Bising Makin Sensitif. Benar atau salah ?
@ProyekH04
Abstrak :
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang keberadaannya tidak
dikehendaki (Suma’mur, 2009). Secara umum dapat dipahami bahwa kebisingan
mengganggu aktifitas sehari-hari. Gangguan bising dapat diartikan sebagai
perasaan tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh kebisingan. Hal ini merupakan
gangguan psikis yang muncul akibat kebisingan yang tidak diharapkan (bising
tersebut mengganggu privasi, mengganggu aktifitas, mempengaruhi kualitas
istirahat, dsb).
Polusi suara atau bising adalah salah satu isu lingkungan
yang terjadi di wilayah perkotaan. Polusi suara adalah polusi yang tak
terlihat. Kegiatan industri menghasilkan polusi suara bagi lingkungan di
sekitarnya, dan kebisingan adalah salah satu bentuk polusi suara dari kegiatan industri.
Polusi suara akan memberikan dampak negatif bagi fisik maupun non fisik kepada
manusia. Kegiatan industri yang menggunakan peralatan mekanis pasti akan
menghasilkan suara, suara dari kerja alat akan terdengar hingga ke lingkungan
sekitar dan akan berdampak mengganggu jika suara yang diterima di lingkungan sekitar
melebihi batas baku yang ditetapkan.
Isi :
Kebisingan atau bising pada umumnya didefinisikan sebagai
bunyi yang tidak dikehendaki (WHO, 1995 dalam Sasongko dkk, 2000), tingkat
kebisingan itu sendiri merupakan suatu hal yang dapat diukur namun dampak rasa
bising merupakan hal yang fenomenal yang akan bergantung pada subjek penderita
(Mokhtar dkk, 2007).
Pernyataan tingkat kebisingan tidak hanya tergantung pada
besaran fisik saja tetapi juga melibatkan faktor lingkungan seperti respon,
persepsi individu serta reaksi akan tingkatan kebisingan tersebut (Barros, 2008).
Besaran tingkat kebisingan dapat diketahui dengan menggunakan rumusan tingkat
kebisingan ekuivalen dan tingkat kebisingan siang-malam (Sasongko dkk, 2000).
Pemerintah Indonesia melalui Menteri Lingkungan Hidup telah
menetapakan aturan kebisingan lingkungan melalui Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 48/MENLH/11/1996 tahun 1996 yang mengatur tentang batas baku
kebisingan pada area pemukiman ataupun fasilitas umum masyarakat lainnya.
Tingkat Kebisingan di area pemukiman ditetapkan tidak melebihi 55 dBA.
Disamping itu pemerintah juga telah menetapkan batas ambang baku kebisingan
pada area kerja sesuai Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.55/MEN/1999, bahwa nilai
ambang batas kebisingan di area kerja maksimal 85 dBA dengan waktu pemajanan 8
jam. Nilai tingkat Kebisingan antara 55-65 dBALeq berpengaruh terhadap gangguan
psikologis antara lain gangguan kenyamanan pribadi, gangguan komunikasi,
gangguan psikologis seperti gangguan keluhan dan tindakan demonstrasi, gangguan
pada konsentrasi belajar, gangguan istirahat, gangguan pada aktivitas
sholat/ibadah, gangguan tidur dan gangguan lainnya, sedangkan keluhan somatik,
tuli sementara dan tuli permanen merupakan dampak yang banyak dipertimbangkan
dari kebisingan dilingkungan kerja/ industri (Ikron dkk, 2005).
(Hidayat, 2012)
Pengaruh kebisingan terhadap manusia secara fisik tidak saja
mengganggu organ pendengaran, tetapi juga dapat menimbulkan gangguan pada
organ-organ tubuh yang lain, seperti penyempitan pembuluh darah dan sistem
jantung (Sasongko et al., 2000). Pengaruh bising secara psikologi, yaitu berupa
penurunan efektivitas kerja dan kinerja seseorang (Asmaningprojo, 1995).
Menurut Sulistyani et al., (1993), agresivitas warga yang tinggal di kawasan
bising akan meningkat dengan bertambahnya tingkat kebisingan di kawasan
tersebut dan inilah yang menyebabkan warga kurang mampu mengontrol diri maupun
tingkah lakunya. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Bhinnety et al.,
(1994), menyatakan bahwa intensitas bising (bunyi) mempunyai pengaruh yang
nyata terhadap memori jangka pendek; semakin tinggi intensitas kebisingan akan
semakin menurun memori jangka pendek seseorang, variasi intensitasnya antara 30
dB sampai dengan 95 dB. (Suwarna)
Sumber kebisingan dapat berasal dari lingkungan sekitar yang
terkait dengan aktifitas manusia sehari-hari misalnya dari aktivitas industri.
