.

Sabtu, 15 Februari 2020

Pencemaran udara dan polutan udara di ibukota jakarta


Sumber foto : https://alihamdan.id/pencemaran-udara/
Oleh: Ardhi Setya Dharma (@Q06-Ardhi)

Abstrak

Polusi udara dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni di dalam ruangan dan luar ruangan. Dalam kasus indeks udara buruk di Jakarta, pemicunya utamanya adalah polusi udara yang terjadi di luar ruangan, seperti dari asap kendaraan dan sebagainya.
“Sumber terbesar polusi udara 80 persen sumber polusi udara luar ruangan, kendaraan bermotor. Kemudian nomer dua akibat industri, yang ketiga domestik produk misalnya, masyarakat membuang sampah,” Tingginya gas emisi kendaraan bermotor menjadi sumber polusi utama di Jakarta. Banyaknya jumlah kendaraan di Ibu Kota menyebabkan kualitas udara menjadi buruk. Hal tersebut tentunya berdampak bagi kesehatan masyarakat.





Pendahuluan

Beberapa waktu terakhir kualitas udara DKI Jakarta menjadi sorotan. Pasalnya, Jakarta masuk dalam kategori kategori kota paling polutif dunia. Data AirVisual menunjukan seringkali dalam beberapa waktu terakhir kualitas udara di Jakarta masuk kategori tidak sehat. Menurut Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia, Agus Dwi Susanto mengungkapkan bahwa polusi udara terjadi akibat jumlah kendaraan bermotor diperkotaan yang sangat tinggi. “Tingginya jumlah kendaraan bermotor di perkotaan menyebabkan masyarakatnya memiliki konsekuensi terpapar polutan berbahaya, dari gas emisi kendaraan maupun partikal debu di jalan,” tutur Agus dalam diskusi bersama NexcareTM di Jakarta, Senin (5/8/2019).
Dari sekian banyak penyebab polusi udara, kendaraan bermotor menjadi salah satu sumber polusi udara yang signifikan, termasuk di Jakarta. Kota ini memiliki jumlah aktivitas lalu lintas kendaraan yang jauh lebih tinggi daripada tempat lain di Indonesia. Jumlah kendaraan bermotor yang ada di Ibu Kota sebanyak 9.257.801 pada Desember 2013 dan jumlah tersebut tumbuh pesat hingga mencapai 10.940.102 kendaraan pada Februari 2017.
Untuk dapat terus memantau kondisi udara, Pemprov DKI Jakarta memasang Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) yang tersebar di di 5 lokasi. SPKU bernama DKI 1 dipasang di Bundaran HI, Jakarta Pusat, DKI 2 di Kelapa Gading, Jakarta Utara, DKI 3 di Jagakarsa, Jakarta Selatan, DKI 4 di Museum Lubang Buaya, Jakarta Timur, sedangkan DKI 5 digunakan untuk memantau kualitas udara di Perumahan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Alat pemantau tersebut menampilkan angka Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU). Indeks ini menggambarkan kondisi kualitas udara di lokasi dan waktu tertentu. Parameter yang diukur melalui ISPU adalah PM10, yaitu partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikrometer, sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), nitrogen  dioksida ( NO2), ozon (O3). Data dari setiap SPKU dapat diakses melalui salah satu fitur di situs smartcity.jakarta.go.id/maps yaitu di bawah menu Dinas Lingkungan Hidup dan dengan mencentang pilihan “Indeks Standar Pencemaran Udara”. Data real-time tersebut kemudian diolah sehingga dapat menunjukkan perubahan kualitas udara Jakarta dari waktu ke waktu.

Penjelasan Pemprov DKI soal Kualitas Udara Ibu Kota


Pemprov DKI menyebut, proyek pembangunan trotoar yang dimaksud berada di Jalan MH Thamrin ataupun Cikini. Proyek inilah yang dinilai menghasilkan debu-debu sehingga memperburuk kualitas udara.
"Saya kemarin dapat laporan dari teman-teman Laboratorium LH, di seputaran Thamrin itu lagi pembenahan trotoar.... Kebetulan titik kami pun termonitor, pengukuran Dinas LH itu. Jadi akan berpengaruh," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Andono Warih, Kamis (25/7).
"Sekarang sedang ada (pembangunan trotoar), di Cikini juga dilihat. Dari sumber primer sendiri bikin debu, sekunder juga nambah kemacetan kan asap lebih banyak. Kan di titik itu saat ini tentu akan ada peningkatan sementara ini," sambungnya.

