektron akan membentuk ion bermuatan
positif atau kation, dan atom yang menerima elektron akan membentuk ion
bermuatan negatif atau anion. Kedua ion ini umumnya memiliki konfigurasi
elektron sama dengan konfigurasi elektron atom gas mulia yang terdekat menurut
tabel periodik.
Perubahan
suatu atom menjadi ion bergantung pada berbagai faktor. Menurut Fajans, atom
akan mudah membentuk ion apabila:
1)
Struktur ion yang terbentuk stabil.
Bentuk ion paling stabil jika memiliki konfigurasi elektron serupa dengan
konfigurasi elektron gas mulia.
2)
Muatan pada ion yang dibentuk
relatif kecil.
3)
Ukuran kation relatif besar,
sedangkan ukuran anion relatif kecil.
Berdasarkan
kaidah Fajans, unsur-unsur yang mudah membentuk kation adalah unsur-unsur golongan IA dan IIA,
sedangkan unsur-unsur yang paling mudah membentuk anion adalah unsur-unsur
golongan VIIA dan VIA. Di antara unsur itu, yang paling mudah membentuk kation
adalah unsur cesium sebab memiliki keelektronegatifan paling kecil (Hidayat,
2021).
Jika
logam bereaksi dengan bukan logam, elektron valensi dari logam ditransfer
kepada atom bukan logam membentuk senyawa ion. Unsur-unsur bukan logam dapat
membentuk senyawa dengan unsur-unsur yang juga bukan logam, bahkan dengan unsur
yang sejenis. Contoh: H2, HCl, 02, dan N2. Pembentukan senyawa yang berasal
dari bukan logam tidak melalui transfer elektron, tetapi melalui penggunaan
bersama pasangan elektron membentuk ikatan kovalen (Sunaryan, 2010).
Penghambatan
kovalen adalah disiplin yang berkembang pesat dalam penemuan obat. Banyak
inhibitor kovalen historis ditemukan secara kebetulan, dengan mekanisme aksi
seperti itu yang sering dianggap tidak diinginkan karena potensi masalah
toksisitas. Kemajuan terbaru telah melihat perubahan besar dalam pandangan ini,
karena penghambatan kovalen menunjukkan harapan untuk target di mana upaya
sebelumnya untuk mengidentifikasi penghambat molekul kecil non-kovalen telah
gagal (Lonsdale, 2018)
Elektron
yang ditransfer dari satu atom ke atom lain, menghasilkan generasi dari ion.
Zat-zat ini dengan demikian cenderung membentuk ikatan berdasarkan
elektrostatik interaksi, yaitu ikatan ion. Jenis ikatan yang berbeda diharapkan
antara atom yang memiliki energi ionisasi yang sama atau serupa, seperti
misalnya berbentuk gas hidrogen atau berlian. Jenis zat ini dibentuk oleh
ikatan kovalen (Hofmann, A. 2018).
Menurut
Lewis, atom-atom bukan logam dapat membentuk ikatan dengan atom-atom bukan
logam dengan cara masing-masing atom memberikan sumbangan elektron valensi
untuk digunakan bersama membentuk ikatan kovalen. Ikatan kovalen terjadi akibat
kecenderungan atom-atom bukan logam untuk mencapai konfigurasi elektron gas mulia.
Senyawa yang terbentuk dinamakan senyawa kovalen (Hidayat,
2021).
Menurut Hidayat (2021), jumlah lkatan kovalen yang dapat
dibentuk oleh suatu atom disebut kovalensi. Harga kovalensi untuk unsur
hidrogen dan halogen adalah 1, untuk oksigen dan belerang adalah 2, untuk
nitrogen dan fosfor adalah 3, sedangkan untuk karbon dan silikon adalah 4.
Angka-angka
tersebut sama dengan jumlah elektron yang diperlukan untuk mencapai konfigurasi
elektron yang isoelektronik dengan gas mulia.
