Disusun oleh : Adrian Rahadi (N16-ADRIAN)
Green
chemistry merupakan kajian di bidang kimia yang relatif baru yang memfokuskan
kajiannya pada penerapan sejumlah prinsip kimia dalam merancang menggunakan
atau memproduksi bahan kimia untuk mengurangi pemakaian atau produksi bahan
berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan mahluk hidup dan pelestarian
lingkungan. Kajian green chemistry ini mencakup konsep dan pendekatan yang
efektif untuk mencegah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh proses dan
produk bahan kimia beracun dan berbahaya, karena penerapan metode pemacahan
masalah secara inovatif terhadap masalah lingkungan. Mengingat pentingnya green
chemistry sebagai pendekatan untuk pencegahan pencemaran akibat bahanbahan
kimia yang dapat merusak lingkungan, maka konsep green chemistry perlu
diaplikasikan dalam pembelajaran kimia di sekolah-sekolah dan di perguruan
tinggi, khususnya dalam kegiatan praktikum di laboratorium. Kegiatan praktikum
di laboratorium yang berorientasi pada prinsip green chemistry dilakukan dalam
bentuk aktifitas dalam upaya untuk mengurangi, menghilangkan dan mengganti
penggunaan bahan-bahan kimia beracun dan berbahaya yang digunakan dalam
percobaan untuk mengurangi kadar pencemar dan volume limbah.
Kata
kunci : green chemistry, prinsip kimia hijau
Pendahuluan
Kimia
telah menghasilkan banyak produk yang menguntungkan bagi manusia, seperti
obatobatan, makanan, kosmetik, bahan pewarna, cat, kimia agro, biomolekular,
dan substansi sepertipolimer, Kristal cair dan nanopartikel material genetic,
sumber energi baru, dan lain sebagainya.Kimia telah digunakan dan diketahui
dalam ruang lingkup yang besar untuk membuat suatuproduk dan material baru yang jauh lebih mudah
digunakan dibandingkan dengan produk
-produk alam. Proses kimia dari
pembuatan produk - produk tersebut melibatkan banyak reaksikimia, molekul,
reagen, solven, asam, basa, dan lain sebagainya.Penggunaan bahan-bahan tersebut
dalam jumlah besar tentu saja tidak hanya menghasilkanproduk-produk yang
diinginkan, tetapi juga
menghasilkan produk buangan
yang dapatmencemari dan merusak
lingkungan dalam berbagai bentuk baik padat, cair maupun gas. Jadidiperlukan
suatu cara untuk meminimalkan pencemaran kimia. Lebih dari 20 tahun yang
lalukemudian diciptakanlah suatu cara untuk mewujudkan hal tersebut yang
digagas oleh Anataspada tahun 1991 yang disebut dengan Green Chemistry atau
kimia hijau.Tujuan dirancangnya konsep kimia hijau adalah untuk meminimalkan
kerusakan lingkungandan gangguan kesehatan manusia yang disebabkan karena
pencemaran lingkungan karena zatkimia. Caranya bukan dengan menghilangkan
proses kimia, melainkan dengan merubah proseskimia agar meminimalkan
pencemaran. (Bharati V. Badami, 2008)Dalam
Kimia Hijau terkandung
tekad untuk mengurangi
dampak negatif sejak
darisumbernya atas semua aktivitas dan proses kimia pada kesehatan
manusia dan lingkungan.Pengurangan dampak negatif ini dapat dilakukan melalui
penggunaan bahan dasar yang dapatdiperbaharukan, penggunaan proses dan
bahan kima (reaktan,
pelarut, katalis) yang
ramahlingkungan, penghematan penggunaan energy dan bahan
dasar, peningkatan efisiensi untukmeminimalkan pembentukan produk
samping dan limbah, dan menghasilkan produk yang aman.Prinsip – prinsip yang
dapat dipakai untuk mengubah kimia menjadi kimia berkelanjutan. Prinsipumum
yang mendasari kimia hijau ini berjumlah 12 (Anastas and Warner, 1998).
Permasalahan
Apa
saja prinsip prinsip kimia hijau?
Pembahasan
Ledakan penduduk dunia yang semakin meningkat,
ketersediaan sumber daya alam yang semakin menipis, meningkatnya polusi,
perubahan iklim, dan berbagai alasan-alasan senada lainnya memaksa para
ilmuwan, khususnya kimiawan berfikir keras bagaimana alam ini tetap seimbang,
sejuk, aman, dan berkelanjutan untuk di nikmati anak cucu kita kelak. Di sisi
lain, kimia kadang disalahartikan hanya berkutat dengan penggunaan reagent
berbahaya untuk mencetak suatu produk lewat proses fabrikasi / industry
dan menghasilkan limbah yang tidak bersahabat. Sebagai
contoh industri obat, textile, peleburan logam, pembuatan
senjata dan bom atom, proses pengilangan minyak, dst. Apakah
benar kimia hanya berperan layaknya monster yang siap mengikis kehidupan yang
hijau nan segar ? Di sinilah kita akan ketahui betapa pentingya peran green
chemistry ( kimia hijau).