Kualitas Udara Belum Membaik


Jakarta masih menjadi kota paling berpolusi di dunia versi aplikasi pemantau udara AirVisual. Kondisi Jakarta siang ini tampak berkabut. Kondisi berkabut itu terlihat dari atas perkantoran. Pandangan mata sedikit kabur.Dilansir AirVisual di situsnya, Senin (29/7/2019) 12.54 WIB, Air Quality Index (AQI) Jakarta berada di angka 175. Artinya kualitas udara di Jakarta tidak sehat. Ranking polusi ini tidak tetap dan dapat berubah sewaktu-waktu.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan belum menjelaskan solusi terkait polusi udara yang makin parah. Anies berjanji akan menjelaskannya segera."Selama masih musim panas, kita akan masih menyaksikan seperti ini (polusi tinggi). Nanti saya akan jelaskan lebih lengkap lagi," kata Anies kepada wartawan di SMA Kolose Kanisius, Jakarta Pusat, Jumat (26/7).




Sumber foto: https://bolehmerokok.com/2019/03/polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok/

A. Dampak Pencemaran Udara

Dikutip dari Conserve Energy Future, berikut ini beberapa efek polusi udara antara lain:
1.Masalah kesehatan manusia
2.Pemanasan global
3.Hujan asam
4.Eutrofikasi
5.Efek negatif pada satwa liar
6.Penipisan lapisan ozon

Berikut ini penjelasan mengenai masing-masing akibat polusi udara:

1. Masalah kesehatan
 Efek polusi udara mengkhawatirkan sebab mempengaruhi pernafasan, jantung bahkan menyebabkan kanker pada tubuh manusia. Anak-anak di daerah yang terpapar polutan udara dapat menderita pneumonia dan asma.

2. Pemanasan global
Dampak langsung polusi udara adalah perubahan langsung yang dialami seluruh dunia karena pemanasan global. Meningkatnya suhu di seluruh dunia, meningkatkan permukaan laut dan menyebabkan pencairan es di daerah yang lebih dingin dan gunung es, Akibatnya terjadi perpindahan bahkan hilangnya habitat bagi sebagian spesies hewan. Spesies tanaman di daratan maupun perairan juga ikut terkena dampak khususnya terhadap perubahan suhu

3. Hujan asam
Gas berbahaya seperti Nitrogen Oksida dan Sulfur Oksida dilepaskan ke atmosfer selama pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Saat hujan, tetesan air bergabung dengan polutan udara ini menjadi asam dan kemudian jatuh ke tanah dalam bentuk hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan kerusakan besar pada manusia, hewan dan tanaman

4.  Eutrofika
Eutrofikasi adalah kondisi di mana sejumlah besar nitrogen dalam beberapa polutan bahan kimia berkembang di permukaan laut. Akibatnya, muncul ganggang yang berdampak buruk pada spesies ikan, tanaman dan hewan

5. Efek negatif pada satwa liar
Sama seperti manusia, hewan juga terkena dampak buruk akibat polusi udara. Bahan kimia beracun di udara memaksa spesies satwa liar pindah ke tempat baru. Polutan beracun mengendap di atas permukaan air dan juga dapat memengaruhi hewan laut.

6. Penipisan lapisan ozon
Ozon ada di stratosfer bumi dan berfungsi melindungi manusia dari sinar ultraviolet (UV) yang berbahaya. Lapisan ozon yang menipis berakibat tembusnya sinar UV ke bumi dan menyebabkan masalah kulit dan mata.


Sumber foto: https://www.merdeka.com/peristiwa/polusi-jakarta-makin-parah-kemarin-juara-pertama-di-dunia-hari-ini-kedua.html

B. Solusi Polusi Udara Di Ibu Kota


Untuk menghadapi polusi udara, berikut ini beberapa upaya yang dapat dilakukan:
1.Gunakan moda transportasi umum untuk mengurangi polusi.
2.Hemat energi dengan mengurangi penggunaan elektronik sehingga mengurangi jumlah bahan bakar fosil yang akan dibakar.
3. Memahami konsep Reduce (mengurangi), Reuse (gunakan kembali) dan Recycle (daur ulang).
4.Penggunaan energi bersih seperti matahari, angin dan panas bumi mulai marak dewasa ini. Pemerintah berbagai negara berusaha mengajak warganya menggunakan panel surya untuk menekan polusi udara.
5.Gunakan perangkat hemat energi sebab mengkonsumsi lebih sedikit listrik, menurunkan tagihan biaya dan membantu menegurangi polusi.


Daftar pustaka

Johan tallo https://www.liputan6.com/health/read/4030320/penyebab-utama-polusi-udara-di-perkotaan
JSC 2017 https://smartcity.jakarta.go.id/blog/257/seberapa-parahkah-polusi-udara-ibu-kota
https://www.dw.com/id/kualitas-udara-jakarta-buruk-pemprov-dki-pengaruh-pembangunan-trotoar/a-49781205

1 komentar:

  1. @Q05_Jessica

    Apa sajakah tantangan dalam mengatasi pencemaran udara yang terjadi di jakarta?

    Artikel sangat bagus dan dan bermanfaat untuk saya

    Daftar pustaka perlu ditambahkan waktu akses

    Makasih

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.