Bakri (2008) menyatakan berdasarkan
banyaknya pasangan elektron ikatan (PEI) yang dipakai bersama, ikatan kovalen
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
a)
Ikatan
kovalen tunggal
Ikatan kovalen tunggal terjadi
apabila pemakaian satu passang elektron secara bersama-sama oleh atom yang
berikatan. Contoh ikatan kovalen tunggal pada HCl.
sumber: materikimia.com
b) Ikatan kovalen rangkap dua
Ikatan kovalen rangkap dua terjadi apabila terdapat dua pasang elektron yang digunakan bersama oleh atom-atom yang berikatan. Contoh ikatan kovalen rangkap dua pada Oksigen.
sumber: materikimia.com
c)
Ikatan
kovalen rangkap tiga
Ikatan
kovalen rangkap tiga terjadi apabila terdapat tiga pasang elektron yang
digunakan bersama oleh atom-atom yang berikatan. Contoh ikatan kovalen rangkap
tiga Nitrogen.
sumber: materikimia.com
Menurut
Hidayat (2021), dalam
ikatan kovalen terjadi penggunaan bersama pasangan elektron valensi untuk mencapai
konfigurasi elektron serupa gas mulia (oktet atau duplet). Jika pasangan
elektron yang dipakai berikatan kovalen berasal hanya dari salah satu atom, mungkinkah
ini terjadi? Berdasarkan gejala kimia, ternyata ada senyawa kovalen dimana
sepasang elektron yang digunakan bersama berasal dari salah satu atom. Ikatan
seperti ini dinamakan ikatan kovalen koordinasi. Contoh
ikatan kovalen koordinasi pada asam sulfat.
sumber: materikimia.com
Ikatan logam merupakan ikatan yang
terjadi antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari
elektron-elektron yang bebas bergerak. Hal tersebut disebabkan karena unsur
logam hanya mempunyai sedikit elektron valensi sehingga kulit terluarnya
relatif longgar dan elektron dapat berpindah dari satu atom ke atom lain atau
yang disebut delokalisasi (Bakri, 2008).
Perbedaan
keelektronegatifan dua atom menimbulkan kepolaran senyawa. Adanya perbedaan
keelektronegatifan tersebut menyebabkan pasangan elektron ikatan lebih tertarik
ke salah satu unsur sehingga membentuk dipol. Adanya dipol inilah yang
menyebabkan senyawa menjadi polar (Bakri, 2008).
Semakin besar
harga momen dipol, semakin polar senyawa yang bersangkutan bahkan mendekati ke
sifat ionik. Harga momen dipol beberapa molekul seperti yang tertera pada table berikut:
Menurut Bakri
(2008), bentuk molekul menggambarkan kedudukan atom-atom di dalam suatu
molekul, yaitu dalam ruang tiga dimensi dan besarnya sudut-sudut yang dibentuk
dalam suatu molekul. Bentuk molekul dapat dijelaskan dengan menggunakan teori
domain elektron.
Sereliciouz (2019) menyatakan teori domain elektron artinya
kedudukan suatu elektron atau daerah keberadaan electron. Teori
domain elektron dapat ditentukan
dengan jumlah domain sebagai berikut:
a)
Setiap elektron ikatan (ikatan tunggal, rangkap 2, atau rangkap 3)
mempunyai 1 domain.
b)
Setiap pasangan elektron bebas mempunyai nilai 1 domain.
Prinsip-prinsip dasar dari Teori domain elektron adalah sebagai
berikut:
- Antar domain elektron pada
atom pusat saling tolak-menolak sehingga mengatur diri sedemikian rupa sehingga
tolakannya menjadi minimum.
-
Urutan kekuatan tolakan dari domain elektron: PEB-PEB > PEB – PEI > PEI – PEI
- Akibat dari perbedaan kekuatan
ini adalah mengecilnya sudut ikatan pada bentuk molekulnya.
- Bentuk molekul hanya
ditentukan oleh pasangan elektron ikatan (PEI).
