.

Sabtu, 03 Februari 2018

BAHAYA DAN EFEK SAMPING PESTISIDA TERHADAP LINGKUNGAN

Abstrac 
Dalam buku kimia , industry dan teknologi yang di buat oleh Atep Afia hidayat dan Muhammad kholil Pestisida merupakan bahan kimia yang terbuat dari methanol . Pestisida atau pembasmi hama adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu.[1] Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tetapi tak selalu, beracun.pestisida merupakan saraina untuk membunuh hama-hama tanaman, dalam Konsep Pengendalian Hama Terpadu pestisida berperan sebagai salah satukomponen pengendalian. Pestisida dengan cepat menurtrnkan populasi hama hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil panen dapat dikurangi. Tetapi, benefit bagi produksi pertanian tanaman tersebut bukan tidak menimbulkan dampak.
Para ahli menyatakan bahwa salah satu penyebab terbesar penyakit dan penuaan dini pada manusia adalah banyaknya bahan kimia yang ada di lingkungan kit4 dan rekayasa genetika yang kerap dilalrukan pada budidaya bahan pangan non-organik merupakan salah satu penyebabnya.
Sekitar 40 % kematian di dunia disebabkan oleh pencemaran lingkungan termasuk tanaman-tanaman yang dikonsumsi manusi4 sementara dari 80 ribu jenis pestisida dan bahan kimia lain yang diguoakan saat ini, hampir 10 % bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker. Sebuah penelitian tentang kanker juga pernah menyatakan bahwa sekitar 1,4 juta kanker di dunia disebabkan oleh pestisida.

kata kunci : Dampak negative pestida, human helth, pestida lingkungan

ISI

Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai sasaran sodangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom) dan sebagainya.

Pada masa sekarang ini dan masa mendatang, orang lebih menyukai produk pertanian yang alami dan bebas dari pengaruh pestisida walaupun produk pertanian tersebut di dapat dengan harga yang lebih mahal dari produk pertanian yang menggunakan pestisida. Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik, yaitu golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa organoklorin lebih tinggr dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai. Penggunaan insektisida dapat mematikan fauna tanah dan dapat juga menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi as€Lm, sehingga dapat menurunkan kesuburan tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi tanah atau lahan adalah :
1.       pembukaan lahan (deforestration) dan penebangan kayu hutan secara berlebihan
untuk kepentingan domestik,
2.        penggunaan lahan untuk kawasan peternakanipenggembal&m secara berlebihan (over grazing)
3.        Aktivitas pertanian dalam penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan

1.       Bahaya Pestisida terhadap Tumbuhan
Pestisida menghalangi proses pengikatan nitrogen yang dibutuhkan untuk perhrmbuhan tanaman. Insektisida golongan organoklorin seperti DDT, golongan organofosfat seperti metal parathion dan pentaklorofenol diketahui mengganggu simbiosis antaru tanaman legum dengan bakteri rhizobium. Dengan berkurangnya hubungan simbiotik antara keduanya menyebabkan pengikatan nitrogen menjadi terganggu sehingga mengurangi hasil tanaman pertanian.
Bintil akar pengikat nitrogen yang terbentuk pada tanaman ini diketahui telah berkontribusi US$ 10 miliar setiap tahunnya dalam penghematan pupuk nitrogen sintetis.
 Pestisida dapat membunuh lebah dan berakibat buruk terhadap proses penyerbukan tumbuhan, hilangnya spesies tumbuhan yang bergantung pada lebah dalam penyerbukannya, dan keruntuhan koloni lebah. Penerapan pestisida pada tanaman yang sedang berbunga dapat membunuh lebah madu yang akan hinggap di atasnya. Petani di Amerika Serikat kehilangan setidaknya US$ 200 juta pebr taihoun.nuya nakibsat obeerkudran.gnayac po.liindator untuk tanaman mereka.

