PENERAPAN
NANOTEKNOLOGI DI DALAM INDUSTRI PANGAN
Oleh : Wida Ayu Amidah, @N17-WIDA
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji prospek
penerapan nanoteknologi, khususnya di bidang pengolahan pangan. Kajian ini
dilakukan melalui studi pustaka yang relevan dengan penelitian, pengembangan,
dan penerapan nanoteknologi, khususnya pada bidang pengolahan pangan di
Indonesia. Hasil pengkajian menunjukkan nanoteknologi mempunyai prospek yang
cerah untuk diterapkan di Indonesia, namun penelitian, pengembangan, dan
penerapannya di Indonesia berkembang lambat dan lebih terfokus pada bidang
selain pengolahan pangan, seperti elektronik, energi, kedokteran, dan farmasi.
Hambatan yang menjadi perkembangan nanoteknologi di Indonesia antara lain,
yaitu fasilitas (seperti sarana dan prasarana) nanoteknologi yang kurang
memadai dan tersebar di sejumlah institusi, kurangnya sinergisme antar lembaga
riset nanoteknologi, sumber daya manusia (SDM) yang kurang mendukung, dan anggaran
yang kurang memadai. Sejumlah studi mengungkapkan penerapan nanoteknologi pada bidang
pengolahan pangan di Indonesia, seperti
antioksidan, dan pengawet makanan. Peranan pengemasan pangan terus berkembang
pesat serta menyumbangkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat yang
modern. Makanan merupakan komoditas
yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari .Oleh karena itu proses
pengolahan yang baik sangat penting sebagai upaya peningkatan kualitas dari
bahan makanan tersebut. Industri pengolahan bahan makanan berkompetisi untuk
dapat mencapai kualitas yang sesuai, dengan cara penerapan berbagai teknologi
baru. Salah satu teknologi yang masih terus dikembangkan sampai dengan saat ini
adalah nanoteknologi. Teknologi ini menitikberatkan pada rekayasa bahan pada
tingkat ukuran nano. Khusus pada industri makanan dapat diterapkan pada proses
, peningkatan cita rasa , pengawetan , keamanan dan pengemasan .
Kata
kunci: pengolahan pangan, nanoteknologi, makanan
PENDAHULUAN
Penelitian dan penerapan di bidang nanoteknologi
telah berkembang pesat. Teknologi terbaru tersebut sudah merambah ke berbagai
sektor kehidupan, seperti tekstil, pangan, komestik, kesehatan, kemasan pangan,
dan berbagai produk konsumen lainnya. Menurut Hoerudin dan Irawan (tahun 2015), perkembangan nanoteknologi yang pesat
merupakan tantangan dan peluang bagi suatu negara untuk ikut berperan dalam
pasar dunia atau hanya akan menjadi tujuan pasar. Saat ini di beberapa negara
maju, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia, penelitian dan pengembangan
penerapan nanoteknologi di bidang pengolahan pangan semakin berkembang pesat.
Selain pengembangan penelitian di tingkat nasional, jaringan penelitian
teknologi nano antarnegara dan kawasan juga berkembang pesat. Tidak hanya di
negara-negara maju, di beberapa negara berkembang seperti Korea, Cina,
Thailand, Malaysia, dan Vietnam, nanoteknologi sudah berkembang dengan pesat.
Makanan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kebutuhan manusia. Dengan
berbagai upaya telah dicoba dan dilakukan agar kebutuhan akan pangan dapat
terpenuhi dengan baik. Pada awalnya jumlah atau kuantitas menjadi tujuan utama,
dari berbagai usaha untuk memaksimalkan hasil yang dilakukan, misalnya dengan
intensifikasi dan ekstansifikasi pertanian. Upaya dengan orientasi jumlah ini
masih dilakukan oleh negara yang berkembang, dimana kekurangan bahan pangan
masih sering terjadi akibat kondisi lingkugan. Sedangkan di negara maju, sudah
mampu menerapkan cara memaksimalkan hasil untuk mencapai tujuan kuantitatif di
dalam produksi. Sehingga jumlah produk bahan pangan sudah dapat memenuhi
permintaan sendiri dan bahkan berlebih. Karena hal tersebut mereka lebih
menekankan upaya peningkatan kualitas produk bahan pangan yang dihasilkan.
