KIMIA
HIJAU
Tio Rizky Putra (@P07-TIO)
Kimia hijau, juga disebut kimia berkelanjutan,
adalah filsafat penelitian dan rekayasa/teknik kimia yang menganjurkan desain produk
dan proses yang meminimasi penggunaan dan penciptaan senyawa-senyawa berbahaya.[1] Sementara kimia lingkungan adalah
cabang kimia yang membahas lingkungan hidup dan zat-zat kimia di alam, kimia
hijau justru berupaya mencari cara untuk mengurangi dan mencegah pencemaran pada sumbernya.
Pada tahun 1990 Pollution Prevention Act (Undang-Undang Pencegahan
Pencemaran) telah disahkan di Amerika Serikat. Undang-undang ini membantu
menciptakan modus operandi untuk berurusan dengan pencemaran secara
inovatif dan asli. Undang-undang ini bertujuan untuk mencegah masalah sebelum
mereka terjadi. Sebagai sebuah filsafat kimia, kimia hijau berlaku pada kimia organik, kimia anorganik, biokimia, kimia analitik, dan bahkan kimia fisis. Sementara kimia hijau tampak berfokus pada terapan-terapan industri, sebenarnya ia berlaku juga pada sembarang cabang kimia. Kimia klik seringkali disebut sebagai sebuah gaya sintesis kimia yang konsisten dengan tujuan-tujuan kimia hijau. Fokusnya adalah meminimasi bahaya dan memaksimasi efisiensi sembarang bahan kimia. Ia berbeda dengan kimia lingkungan yang berfokus pada gejala-gejala kimia di lingkungan.
Pada tahun 2005 Ryōji Noyori mengenali tiga pengembangan-penting di dalam kimia hijau: penggunaan karbondioksida superkritis sebagai pelarut hijau, larutan-air hidrogen peroksida untuk oksidasi bersih dan penggunaan hidrogen di dalam sintesis asimetris.[2] Contoh-contoh kimia hijau terapan adalah oksidasi air superkritis, reaksi pada air, dan reaksi media kering.
Biorekayasa atau bioteknik juga dipandang sebagai sebuah teknik yang menjanjikan untuk mencapai tujuan-tujuan kimia hijau. Sejumlah bahan kimia proses penting dapat disintesis dalam organisma-organisma terekayasa, seperti asam shikimat, sebuah prakursor oseltamivir yang difermentasi oleh Roche di dalam bakteri.
Istilah kimia hijau diperkenalkan oleh Paul Anastas pada tahun 1991
Green chemistry merupakan
pendekatan yang sangat efektif untuk mencegah terjadinya polusi karena dapat
digunakan secara langsung oleh para ilmuwan dalam situasi sekarang. Konsep ini
lebih memfokuskan pada cara pandang seorang peneliti untuk menempatkan aspek
lingkungan pada prioritas utama. Area penelitian dalam bidang green chemistry
ini meliputi pengembangan cara sintesis yang lebih ramah lingkungan, penggunaan
bahan baku yang terbarukan, merancang bahan kimia yang green, serta penggunaan
bioteknologi sebagai alternatif dalam industri (Sharma, 2008).
Anastas dan Warner (1998)
mengusulkan konsep“The Twelve Principles of Green Chemistry” yang digunakan
sebagai acuan oleh para peneliti untuk melakukan penelitian yang ramah
lingkungan. Berikut adalah ke-12 prinsip kimia hijau yang diusulkan oleh
Anastas dan Warner :
- Mencegah timbulnya limbah dalam proses
Lebih baik mencegah
daripada menanggulangi atau membersihkan limbah yang timbul setelah proses
sintesis, karena biaya untuk menanggulangi limbah sangat besar.
- Mendesain produk bahan kimia yang aman
Pengetahuan mengenai
struktur kimia memungkinkan seorang kimiawan untuk mengkarakterisasi toksisitas
dari suatu molekul serta mampu mendesain bahan kimia yang aman. Target utamanya
adalah mencari nilai optimum agar produk bahan kimia memiliki kemampuan dan
fungsi yang baik akan tetapi juga aman (toksisitas rendah). Caranya adalah
dengan mengganti gugus fungsi atau dengan cara menurunkan nilai
bioavailability.