Green Chemistry, juga dikenal
sebagai „sustainable
chemistry“ kimia yang berkelanjutan adalah
desain produk dan proses kimia yang mengurangi atau menghilangkan penggunaan
atau generasi zat berbahaya. Green chemistry berlaku di seluruh siklus hidup
dari produk kimia, termasuk desain, manufaktur, sampai pada penggunaannya.
Teknologi Green chemistry memberikan sejumlah manfaat antara
lain, mengurangi limbah, mengurangi biaya perawatan pipa yang mahal,
produk yang lebih aman, mengurangi penggunaan
energi dan sumber daya alam, dan meningkatkan daya saing pabrik kimia
terhadap pelanggan mereka.
Ada 12 Prinsip
Kimia Hijau yang sudah sering kita dengar, antara lain
1.
Mencegah Limbah
Yaitu bagaiamna kemampuan kimiawan untuk merancang ulang transformasi
kimia untuk meminimalkan produksi limbah berbahaya merupakan langkah pertama
yang penting dalam pencegahan polusi. Dengan mencegah generasi sampah, kita
meminimalkan bahaya yang berhubungan dengan limbah,
transportasi, penyimpanan dan perawatan.
2 .
Memaksimalkan Atom Ekonomi
Ekonomi Atom adalah sebuah konsep, yang dikembangkan oleh Barry
Trost dari Stanford University yang mengevaluasi efisiensi transformasi kimia.
Mirip dengan perhitungan hasil, ekonomi atom merupakan rasio dari total massa
atom dalam produk yang diinginkan dengan massa total atom pada reaktan. Memilih
transformasi yang menggabungkan sebagian besar bahan awal ke dalam produk lebih
efisien dan meminimalkan limbah.
3. Desain sintesis kimia yang kurang berbahaya
Metode sintetis seharusnya didesain untuk menggunakan dan menghasilkan
zat yang memiliki kadar sekecil mungkin atau bahkan tidak beracun terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan. Tujuannya adalah untuk menggunakan reagen
kurang berbahaya bila memungkinkan dan proses desain yang tidak menghasilkan
produk sampingan berbahaya.
4.
Desain Produk kimia yang aman
Produk kimia seharusnya didesain untuk mempengaruhi fungsi yang
diinginkan dengan meminimalkan toksisitas ( sifat beracun) mereka.
5.
Gunakan Pelarut / kondisi reaksi yang aman
Semaksimal
mungkin diupayakan untuk tidak menggunaan zat tambahan (misalnya, pelarut, agen
pemisah, dll). Penggunakan pelarut biasanya mengarah ke produksi limbah. Oleh
karena itu penurunan volume pelarut atau bahkan
penghapusan total pelarut akan lebih baik. Dalam kasus di mana
pelarut diperlukan, hendaknya perlu diperhatikan penggunaan pelarut yang
cukup aman.
6.
Meningkatkan Efisiensi Energi
Kebutuhan Energi dalam proses kimia harus diakui berdampak pada
lingkungan dan ekonomi dan harus diminimalkan. Jika mungkin, metode sintetis
dan pemurnian harus dirancang untuk suhu dan tekanan ruang, sehingga biaya
energi yang berkaitan dengan suhu dan tekanan ekstrim dapat diminimalkan.
7. Gunakan bahan baku Terbarukan
Bila memungkinkan, transformasi kimia harus dirancang untuk memanfaatkan
bahan baku yang terbarukan. Contoh bahan baku terbarukan termasuk produk
pertanian atau limbah dari proses lainnya. Contoh bahan baku depleting termasuk
bahan baku yang ditambang atau dihasilkan dari bahan bakar fosil (minyak bumi,
gas alam atau batubara).
8.
Hindari penggunaan Kimia Derivatif
Derivatisasi yang tidak perlu (penggunaan kelompok „blocking“, proteksi
/ deproteksi, modifikasi sementara proses fisika / proses kimia) harus
dikurangi atau dihindari jika mungkin, karena langkah-langkah seperti ini
membutuhkan reagen tambahan dan dapat menghasilkan limbah. Transformasi Sintetik yang lebih selektif akan menghilangkan
atau mengurangi kebutuhan untuk proteksi gugus fungsi. Selain itu, urutan sintetis alternatif dapat
menghilangkan kebutuhan untuk mengubah gugus fungsi dengan ada gugus fungis
lain yang lebih sensitif.
9. Gunakan Katalis
Secara
stoikiometri katalis dengan selektivitas yang tinggi memang lebih unggul dalam
reaksi. Katalis dapat memainkan beberapa peran dalam proses transformasi,
antara lain dapat meningkatkan selektivitas reaksi, mengurangi suhu
transformasi, meningkatkan tingkat konversi produk dan mengurangi limbah reagen
(karena mereka tidak dikonsumsi selama reaksi). Dengan mengurangi suhu, kita dapat menghemat energi dan berpotensi
menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan.