PEMBAHASAN
Penerapan nanoteknologi pada industri pengolahan
pangan dan suplemen dari gizi umumnya dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu
ingredien pangan berstruktur nano dengan sifat pengantar zat gizi yang
merupakan pembawa suplemen berukuran sangat kecil dan bermanfaat untuk
memperbaiki tekstur, rasa, dan mempercepat penyerapan zat gizi; ingredien
pangan dan aditif pangan nano yang dienkapsulasi dengan manfaat untuk sulih
rasa Penambahan bahan komposit nano atau partikel nano (misal, titanium oksida,
perak oksida, silikon oksida, dan tanah liat ke dalam bahan pengemas pangan
dapat menjamin perlindungan pangan yang lebih baik dengan cara memperbaiki
sifat penetrasi gas dari kertas perak, dan peningkatan sifat-sifat penghambatan.
Sebagai contoh penerapan nanoteknologi,yaitu beberapa perusahaan industri
pangan besar telah secara aktif mengeksplorasi potensi nanoteknologi untuk
digunakan dalam pengembangan produk pangan baru dan pengemasan pangan.
Penerapan nanoteknologi dalam industri pangan telah dicoba untuk memperbaiki
rasa, warna, tekstur, dan konsistensi
bahan pangan, meningkatkan daya serap, dan memperbaiki sifat-sifat mekanis.
Penerapan nanoteknologi di dalam proses pengolahan
pangan yang cukup menarik adalah penambahan kapsul nano pada bahan pangan yang
dapat pecah dan larut dengan bantuan alat microwave
pada frekunsi yang berbeda-beda. Contoh lainnya, penerapan nanotekologi dalam
pengolahan dan pemurnian air yang di fokuskan pada proses membran, dan
disenfeksi. Secara umum penerapan
teknologi dalam industri pangan makanan dibagi menjadi beberapa bidang, yaitu
proses (processing), pengawetan (preservation), peningkatan cita rasa dan
warna, keamanan, dan pengemasan (packaging).
1. Proses
(processing)
Nanoteknologi memberikan alternatif
dalam pemprosesan makanan sehingga akan di hasilkan produk dengan kualitas yang
lebih baik. Penerapan teknologi di dalam pemprosesan makanan meliputi dua hal,
yaitu sintesis bahan, dan proses pemecahan (fraksinasi).
2. Peningkatan
cita rasa
Cita rasa merupakan salah satu
indikator kualitas dari suatu produk makanan. Dalam hal ini konsumen dapat
memegang peranan penting. Nanoteknologi memberikan pengembangan makanan
interaktif yang memberikan kebebasan konsumen untu memilih rasa dan warna dari
makanan yang dimakan.
3. Pengawetan
Makanan merupakan komoditas yang
mudah rusak dan tidak tahan lama. Untuk dapat mempertahankan kualitas agar sama
pada saat di produksi, maka produk makanan harus mengalami proses pengawetan,
baik secara fiisik maupun kimia. Nanoteknologi yang digunakan dalam proses
tersebut, diantaranya yaitu pemberian nanopartikel silver dalam plastik pada
saat produksi kaleng untuk menyimpan makanan, penggunanan nanopartikel silikat
dalam plastik film yang digunkan untuk pengemasan makanan.
4. Keamanan
Keamanan merupakan salah satu yang
harus dipertimbangkan oleh konsumen, sebelum mereka membeli suatu produk
makanan. Produsen harus mampu memmberikan keyakinan kepada konsumen mengenai
keamanan makanan yang diproduksinya. Penerapan nanosensor pada plastik yang
digunakan untuk pengemasan, memungkinkan untuk mendeteksi gas yang keluar dari
makanan yang sudah rusak.
5. Pengemasan
Pengembangan teknologi pengemasan
ditujukan untuk memperpanjang umur dan mempermudah distribusi produk kepada
konsumen. Sistem pengemasan untuk masa yang akan datang diharapkan mampu
menutup lubang-lubang kecil pada kemasan dan memiliki respon baik terhadap
lingkungan (contoh, perubahan suhu dan kelembaban).
KESIMPULAN
Nanoteknologi merupakan salah satu teknologi yang
penerapannya relatif baru dibandingkan pada industri-industri lainnya, akan
tetapi diprediksi penerapannya akan berkembang cepat pada beberapa tahun
mendatang. Nanoteknologi telah diyakini akan dapat menyelesaikan seluruh
permasalahan teknologi di masa mendatang. Produksi pangan hasil teknologi dan ilmu
nano hingga sekarang masih menyisakan
isu keamanan dan resiko yang masih diteliti secara lebih mendalam. Nanoteknologi
dalam industri pengolahan bahan pangan secara umum bertujuan untuk meningkatkan
kualitas suatu produk makanan yang dihasilkan. Penggunaan nanoteknologi di dalm
industri makanan masih harus dikembangkan sampai saat ini.
DAFTAR
PUSTAKA
I
Riwayati -
JURNAL ILMIAH MOMENTUM, 2007 - publikasiilmiah.unwahas.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.