2.        Bahaya Pestisida Terhadap Kehidupan Biota Akuatik
Ikan dan biota akuatik lainnya dapat mengalami efek buruk dari perairan yang terkontaminasi pestisida. Aliran permukaan yang membawa pestisida hingga ke sungai membawa dampak yang mematikan bagi kehidupan di perairan, dan dapat membunuh ikan dalam jumlah besar. Penerapan herbisida di perairan dapat membunuh ikan ketika tanaman yang mati membusuk dan proses pembusukan tersebut mengambil banyak oksigen di dalam air, sehingga menibuat ikan kesulitan bemafas.
 Beberapa herbisida mengandung tembaga sulfit yang beracun bagi ikan dan hewan air lainnya. Penerapan herbisida pada perairan dapat mematikan tanaman air yang menjadi makanan dan penunjang habitat ikan sehingga menyebabkan berkurangnya populasi ikan.
Pestisida dapat terakumulasi di perairan dalam jangka panjang dan mampu membunuh zooplanlton, sumber makanan utama ikan kecil. Beberapa ikan memakan serangga dan kematian serangga akibat pestisida dapat menyebabkan ikan kesulitan mendapatkan makanan.Semakin cepat pestisida terurai dilingkungan, dampak dan bahayanya semakin berkurang. Selain itu, telah diketahui bahwa insektisida secara umum memiliki dampak yang lebih berbahaya bagi biotaakuatik dibandingkan herbisida dan fungisida.
3.       Bahaya Pestisida terhadap Burung
Fish and Wildlife Service memperkirakan 72 juta burung di Amerika Serikat terbunuh karena pestisida setiap tahunnya. Burung predator merupakan hewan yang terdampak secara tidak langsung karena berada di puncak rantai makanan; residu pestisida terus terakumulasi dari satu tingkatan predatori ke tingkatan berikutnya. Di Inggris, populasi sepuluh spesies burung berkurang hingga 10 juta ekor sejak tahun 1979 hingga 1999, sebuah fenomena yang diperkirakan akibat hilangnya keragaman hayati tanaman dan inverteberata yang menjadi makanan burung tersebut. Di seluruh Eropa, 116 spesies burung saat ini dalam status terancam. Pengurangan populasi burung diketahui terkait dengan waktu dan tempat di mana pestisida tersebut digunakan.
Pestisida DDT diketahui menyebabkan penipisan cangkang telur pada burung di Amerika Utara dan Eropa. Fungisida yang digunakan pada usaha budi dayakacang tanahdiketahui dapat membunuh cacing tanah, sehingga mengancam keberadaan burung dan mamalia yang memangsa mereka.
Beberapa pestisida tersedia dalam wujud butiran, sehingga burung dan hewan lainnya dapat memakan butiran tersebut karena disangka sebagai biji-bijian. Herbisida ketika mengalami kontak dengan telur burung, akan mengakibatkan pertumbuhan embrio yang abnormal dan mengurangi jumlah telur yang akan menetas. Herbisida juga dapat mengurangi populasi burung karena banyak tumbuhan penunjang habitat mereka yang mati.
4.       Bahaya Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia       
WHO (2014) mencatat 1-5 juta kasus keracunan terjadi tiap tahun khususnya pada pekerja pertanian. Dari besaran tersebut, 80% terjadi di negara berkembang dengan mortality rate sebesar 5,5% atau sekitar 220.000 jiwa. Jenni, et al. (2014) dalam studi kasusnya menyebutkan bahwa 95,8% petani sayur dan buah di kota Batu, Malang Jawa Timur mengalami keracunan pestisida berdasarkan pengukuran kadar kolinesterase dalam darahnya. Keracunan massal juga pernah terjadi dalam kecelakaan kerja skala ,isosianat, salah satu komponen pembentuk karbamat, pestisida organofosfat yang digunakan untuk membasmi serangga, menyebabkan kematian onsite 16 ribu jiwa.
Dampak insiden masih tetap dirasakan hingga 30 tahun pasca kejadian dengan banyaknya kelahiran cacat dan kasus gagal organ dalam (www.cnn.co.id:www.theatlantic.com). Pajanan ringan jangka pendek, mungkin hanya menyebabkan iritasi pada selaput mata atau kulit, namun pajanan ringan jangka panjang berpotensi menimbulkan berbagai dampak kesehatan, seperti gangguan terhadap sistem hormon, kegagalan organ dan kematian.
Pestisida dapat masuk kedalam tubuh melalui Kontaminasi lewat kulit ,kontaminasi ini merupakan yang paling sering terjadi, meskipun tidak seluruhnya berakhir dengan keracunan akut. Lebih dari 90% kasus keracunan diseluruh dunia disebabkan oleh kontaminasi lewat kulit (Djojosumarto, 2008). Faktor risiko kontaminasi lewat kulit dipengaruhi oleh daya toksisitas dermal, konsentrasi, formulasi, bagian kulit yang terpapar dan luasannya, serta kondisi fisik individu yang terpapar. Risiko keracunan semakin besar jika nilai lethal dose 50 (LD50) semakin kecil, konsentrasi pestisida yang menempel pada kulit semakin pekat, formulasi pestisida dalam bentuk yang mudah diserap, kulit yang terpapar lebih mudah menyerap seperti punggung tangan, area yang terpapar luas serta jika kondisi system kekebalan individu sedang lemah.