10. Desain produk yang terdegradasi
Produk kimia seharusnya didesain hingga pada akhir fungsinya nanti
mereka dapat terurai menjadi produk degradasi yang tidak berbahaya ketika
mereka dilepaskan ke lingkungan. Disinilah arti pentingnya sintesis material
sehari-hari yang biodegradable, misalnya biopolimer, plastik ramah lingkungan
dst.
11. Analisis Real-Time untuk Mencegah Polusi
Selalu penting untuk memonitor
kemajuan reaksi untuk mengetahui kapan reaksi selesai atau untuk mendeteksi
munculnya produk samping yang tidak diinginkan. Bila memungkinkan, metodologi
analitis harus dikembangkan dan digunakan untuk memungkinkan untuk real-time,
pemantauan pada proses dan kontrol untuk meminimalkan pembentukan zat
berbahaya.
12. Minimalkan Potensi Kecelakaan
Salah satu cara untuk meminimalkan
potensi kecelakaan kimia adalah memilih pereaksi dan pelarut yang memperkecil
potensi ledakan, kebakaran dan kecelakaan yang tak disengaja. Risiko yang
terkait dengan jenis kecelakaan ini kadang-kadang dapat dikurangi dengan
mengubah bentuk (padat, cair atau gas) atau komposisi dari reagen.
Dewasa ini sudah banyak sekali
penelitian-penelitian yang mengarah/ berbasis pada aspek
keberlangsungan. Sebagai contoh misalnya usaha untuk menemukan energy
terbarukan, antara lain energy surya, energy bahan bakar yang
berbasis hydrogen, biogas, termasuk proses penyimpanannya jangka panjang
dst. Penggunaan green solvent, green katalist, termasuk di dalamnya biokatalist
( yang reusable dan recycle), mekanisme sintesis yang dirancang ramah
lingkungan, begitu pula upaya memaksimalkan atau memanfaat kan kembali limbah
sebagai bahan baku bermanfaat di masa depan adalah merupakan usaha-usaha para
ilmuwan untuk terwujudnya bumi yang hijau.
Selain dengan penerapan 12 prinsip kimia hijau, kimiawan juga harus mampu
mengembangkan proses yang mampu memenuhi aspek
keberlanjutan secara ekologi, namun
tetap bermanfaat bagi masyarakat dan bernilai
ekonomi. Untuk itu, kimiawan perlu memiliki
pemikiran tentang:
1. Penerapan kondisi reaksi
alternative yang hemat energi dan ramah lingkungan, dengan
1.
Penerapan kondisi reaksi alternative yang hemat energi dan ramah lingkungan,
denganmisalnya melibatkan penggunaan katalis dan enzim,
2.
Penerapan teknik alternatif untuk menghindari
reaksi yang melibatkan
panas tinggi,misalnya dengan melibatkan reaksi fotokimia dan
elektrokimia, microwave (gelombangmikro),dan sinar matahari,
3.
Penerapan reaksi kemo-, region dan stereoselektif modern,
4.
Pemakaian materi awal dan senyawa antara yang hemat seumber daya, dan
pemakaiansumber daya yang dapat diperbaharui,
5.
Pemakaian larutan yang ramah lingkungan,
6.
Pendaurulangan pelarut dan senyawa pembantu reaksi.
Kesimpulan
Green
chemistry berperan penting dalam upaya untuk mencegah atau mengurangi bahaya
polusi akibat bahan kimia beracun dan berbahaya yang menimbulkan masalah
lingkungan Green chemistry mempunyai 12 prinsip yang dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran kimia khususnya pada kegiatan praktikum di laborato-rium dengan
cara mengurangi/ mengganti bahan-bahan kimia yang berbahaya yang digunakan
dalam suatu reaksi kimia atau sintesa suatu senyawa yang menghasilkan limbah
berbahaya yang menimbulkan masa-lah lingkungan . Pembelajaran kimia dengan
pendekatan green chemistry bukanlah tujuan yang absolut tetapi mempunyai
dedikasi terahadap proses pembangu-nan yang bekelanjutan, di mana lingkungan
dipertimbangkan sejalan dengan kimia. Inovasi kegiatan laboratorium dari
tradisional ke green chemistry mungkin hanya memiliki efek yang minim pada
lingkungan sekitar namun kita bisa mendapatkan efek yang lebih besar.
Daftar
Pustaka
Rahayu,
Titis, 2012. Kimia Hijau (Green Chemistry)
Nurbaity,
2011. Jurnal Pendekatan Green Chemistry Suatu Inovasi Dalam Pembelajaran
Kimia Berwawasan Lingkungan
Anwar,
Muslih, 2015. Kimia Hijau /Green Chemistry
Utomo,
P M, 2010. Jurnal Green Chemistry
Dengan Kimia Katalis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.