Abstrac
Dalam buku kimia , industry dan teknologi yang di buat oleh
Atep Afia hidayat dan Muhammad kholil Pestisida merupakan bahan kimia yang
terbuat dari methanol . Pestisida atau pembasmi hama adalah bahan yang
digunakan untuk mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu.[1]
Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide
("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus,
gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida
biasanya, tetapi tak selalu, beracun.pestisida merupakan saraina untuk membunuh
hama-hama tanaman, dalam Konsep Pengendalian Hama Terpadu pestisida berperan
sebagai salah satukomponen pengendalian. Pestisida dengan cepat menurtrnkan
populasi hama hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil
panen dapat dikurangi. Tetapi, benefit bagi produksi pertanian tanaman tersebut
bukan tidak menimbulkan dampak.
Para ahli menyatakan bahwa salah satu penyebab terbesar penyakit
dan penuaan dini pada manusia adalah banyaknya bahan kimia yang ada di
lingkungan kit4 dan rekayasa genetika yang kerap dilalrukan pada budidaya bahan
pangan non-organik merupakan salah satu penyebabnya.
Sekitar 40 % kematian di dunia disebabkan oleh pencemaran
lingkungan termasuk tanaman-tanaman yang dikonsumsi manusi4 sementara dari 80
ribu jenis pestisida dan bahan kimia lain yang diguoakan saat ini, hampir 10 %
bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker. Sebuah penelitian tentang
kanker juga pernah menyatakan bahwa sekitar 1,4 juta kanker di dunia disebabkan
oleh pestisida.
kata kunci : Dampak negative pestida, human helth, pestida lingkungan
ISI
Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua
pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai
sasaran sodangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida
tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam
rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai
penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired
Deficiency Syndrom) dan sebagainya.
Pada masa sekarang ini dan masa mendatang, orang lebih
menyukai produk pertanian yang alami dan bebas dari pengaruh pestisida walaupun
produk pertanian tersebut di dapat dengan harga yang lebih mahal dari produk
pertanian yang menggunakan pestisida. Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan
lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik, yaitu
golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa
organoklorin lebih tinggr dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka
terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai. Penggunaan insektisida dapat
mematikan fauna tanah dan dapat juga menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan
pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi as€Lm, sehingga dapat
menurunkan kesuburan tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi tanah atau lahan
adalah :
1.
pembukaan lahan (deforestration) dan penebangan
kayu hutan secara berlebihan
untuk kepentingan domestik,
2.
penggunaan lahan untuk kawasan peternakanipenggembal&m
secara berlebihan (over grazing)
3.
Aktivitas
pertanian dalam penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan
1. Bahaya Pestisida terhadap Tumbuhan
Pestisida menghalangi proses pengikatan nitrogen yang
dibutuhkan untuk perhrmbuhan tanaman. Insektisida golongan organoklorin seperti
DDT, golongan organofosfat seperti metal parathion dan pentaklorofenol
diketahui mengganggu simbiosis
antaru tanaman legum dengan bakteri rhizobium. Dengan berkurangnya hubungan simbiotik antara keduanya
menyebabkan pengikatan nitrogen menjadi terganggu
sehingga mengurangi hasil tanaman pertanian.
Bintil akar pengikat nitrogen
yang terbentuk pada tanaman ini diketahui telah berkontribusi US$ 10 miliar setiap tahunnya dalam
penghematan pupuk nitrogen sintetis.
Pestisida dapat
membunuh lebah dan berakibat buruk terhadap proses penyerbukan tumbuhan,
hilangnya spesies tumbuhan yang bergantung pada lebah dalam penyerbukannya, dan
keruntuhan koloni lebah. Penerapan pestisida pada tanaman yang sedang berbunga
dapat membunuh lebah madu yang akan hinggap di atasnya. Petani di Amerika
Serikat kehilangan setidaknya US$ 200 juta pebr taihoun.nuya nakibsat obeerkudran.gnayac
po.liindator untuk tanaman mereka.
2. Bahaya Pestisida Terhadap Kehidupan Biota
Akuatik
Ikan dan biota akuatik lainnya dapat mengalami efek buruk
dari perairan yang terkontaminasi pestisida. Aliran permukaan yang membawa
pestisida hingga ke sungai membawa dampak yang mematikan bagi kehidupan di
perairan, dan dapat membunuh ikan dalam jumlah besar. Penerapan herbisida di
perairan dapat membunuh ikan ketika tanaman yang mati membusuk dan proses
pembusukan tersebut mengambil banyak oksigen di dalam air, sehingga menibuat
ikan kesulitan bemafas.