 Pekerjaanpekerjaan yang menimbulkan risiko kontaminasi lewat kulit umumnya adalah penyemprotan, pencampuran pestisida dan proses pencucuian alat-alat kontak pestisida.
Dampak pestida bagi manusia Salah satunya adalah menghambat perkembangan kognitif. Pada kehamilan bias beresiko terjadinya kelainan bawaan. Residu pestisida ini bisa terdapat dalam jenisbuah dan sayuran segaf,, sehingga kita memerlukan kehati-hatian dalam mengkonsumsinya. Penggunaan pestisida bisa terjadi pada saat proses produksi di lahan atau selama pasca panen.
Pestisida yang tidak sengaja termakan oleh ibu hamil dapat menyebabkan bayi cacat lahir. Cacat lahir seperti spina bifida, bibir sumbing, kaki pengkor, dan sindrom down bisa diakibatkan paparan pestisida. Untuk memperkecil resiko, ibu hamil harus selektif dalam mengkonsumsi makanan dan minuman.
Para ilmuwan dan dokter mengemukakan bahwa pestisida terutama jenis atrazine dapat meningkatkan risiko keguguran dan kemandulan (kualitas dan mobilitas spenna menurun). Paparan pestisida selama 3 bulan sebelum konsepsi dan selama kehamilan akan meningkatkan resiko keguguran spontan pada ibu hamil. Selain itu, bayi yang dilahirkan juga beresiko terkena leukemia dan menggangu kecerdasan anak. Ibu yang terpapar pestisida sejak kehamilan akan berpengaruh pada pembentukan janin dalam kandungan.
Residu pestisida bias meningkatkan risiko kelainan bawaan tertentu selama perkembangan janin. Apalagi selama perkembangannya janin belum mampu mendetoksifikasi racun yang ada. Pada anak, paparan pestisida dapat menunrnkan stamina tubuh serta perhatian dan konsentrasinya. Begitu pun memori dan koordinasi tangan mata yang terganegu, serta semakin besar kesulitan anak dalam membuat gambar berupa garis sederhana. Anak yang terpapar residu pestisida sejak balita ketika usia SD kecerdasannya akan menurun.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Meksiko terhadap anak yang mengkonsumsi anggur disemprot pestisida dan yang tidak disemprot pestisida menunjukkan perbedaan kognitif yang signifikan antara kedua kelompok tersebut. Tingkat kecerdasan anak yang mengkonsumsi anggur yang disemprot pestisida lebih rendah dibandingkan anak yang mengkonsumsi anggur yang disemprot pestisida.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 oleh Universitas Harvard menunjukkan urin yang mengandung pestisida berbahan aktif organofosfat pada anak-anak lebih mungkin mengalami autism dan hiperaktif dibanding urin pada anak-anak yang urinnya tidak mengandung organofosfat.
Pestisida cukup erat hubungannya dengan kanker. Lebih dari 260 pestisida berkaitan dengan beragam jenis kanker seperti limfoma, leukemia, saxcoma, jaringan lunak, okk, kanker hati, dan kanker paru-paru Salah satu pestisida yaitu atrazine, pembunuh gulma yang banyak digunakan di pertanian tebu dan terdeteksi dalam air keran.
Petani juga banyak menggunakan berbagai bahan kimia tmtuk menjaga tanaman dari serangan hama. Satu jenis buah atau sayuran bisa menggunakan lebih dari 17 macam bahan kimia, sehingga buah dan sayur paling banyak terpapar pestisida dan residu yang banyak menempel di kulit buah dijumpai pada apel, pir, serta anggur. Pada sayuran, jenis yang paling banyak terpapar pestisida adalah seledri, paprika, bayam dan wortel.
KESIMPULAN
Penggunaan pestisida di sektor pertanian selain menimbulkan dampak positif bagi petani, ternyata dapat juga menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif yang ditimbulkan pestisida adalah terjadinya kerusakan lingkungan dan ketidakseimbangan ekosistem serta menimbulkan keracunan bagi manusia yang dapat berujung pada kematian akibat timbulnya berbagai penyakit degeneratif.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholill, 2017, Kimia,industry dan teknologi hijau , Pantona Media

http://jurnal.unej.ac.id/index.php/BIOED/article/view/4025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.