Menurut Abugaza (2019) tipe molekul merupakan suatu
notasi yang menyatakan jumlah domain atau pasangan elektron di sekitar atom
pusat dari suatu molekul baik domain bebas maupun domain ikatan. Tipe molekul
ditentukan dengan cara sebagai berikut:
a)
Atom pusat dinyatakan dengan lambang A
b)
Setiap domain elektron ikatan dinyatakan dengan x
c)
Setiap domain elektron bebas dinyatakan dengan E
Notasi tipe molekul dapat dituliskan sebagai berikut:
AXnEm
keterangan:
n: jumlah domain PEI
m: jumlah domain PEB
Langkah-langkah
merumuskan tipe molekul adalah:
1)
Tentukan jumlah elektron valensi atom pusat (EV)
2)
Tentukan jumlah domain elektron ikatan (X)
3)
Tentukan jumlah domain elektron bebas (E)
Sehingga diperoleh
rumus sebagai berikut:
Berikut tabel bentuk molekul berdasarkan jumlah pasangan elektron
KESIMPULAN
Ikatan kimia
merupakan gaya yang mengikat dua atom atau lebih untuk membuat senyawa atau
molekul kimia. Ikatan kimia terbagi menjadi ikatan
ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam. Ikatan ionik terjadi ketika ion positif
dan negatif (gaya listrik Coulomb) pada setiap atomnya membentuk sebuah ikatan
kimia. Ikatan kovalen
terjadi ketika ada pemakaian elektron ikatan secara bersama. Pada ikatan logam, atom logam memiliki elektron valensi yang
relatif kosong, hal itu dikarenakan jumlah atomnya yang sedikit. Sehingga, ada
perpindahan elektron antara satu atom ke atom yang lain.
Senyawa
dapat menjadi polar ketika memiliki momen dipol tidak sama dengan nol. Adapun
bentuk molekul yang sering kita gunakan adalah bentuk molekul berdasarkan teori
domain elektron.
DAFTAR PUSTAKA
Abugaza. 2019. Meramalkan Bentuk
Molekul dengan Teori Domain Elektron. Dalam https://rinosafrizal.com/bentuk-molekul/ (Diakses pada 02 Oktober 2021)
Bakri, Mustafal. 2008. SPM
Kimia. Jakarta: Erlangga
Ghani, Maulia
Indriana. 2021. Mengenal Ikatan Kimia dan Jenisnya. Dalam https://www.zenius.net/blog/mengenal-ikatan-kimia-dan-jenisnya (Diakses pada 02
Oktober 2021).
Hidayat, Atep Afia. 2021. Ikatan Kimia. Dalam Modul 5 Kimia dan Pengetahuan Lingkungan
Industri. Jakarta: Universitas Mercu Buana. (Diakses
pada 02 Oktober 2021).
Hofmann, A. (2018). Physical Chemistry Essentials (pp.
1-499). Springer International Publishing. Dalam https://sci-hub.mksa.top/10.1007/978-3-319-74167-3_11 (Diakses pada 02 Oktober 2021).
Huang, H., Zhang, J., Wang, R., & Qian, Y. (2014). Sensor Node Deployment in Wireless Sensor Networks Based on Ionic Bond-Directed Particle Swarm Optimization. Applied Mathematics & Information Sciences, 8(2), 597. Dalam https://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.403.8677&rep=rep1&type=pdf (Diakses pada 02 Oktober 2021).
Lonsdale, R., & Ward, R. A. (2018). Structure-Based Design of Targeted Covalent Inhibitors. Chemical Society Reviews, 47(11), 3816-3830. Dalam https://pubs.rsc.org/en/content/articlelanding/2018/cs/c7cs00220c/unauth (Diakses pada 02 Oktober 2021).
Mulliken, R. S. (2011). Chemical Bonding. Annual review of physical chemistry, 29(1), 1-31. Dalam https://www.annualreviews.org/doi/pdf/10.1146/annurev.pc.29.100178.00024 (Diakses pada 02 Oktober 2021).
Sereliciouz. 2019. Yuk
Mengenal Ikatan-ikatan Kimia Dalam Atom!. Dalam https://www.quipper.com/id/blog/mapel/kimia/ikatan-kimia-dalam-atom/ (Diakses pada 02 Oktober 2021).
Sunarya, Yayan. 2010. Kimia Dasar 1 –
Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia Terkini. Yrama Widya. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.