Abstrak
Kimia hijau adalah suatu
pendekatan terhadap perancangan, proses pembuatan, dan pemanfaatan
produk-produk kimia sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi atau
menghilangkan bahaya dampak buruk zat kimia terhadap lingkungan termasuk
manusia. Tujuan utama pendekatan kimia hijau adalah untuk menciptakan zat-zat
kimia yang lebih baik dan aman dan secara bersamaan dapat memilih cara-cara
yang paling aman dan efisien untuk mensintesa zat-zat tersebut dan mengurangi
sampah kimia yang dihasilkan.
Kata Kunci: Kimia Hijau,
Kelestarian Lingkungan, Manfaat
Isi:
Green chemistry atau “kimia
hijau” merupakan bidang kimia yang berfokus pada pencegahan polusi. Pada awal
1990-an, green chemistry mulai dikenal secara global setelah Environmental
Protection Agency (EPA) mengeluarkan Pollution Prevention Act yang merupakan
kebijakan nasional untuk mencegah atau mengurangi polusi. Green chemistry
merupakan pendekatan untuk mengatasi masalah lingkungan baik itu dari segi
bahan kimia yang dihasilkan, proses ataupun tahapan reaksi yang digunakan.
Konsep ini menegaskan tentang suatu metode yang didasarkan pada pengurangan
penggunaan dan pembuatan bahan kimia berbahaya baik itu dari sisi perancangan
maupun proses. Bahaya bahan kimia yang dimaksudkan dalam konsep green chemistry
ini meliputi berbagai ancaman terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, termasuk
toksisitas, bahaya fisik, perubahan iklim global, dan penipisan sumber daya
alam. Anwar (2015)
Santosa dalam Hidayat (2008) menjelaskan, bahwa
mengapa ilmu kimia yang diperkaya dengan konsep-konsep yang penerapannya
mendukung pelaksanaan pembanguunan lestari diistilahkan dengan kimia hijau?
Ternyata hijau merupakan warna kehidupan alam, warna klorofil, selain itu lahan
yang subur dikenal sebagai lahan hijau. Dengan sendirinya Kimia Hijau merupakan
ilmu kimia yang baik,subur dan dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia
secara berkesinambungan, namun selalu serasi dan peduli dengan lingkungan.
Dalam hal ini Kimia Hijau juga dikenal sebagai Kimia Lestari (Sustainable Chemistry).
Manfaat kimia hijau adalah mengusahakan
proses-proses kimia yang lebih ekonomis karena biaya produksi dan
regulasi yang lebih rendah, effisien dalam penggunaan energi, pengurangan
limbah produksi, pengurangan kecelakaan, produk yang lebih aman, tempat kerja
dan komunitas yang lebih sehat, perlindungan terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan.
Adapun 12 prinsip Green Chemistry antara
lain:
1. Mencegah Limbah Kimia
Lebih baik mencegah pembentukan limbah
buangan sedikit mungkin daripada melakukan proses pembersihan dari produk2
buangan.
2. Memaksimalkan Atom Ekonomi
Mendesain sintesa agar produk akhir
mengandung proporsi maksimum dari materi awal yang digunakan. Kalau ada atom
yang terbuang, sebaiknya hanya sedikit.
3. Desain Sintesis Kimia yang Tidak
Berbahaya
Mendesain sintesa untuk digunakan dan
menghasilkan zat kimia yang tidak atau hanya sedikit menjadi racun bagi manusia
dan lingkungannya atau mengurangi bahaya bahan kimia.
4. Desain Produk Kimia yang Aman
Produk kimia seharusnya didesain untuk
mempengaruhi fungsi yang diinginkan dengan meminimalkan toksisitas (sifat
beracun) mereka.
5. Gunakan Pelarut yang Aman
Semaksimal mungkin diupayakan untuk
tidak menggunaan zat tambahan (misalnya, pelarut, agen pemisah, dll).
Penggunakan pelarut biasanya mengarah ke produksi limbah. Oleh karena itu
penurunan volume pelarut atau bahkan penghapusan total pelarut akan lebih baik.
Dalam kasus di mana pelarut diperlukan, hendaknya perlu diperhatikan penggunaan
pelarut yang cukup aman.
6. Meningkatkan Efisiensi Energi
Penggunaan energi yang minimal. Proses
synthesis diusahakan tidak pada kondisi extreme (ambient temperature &
pressure).
7. Gunakan Bahan Baku Terbarukan
Bila memungkinkan, transformasi kimia
harus dirancang untuk memanfaatkan bahan baku yang terbarukan. Contoh bahan
baku terbarukan termasuk produk pertanian atau limbah dari proses lainnya.
Contoh bahan baku depleting termasuk bahan baku yang ditambang atau dihasilkan
dari bahan bakar fosil (minyak bumi, gas alam atau batubara).
8. Hindari Penggunaan Kimia Derivatif
Derivatisasi yang tidak perlu
(penggunaan kelompok „blocking“, proteksi / deproteksi, modifikasi sementara
proses fisika / proses kimia) harus dikurangi atau dihindari jika mungkin,
karena langkah-langkah seperti ini membutuhkan reagen tambahan dan dapat
menghasilkan limbah. Transformasi Sintetik yang lebih selektif akan menghilangkan
atau mengurangi kebutuhan untuk proteksi gugus fungsi. Selain itu, urutan
sintetis alternatif dapat menghilangkan kebutuhan untuk mengubah gugus fungsi
dengan ada gugus fungis lain yang lebih sensitif.
9. Gunakan Katalis
Jika proses katalitis, pilihlah
katalisator yang effisien/efektive, mudah digunakan kembali (reconditioning)
dan sesuai dengan porsi stoichiometri-nya.
10. Desain Produk yang Terdegradasi
Mendesain produk kimiawi yang terurai ke
dalam zat yang tidak berbahaya setelah digunakan supaya tidak terakumulasi
dalam lingkungan.
11. Analisis Real-Time untuk Mencegah
Polusi
Melakukan pemantauan dan pengontrolan
waktu sesunggunya selama sintesis berlangsung untuk meminimalkan atau
menghilangkan pembentukan limbah.
12. Minimalkan Potensi Kecelakaan
Mendesain zat kimia dan bentuknya untuk
meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan kimiawi termasuk ledakan, kebakaran,
dan pelepasan ke dalam lingkungan
Daftar Pustaka
Mustafa, Dina. 2016. Kimia Hijau dan
Pembangunan Kesehatan
yang Berkelanjutan di Perkotaan dalam http://repository.ut.ac.id/7091/1/UTFMIPA2016-07-dina.pdf
(Di unduh pada tanggal 24 Agustus 2018)
Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil. 2017.
Kimia, Industri dan Teknologi Hijau. Jakarta: Pantona Media
Anwar. Muslih. 2015. Kimia Hijau / Green
Chemistry dalam http://bptba.lipi.go.id/bptba3.1/?lang=id&u=blog-single&p=343
(Di unduh pada tanggal 24 Agustus 2018)
Wulanda. Puput Istika. 2017. 12
Prinsip-Prinsip Green Chemistry dalam https://civitas.uns.ac.id/puputistika/2017/03/14/12-prinsip-prinsip-green-chemistry/
(Di unduh pada tanggal 24 Agustus 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.