Pencemaran Udara |
Abstrak
Udara
merupakan faktor yang sangat penting dalam kelangsungan proses biologis makhluk
hidup. Namun seiring berjalannya waktu, tingkat pertumbuhan ekonomi, kegiatan industri,
trasportasi, perkantoran dan kegiatan domestik berkontribusi besar dalam
pencemaran udara. Hal ini tentu membawa penurunan kualitas kehidupan pada
berbagai aspek dan secara langsung atau tidak, juga mempengaruhi manusia.
Pembahasan
Menurut
BPLH DKI Jakarta (2013) dalam Ismiyati et al. (2014), seiring perkembangan
pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, serta berkembangnya transportasi,
maka, kualitas udara pun mengalami perubahan yang disebabkan oleh terjadinya
pencemaran udara, atau, sebagai berubahnya salah satu komposisi udara dari
keadaan yang normal; yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel
kecil/aerosol) ke dalam udara dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu yang cukup
lama, sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan tanaman.
A. Dampak pencemaran udara
Menurut
Budiyono (2001), dampak pencemaran udara dapat dibagi menjadi beberapa kategori
yaitu:
1)
Dampak terhadap kesehatan manusia
Pada
tingkat konsentrasi tertentu zat-zat pencemar udara dapat berakibat langsung
terhadap kesehatan manusia, baik secara mendadak atau akut, menahun atau
kronis/sub-klinis dan dengan gejala-gejala yang samar.
2)
Dampak terhadap kesehatan flora
Terjadinya gangguan pencemaran terhadap tumbuhan dapat
digolongkan dalam (dua) kategori, yaitu pencemaran secara primer dan sekunder.
a.
Pencemaran Primer
Gangguan secara primer adalah terjadinya
kontak langsung antara sumber pencemar (mated pencemar) dengan bagian permukaan
tumbuhan secara langsung, sehingga dapat mengganggu dan menutupi lapisan epidermal
yang membantu sistem penguapan pada tumbuhan.
b.
Pencemaran Sekunder
Gangguan secara sekunder adalah gangguan yang terjadi pada tumbuhan
karena pencemaran yang mengganggu pada sistem akar, terjadi karena penumpukan
polutan/pencemar pada tanah dan permukaan air.
3)
Dampak terhadap kesehatan fauna
Dampak negatif zat-zat pencemar udara terhadap fauna (hewan)
sama dengan dampak-dampak lain seperti terhadap manusia dan tumbuhan. Dampak
terhadap hewan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, secara
langsung terjadi bila ada interaksi melalui sistem pernafasan sebagaimana
terjadi pada manusia. Dampak tidak langsung terjadi melalui suatu perantara,
baik tumbuhan atau perairan yang berfungsi sebagai bahan makanan hewan.
4)
Dampak terhadap material
Dampak pencemaran udara terhadap material, yaitu bangunan-bangunan,
logam, batuan, kulit dan Iain-lain dapat digambarkan sebagai dampak pecemaran
udara terhadap lingkungan alam sekeliling, timbulnya karat pada permukaan
logam, yang menyebabkan terlepas dan hilangnya material dari permukaan serta
berubahnya kemampuan elektris logam merupakan contoh pengaruh pencemaran udara
yang cukup penting.
5)
Dampak terhadap terjadinya hujan
asam
Atmosfer sebagai tempat pembuangan bahan sisa-sisa aktivitas
manusia bertindak sebagai reaktor kimia yang kompleks yang akan merubah zat-zat
pencemar begitu zat pencemar tersebut berinteraksi dengan substansi lain, seperti
uap air dan sinar matahari.
B. Solusi
Menurut
BPLH DKI Jakarta (2013) dalam Ismiyati et al.(2014), Di kota-kota besar, kontribusi
gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%,
sementara, kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%,
dan sisanya berasal dari sumber pembakaran lain; misalnya rumah tangga, pembakaran
sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain.
Jika
dilihat dari persentase pencemaran, transportasi menyumbang angka paling besar
dalam pencemaran udara, sehingga solusi yang menjadi prioritas adalah di bidang
transportasi.
Menurut
Gusnita (2010), solusinya adalah dengan membuat transportasi berkelanjutan. Organization
for Economic Co-Operation & Development (OECD, 1994), dalam Gusnita
(2010) mendefinisikan : “Transportasi berkelanjutan merupakan suatu
transportasi yang tidak menimbulkan dampak yang membahayakan kesehatan
masyarakat atau ekosistem dan dapat memenuhi kebutuhan mobilitas yang ada
secara konsisten dengan memperhatikan:
a. Penggunaan
sumberdaya energi yang terbarukan pada tingkat yang lebih rendah dari tingkat
regenerasinya.
b. Penggunaan
sumber daya tidak terbarukan pada tingkat yang lebih rendah dari tingkat pengembangan
sumberdaya alternatif yang terbarukan.”
Kesimpulan
Solusi
untuk mengatasi polusi udara kota, terutama ditujukan pada pembenahan sektor
transportasi dengan tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Maka tidak ada kata
lain kecuali harus mau belajar dari kota-kota besar lain di dunia yang telah
berhasil menurunkan polusi udara dan angka kesakitan serta kematian yang
diakibatkan karenanya. Di antaranya, dengan pembatasan izin bagi angkutan umum
kecil, memperbanyak kendaraan angkutan massal; seperti bus dan kereta api.
Kemudian kontrol terhadap jumlah kendaraan pribadi juga dapat dilakukan seiring
dengan perbaikan pada sejumlah angkutan umum.
Daftar
Pustaka
Ismiyati et al. 2014. Pencemaran
Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi
& Logistik (JMTransLog) - Vol. 01 No. 03: 241-248.
Gusnita, D. 2010. GREEN
TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI
POLUSI UDARA. Berita Dirgantara Vol.
11 No. 2: 66-71.
Budiyono. 2001. Pencemaran Udara : Dampak Pencemaran Udara Pada
Lingkungan. Berita Dirgantara Vol. 2, No. 1: 21-27.
Kumaat, M. 2012. TRANSPORTASI DAN POLUSI PADA KAWASAN PENDIDIKAN. TEKNO-SIPIL/Volume
10/No. 57, 27-32.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.