Beberapa herbisida
mengandung tembaga sulfit yang beracun bagi ikan dan hewan air lainnya.
Penerapan herbisida pada perairan dapat mematikan tanaman air yang menjadi makanan
dan penunjang habitat ikan sehingga menyebabkan berkurangnya populasi ikan.
Pestisida dapat terakumulasi di perairan dalam jangka
panjang dan mampu membunuh zooplanlton, sumber makanan utama ikan kecil.
Beberapa ikan memakan serangga dan kematian serangga akibat pestisida dapat
menyebabkan ikan kesulitan mendapatkan makanan.Semakin cepat pestisida terurai
dilingkungan, dampak dan bahayanya semakin berkurang. Selain itu, telah
diketahui bahwa insektisida secara umum memiliki dampak yang lebih berbahaya
bagi biotaakuatik dibandingkan herbisida dan fungisida.
3. Bahaya Pestisida terhadap Burung
Fish and Wildlife Service memperkirakan 72 juta burung di
Amerika Serikat terbunuh karena pestisida setiap tahunnya. Burung predator
merupakan hewan yang terdampak secara tidak langsung karena berada di puncak
rantai makanan; residu pestisida terus terakumulasi dari satu tingkatan
predatori ke tingkatan berikutnya. Di Inggris, populasi sepuluh spesies burung
berkurang hingga 10 juta ekor sejak tahun 1979 hingga 1999, sebuah fenomena
yang diperkirakan akibat hilangnya keragaman hayati tanaman dan inverteberata
yang menjadi makanan burung tersebut. Di seluruh Eropa, 116 spesies burung saat
ini dalam status terancam. Pengurangan populasi burung diketahui terkait dengan
waktu dan tempat di mana pestisida tersebut digunakan.
Pestisida DDT diketahui menyebabkan penipisan cangkang telur
pada burung di Amerika Utara dan Eropa. Fungisida yang digunakan pada usaha
budi dayakacang tanahdiketahui dapat membunuh cacing tanah, sehingga mengancam
keberadaan burung dan mamalia yang memangsa mereka.
Beberapa pestisida tersedia dalam wujud butiran, sehingga
burung dan hewan lainnya dapat memakan butiran tersebut karena disangka sebagai
biji-bijian. Herbisida ketika mengalami kontak dengan telur burung, akan
mengakibatkan pertumbuhan embrio yang abnormal dan mengurangi jumlah telur yang
akan menetas. Herbisida juga dapat mengurangi populasi burung karena banyak tumbuhan
penunjang habitat mereka yang mati.
4.
Bahaya
Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia
WHO (2014)
mencatat 1-5 juta kasus keracunan terjadi tiap tahun khususnya pada pekerja
pertanian. Dari besaran tersebut, 80% terjadi di negara berkembang dengan mortality
rate sebesar 5,5% atau sekitar 220.000 jiwa. Jenni, et al. (2014) dalam studi kasusnya
menyebutkan bahwa 95,8% petani sayur dan buah di kota Batu, Malang Jawa Timur mengalami
keracunan pestisida berdasarkan pengukuran kadar kolinesterase dalam darahnya.
Keracunan massal juga pernah terjadi dalam kecelakaan kerja skala ,isosianat,
salah satu komponen pembentuk karbamat, pestisida organofosfat yang digunakan
untuk membasmi serangga, menyebabkan kematian onsite 16 ribu jiwa.
Dampak insiden
masih tetap dirasakan hingga 30 tahun pasca kejadian dengan banyaknya kelahiran
cacat dan kasus gagal organ dalam (www.cnn.co.id:www.theatlantic.com).
Pajanan ringan jangka pendek, mungkin hanya menyebabkan iritasi pada selaput mata
atau kulit, namun pajanan ringan jangka panjang berpotensi menimbulkan berbagai
dampak kesehatan, seperti gangguan terhadap sistem hormon, kegagalan organ dan kematian.
Pestisida dapat
masuk kedalam tubuh melalui Kontaminasi lewat kulit ,kontaminasi ini merupakan
yang paling sering terjadi, meskipun tidak seluruhnya berakhir dengan keracunan
akut. Lebih dari 90% kasus keracunan diseluruh dunia disebabkan oleh kontaminasi
lewat kulit (Djojosumarto, 2008). Faktor risiko kontaminasi lewat kulit dipengaruhi
oleh daya toksisitas dermal, konsentrasi, formulasi, bagian kulit yang terpapar
dan luasannya, serta kondisi fisik individu yang terpapar. Risiko keracunan semakin
besar jika nilai lethal dose 50 (LD50) semakin kecil, konsentrasi pestisida
yang menempel pada kulit semakin pekat, formulasi pestisida dalam bentuk yang
mudah diserap, kulit yang terpapar lebih mudah menyerap seperti punggung
tangan, area yang terpapar luas serta jika kondisi system kekebalan individu sedang
lemah.