- Mendesain proses sintesis yang aman
Metode sintesis yang
digunakan harus didesain dengan menggunakan dan menghasilkan bahan kimia yang
tidak beracun terhadap manusia dan lingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu meminimalkan paparan atau meminimalkan bahaya terhadap
orang yang menggunakan bahan kimia tersebut.
- Menggunakan bahan baku yang dapat terbarukan
Penggunaan bahan baku yang
dapat diperbarui lebih disarankan daripada menggunakan bahan baku yang tak
terbarukan didasarkan pada alasan ekonomi. Bahan baku terbarukan biasanya
berasal dari produk pertanian atau hasil alam, sedangkan bahan baku tak
terbarukan berasal dari bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, batu
bara, dan bahan tambang lainnya.
- Menggunakan katalis
Penggunaan katalis
memberikan selektifitas yang lebih baik, rendemen hasil yang meningkat, serta
mampu mengurangi produk samping.Peran katalis sangat penting karena diperlukan
untuk mengkonversi menjadi produk yang diinginkan.Dari sisi green chemistry
penggunaan katalis berperan pada peningkatan selektifitas, mampu mengurangi
penggunaan reagen, dan mampu meminimalkan penggunaan energi dalam suatu reaksi.
Penerapan sistem 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle) menjadi salah
satu solusi dalam menjaga lingkungan di sekitar kita yang murah dan mudah untuk
dilakukan di samping mengolah sampah menjadi kompos atau meanfaatkan sampah
menjadi sumber listrik (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Selain itu,
penerapan 3R ini juga dapat dilakukan oleh setiap orang dalam kegiatan
sehari-hari. 3R terdiri dari Reuse, Reduce, dan Recycle. Reuse
berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang
sama ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu
yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle berarti mengolah kembali (daur
ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.
A.Reduce
Reduce berarti kita mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak
lingkungan. Reduce juga berarti mengurangi belanja barang-barang yang anda
tidak “terlalu” butuhkan seperti baju baru, aksesoris tambahan atau apa pun
yang intinya adalah pengurangan kebutuhan. Kurangi juga penggunaan kertas
tissue dengan sapu tangan, kurangi penggunaan kertas di kantor dengan print
preview sebelum mencetak agar tidak salah, baca koran online, dan lainnya.
Contoh kegiatan reduce sehari-hari:
1.Memilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
2.Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam
jumlah besar.
3.Menggunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat
tulis yang bisa diisi ulang kembali).
4.Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai.
5.Menggunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat
B.Reuse
Reuse sendiri berarti pemakaian kembali seperti contohnya memberikan
baju-baju bekas anda ke yatim piatu. Tapi yang paling dekat adalah memberikan
baju yang kekecilan pada adik atau saudara anda, selain itu baju-baju bayi yang
hanya beberapa bulan dipakai masih bagus dan bisa diberikan pada saudara yang
membutuhkan.
Contoh kegiatan reuse sehari-hari:
1.Memilih wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali
atau berulang-ulang. Misalnya, menggunakan sapu tangan dari pada menggunakan
tissu, menggunakan tas belanja dari kain dari pada menggunakan kantong plastik.
- Menggunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
- Menggunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
C.Recycle
Recycle adalah
mendaur ulang barang. Paling mudah adalah mendaur ulang sampah organik di rumah
anda, menggunakan bekas botol plastik air minum atau apapun sebagai pot
tanaman, sampai mendaur ulang kertas bekas untuk menjadi kertas kembali. Daur
ulang secara besar-besaran belum menjadi kebiasaan di Indonesia. Tempat sampah
yang membedakan antara organik dan non-organik saja tidak jalan. Malah akhirnya
lebih banyak gerilyawan lingkungan yang melakukan daur ulang secara kreatif dan
menularkannya pada banyak orang dibandingkan pemerintah.
Contoh kegiatan recycle sehari-hari:
1.Memilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.
- Mengolah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
- Melakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos.
- Lakukan pengolahan sampah non organik menjadi barang yang bermanfaat dan bahkan memiliki nilai jual.
Daftar Pustaka
http://bptba.lipi.go.id/bptba3.1/?u=blog-single&p=343&lang=id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.