Hal ini berdasarkan dari pendapat Chandra (2009) yang menyatakan bahwa sumber
kebisingan dapat berasal dari kendaraan bermotor, kawasan industri atau pabrik,
tempat umum, bandara dan rel kereta api. Efek kebisingan dibidang kesehatan
dilaporkan semakin meningkatkan sensitivitas tubuh, berupa peningkatan
kardiovaskuler seperti kenaikan tekanan darah dan denyut jantung, apabila hal
ini terjadi dalam waktu yang lama maka akan dapat mengakibatkan hilangnya
konsentrasi, salah satu dampak negatif dari kebisingan adalah terkait dengan
gangguan tidur yang berpengaruh pada pola tidur. Tidur merupakan jeda bagi
tubuh, selama waktu tidur organ-organ tubuh bekerja lebih ringan dibanding
selama terjaga. Tidur bukan berarti “time out” dari rutinitas sehari–hari,
tidur sangat penting bagi kesehatan, fungsi emosional, mental 2 dan keselamatan
(Rafknowledge, 2004). Tidur adalah keadaan fisiologis yang dibutuhkan makhluk
hidup untuk memulihkan diri secara normal. Saat tidur seseorang akan sangat
sensitif terhadap lingkungan yang dapat menganggu atau mengurangi jumlah
tidurnya. Keadaan sensitif tersebut salah satunya adalah kebisingan, kebisingan
adalah sebuah rangsangan eksternal yang masih diproses oleh fungsi sensorik
tidur, meskipun presepsi non-sensorik sadar akan adanya kebisingan tersebut
(Muzet, 2007). Gangguan jumlah dan kualitas tidur yang dibatasi waktu dalam
jumlah dan kualitas (Wilkinson, 2007). Gangguan tidur dapat disebabkan oleh
banyak hal atau bersifat holistik, penyebab gangguan tidur sangat kompleks dan
memerlukan investigasi yang cermat dalam mencari penyebab gangguan tidur itu
sendiri, yang mempengaruhi gangguan tidur adalah biopsikososial yaitu dari
faktor genetik, psikologis dan kebisingan lingkungan, termasuk di dalamnya
akibat dari kebisingan industri (Adelyna, 2008). Keadaan lingkungan dapat
meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur, dalam lingkungan yang
tenang memungkinkan seseorang untuk tidur dengan nyenyak, sedangkan dalam
lingkungan yang ribut, bising dan gaduh akan menghambat seseorang untuk tidur.
Selama waktu tidur terjadi perubahan tingkat kesadaran yang berfluktuasi.
Tingkat kesadaran pada organ-organ pengindraan pada orang yang tertidur
berbeda-beda, organ pengindraan yang mengalami penurunan kesadaran yang paling
mendalam adalah indra penciuman, sedangkan indra yang mengalami tingkat
penurunan kesadaran paling kecil adalah indra pendengaran dan rasa sakit, hal
ini menjelaskan mengapa orang-orang yang sakit dan berada dalam lingkungan yang
bising seringkali mengalami susah tidur (Asmadi, 2008). Seseorang yang sering
terpapar kebisingan dapat mengalami berbagai gangguan kesehatan seperti,
gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. 3
Paparan kebisingan adalah salah satu gangguan yang paling dikeluhkan masyarakat
yang tinggal di kota-kota besar (Muzet, 2007). Dalam paparan kebisingan
ditemukan bahwa dampak terus menerus terpapar oleh kebisingan dapat mengganggu
gangguan tidur REM (Phasscier et al, 2002 dalam Clark et al, 2007). Secara
keseluruhan studi yang dilakukan untuk memeriksa masalah yang timbul dari
kebisingan didapatkan hasil bahwa efek langsung kebisingan dapat menganggu
kualitas tidur (HCN, 2004). Paparan kebisingan dimalam hari berpotensi untuk
mengganggu kemampuan untuk tertidur, mempersingkat durasi tidur, terbangun saat
tidur dan mengurangi kualitas tidur (Michaud et al, 2007). Masalah tidur
terkadang membuat kehidupan sehari-hari terasa lebih menekan atau menyebabkan
seseorang menjadi kurang produktif. Menurut National Sleep Foundation (NSF) di
Amerika, orang-orang yang mengaku mempunyai kesulitan tidur dilaporkan lebih
sulit berkonsentrasi, mudah marah dan emosional (Rafknowledge, 2004). Kualitas
tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut
tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan
apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata
perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau
mengantuk. Kualitas tidur juga meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur,
seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi
terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur (Hidayat,
2006).
Daftar Pustaka :
Adriana
Wulur, Yogini. 2014. POLA
DISTRIBUSI BUNYI DAN TOLERANSI KEBISINGAN PADA PERUMAHAN DI KAWASAN BANDARA. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=291840&val=1033&title=POLA%20DISTRIBUSI%20BUNYI%20DAN%20TOLERANSI%20KEBISINGAN%20PADA%20PERUMAHAN%20DI%20KAWASAN%20BANDARA
Djalante, Susanti. 2010. ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DI JALAN RAYA YANG MENGGUNAKAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APIL). https://media.neliti.com/media/publications/222051-analisis-tingkat-kebisingan-di-jalan-ray.pdf
Hidayat,
Atep Afia, Kholil, Muhammad. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Industri
Hidayat,
Syarif. 2012. KAJIAN
KEBISINGAN DAN PERSEPSI KETERGANGGUAN MASYARAKAT AKIBAT PENAMBANGAN BATU
ANDESIT DI DESA JELADRI, KECAMATAN WINONGAN, KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR. https://media.neliti.com/media/publications/101595-ID-kajian-kebisingan-dan-persepsi-ketergang.pdf
Muslim,
Erlinda. 2014. Analisis Pengaruh Polusi Udara, Kebisingan dan Getaran. https://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/view/2426/1654
Oktorina,
Sarita. 2017. Analisis
Intensitas Kebisingan Lingkungan Kerja pada Pembangunan Twin Tower UINSunan
Ampel Surabaya. http://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/alard/article/view/123
Suarna, IW. PERMASALAHAN
KEBISINGAN DI KOTA DENPASAR. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=15951&val=988.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/view/2426/1654
Syaiful. 2013. KAJIAN PENCEMARAN SUARA LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR. https://knpts.files.wordpress.com/2014/10/knpts-2013-abstrak-transportasi.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.