Pekerjaanpekerjaan yang menimbulkan risiko kontaminasi
lewat kulit umumnya adalah penyemprotan, pencampuran pestisida dan proses
pencucuian alat-alat kontak pestisida.
Dampak pestida bagi manusia Salah satunya adalah menghambat
perkembangan kognitif. Pada kehamilan bias beresiko terjadinya kelainan bawaan.
Residu pestisida ini bisa terdapat dalam jenisbuah dan sayuran segaf,, sehingga
kita memerlukan kehati-hatian dalam mengkonsumsinya. Penggunaan pestisida bisa
terjadi pada saat proses produksi di lahan atau selama pasca panen.
Pestisida yang tidak sengaja termakan oleh ibu hamil dapat
menyebabkan bayi cacat lahir. Cacat lahir seperti spina bifida, bibir sumbing,
kaki pengkor, dan sindrom down bisa diakibatkan paparan pestisida. Untuk
memperkecil resiko, ibu hamil harus selektif dalam mengkonsumsi makanan dan
minuman.
Para ilmuwan dan dokter mengemukakan bahwa pestisida
terutama jenis atrazine dapat meningkatkan risiko keguguran dan kemandulan
(kualitas dan mobilitas spenna menurun). Paparan pestisida selama 3 bulan
sebelum konsepsi dan selama kehamilan akan meningkatkan resiko keguguran
spontan pada ibu hamil. Selain itu, bayi yang dilahirkan juga beresiko terkena
leukemia dan menggangu kecerdasan anak. Ibu yang terpapar pestisida sejak
kehamilan akan berpengaruh pada pembentukan janin dalam kandungan.
Residu pestisida bias meningkatkan risiko kelainan bawaan
tertentu selama perkembangan janin. Apalagi selama perkembangannya janin belum
mampu mendetoksifikasi racun yang ada. Pada anak, paparan pestisida dapat
menunrnkan stamina tubuh serta perhatian dan konsentrasinya. Begitu pun memori
dan koordinasi tangan mata yang terganegu, serta semakin besar kesulitan anak
dalam membuat gambar berupa garis sederhana. Anak yang terpapar residu pestisida
sejak balita ketika usia SD kecerdasannya akan menurun.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Meksiko terhadap anak
yang mengkonsumsi anggur disemprot pestisida dan yang tidak disemprot pestisida
menunjukkan perbedaan kognitif yang signifikan antara kedua kelompok tersebut. Tingkat
kecerdasan anak yang mengkonsumsi anggur yang disemprot pestisida lebih rendah
dibandingkan anak yang mengkonsumsi anggur yang disemprot pestisida.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 oleh Universitas
Harvard menunjukkan urin yang mengandung pestisida berbahan aktif organofosfat
pada anak-anak lebih mungkin mengalami autism dan hiperaktif dibanding urin
pada anak-anak yang urinnya tidak mengandung organofosfat.
Pestisida cukup erat hubungannya dengan kanker. Lebih dari
260 pestisida berkaitan dengan beragam jenis kanker seperti limfoma, leukemia, saxcoma,
jaringan lunak, okk, kanker hati, dan kanker paru-paru Salah satu pestisida
yaitu atrazine, pembunuh gulma yang banyak digunakan di pertanian tebu dan
terdeteksi dalam air keran.
Petani juga banyak menggunakan berbagai bahan kimia tmtuk
menjaga tanaman dari serangan hama. Satu jenis buah atau sayuran bisa
menggunakan lebih dari 17 macam bahan kimia, sehingga buah dan sayur paling
banyak terpapar pestisida dan residu yang banyak menempel di kulit buah
dijumpai pada apel, pir, serta anggur. Pada sayuran, jenis yang paling banyak
terpapar pestisida adalah seledri, paprika, bayam dan wortel.
KESIMPULAN
Penggunaan pestisida di sektor pertanian selain menimbulkan
dampak positif bagi petani, ternyata dapat juga menimbulkan dampak negatif.
Dampak negatif yang ditimbulkan pestisida adalah terjadinya kerusakan
lingkungan dan ketidakseimbangan ekosistem serta menimbulkan keracunan bagi
manusia yang dapat berujung pada kematian akibat timbulnya berbagai penyakit
degeneratif.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholill, 2017, Kimia,industry
dan teknologi hijau , Pantona Media
http://jurnal.unej.ac.id/index.php/BIOED/article/view/4025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.