Proses Pengolahan
Dan Pemanasan Dari Daging Bakar, Ikan Bakar Dan Sate
Asap
diartikan sebagai suatu suspensi partikel-partikel padat dan cair dalam medium
gas (Girard, 1992). Cara yang paling umum digunakan untuk menghasilkan asap
pada pengasapan makanan adalah dengan membakar serbuk gergaji kayu keras dalam
suatu tempat yang disebut alat pembangkit asap (Draudt, 1963) kemudian asap
tersebut dialirkan ke rumah asap dalam kondisi sirkulasi udara dan temperatur
yang terkontrol (Sink dan Hsu, 1977). Asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu
keras akan berbeda komposisinya dengan asap yang dihasilkan dari pembakaran
kayu lunak. Pada umumnya kayu keras akan menghasilkan aroma yang lebih unggul,
lebih kaya kandungan aromatik dan lebih banyak mengandung senyawa asam
dibandingkan kayu lunak (Girard, 1992) Asap memiliki kemampuan untuk
mengawetkan bahan makanan karena adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil.
Seperti yang dilaporkan Darmadji, dkk (1996) yang menyatakan bahwa pirolisis
tempurung kelapa menghasilkan asap cair dengan kandungan senyawa fenol sebesar
4,13 %, karbonil 11,3 %, dan asam 10,2 %.
Makanan
dari hewani yang sering dimasak dengan dibakar dan sejenisnya seperti : Sate,
barbeque, ikan bakar dan produk-produk daging panggang lainnya merupakan
makanan yang sangat nikmat dan begitu menggugah nafsu makan kita.
Makanan-makanan tersebut tidak sedikit peminatnya tetapi luar biasa banyaknya,
sehingga bisnis kuliner tersebut menjamur dimana-mana. Di balik kelezatan ikan
bakar, daging panggang, dan produk sejenisnya, sebenarnya tersembunyi potensi
bahaya yang timbul akibat proses pemanggangan /pemasakan.
Heterosiklik (HCA) dan polycyclic aromatic
hydrocarbons (PAH) adalah bahan kimia yang terbentuk ketika daging, termasuk
daging sapi, ikan, dan unggas, dimasak dengan menggunakan pemanasan pada suhu
tinggi, seperti wajan atau memanggang langsung di atas api terbuka. Pembentukan
HCA dan PAH dipengaruhi oleh jenis daging, waktu memasak, suhu memasak, dan
metode memasak.
Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH)
Polycyclic
aromatic hydrocarbons (PAH) merupakan kelompok senyawa yang terbentuk akibat
pembakaran yang tidak sempurna dari zat-zat anorganik (arang, minyak dan gas)
serta zat organik seperti tembakau. Dalam daging yang dipanggang, PAH terbentuk
saat lemak daging menetes ke atas arang, kemudian menyatu dalam asap dan
melekat dalam makanan tersebut. PAH juga dapat terbentuk langsung saat daging
yang dipanggang terlalu gosong sehingga teksturnya menjadi seperti arang.
Menggoreng
atau membakar daging di atas kobaran api langsung mengakibatkan hilangnya lemak
di api yang panas dan memproduksi kobaran yang mengandung polycyclic aromatic
hydrocarbon. Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) melekat pada permukaan
makanan, dan semakin besar panasnya maka semakin muncul PAH-nya. Hal itu
dipercaya secara luas memainkan peranan penting dalam kanker pada manusia.
Hubungan yang cukup konsisten antara konsumsi daging yang dibakar atau
dipanggang oven tetapi tidak digoreng dengan kanker perut menyiratkan bahwa
makanan yang terkena PAH mungkin memainkan peranan dalam pengembangan kanker
perut pada manusia.
Heterocyclic Amines (HCA)
Heterocyclic
amines (HCA) terbentuk ketika asam amino (unsur pembangun utama dari protein)
dan kreatin (senyawa yang terdapat di jaringan otot) bereaksi pada suhu tinggi.
termasuk asam glutamat, fenilalanin, ornithine, globulin kedelai. HCA terbagi
menjadi IQ (turunan quinoline) dan non-IQ. Komponen ini memiliki banyak jenis
dengan struktur yang spesifik. Pembentukan HCA tidak hanya terbatas pada produk
daging, ikan, dan unggas, tetapi semua jenis pangan berprotein yang mengalami
pemanasan. ada empat jenis HCA yakni IQ, MelQx, 4,8-DiMelQx, dan PhIP. Ada
empat hal yang berpengaruh terhadap pembentukan HCA, yaitu: jenis makanan, suhu, waktu, dan cara
memasak. Daging yang dimasak menghasilkan HCA lebih banyak dari sumber
protein lain (telur, susu, tahu dan daging jeroan seperti hati) yang mengandung
sedikit HCA atau tidak sama sekali. HCA juga ditemukan dalam jumlah paling
besar pada daging yang digoreng dan dipanggang langsung di atas api karena
melibatkan suhu yang sangat tinggi. Suhu yang tinggi ini memiliki peranan
sangat penting dalam pembentukan HCA. Daging yang dipanggang dalam oven
menghasilkan HCA lebih sedikit karena suhu yang digunakannya lebih rendah.
Daging yang direbus dalam suhu kurang dari 100 derajat celcius menghasilkan zat
ini lebih sedikit lagi. Selain itu, waktu memasak yang lebih lama juga akan
menghasilkan HCA lebih banyak.
HCA
merupakan kelompok senyawa mutagenik (memungkinkan mutasi gen), diproduksi
selama proses memasak dari banyak produk hewani termasuk ayam, sapi, babi, dan
ikan. Bahkan daging yang dimasak dengan cara normal dengan memanggang,
menggoreng, atau memanggang lewat oven mungkin mengandung jumlah mutagen yang
cukup banyak Semakin lama dan semakin panas daging itu dimasak, semakin
terbentuklah senyawa ini. Dalam beberapa studi, ayam yang dipanggang telah
membentuk konsentrasi zat penyebab kanker yang lebih tinggi daripada daging jenis
lain yang dimasak. Kelas utama dari heterocyclic amines termasuk
amino-imidazo-quinolines, atau amino-imidazo-quinoxalines (secara bersamaan
disebut senyawa jenis IQ), dan amino-imidazo-pyridines seperti PhIP. Senyawa
tipe IQ dan PhIP terbentuk dari kreatin atau kreatinin, asam amino spesifik,
dan gula.10 Semua daging (termasuk ikan) tinggi kreatinnya, dan pembentukan HCA
yang terbesar terjadi ketika memasak daging pada suhu tinggi, seperti umumnya
pemanggangan atau penggorengan. Konsumsi daging dan PhIP yang diproses telah
dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker payudara dan kanker usus besar,
seperti yang telah didiskusikan dalam rincian yang lebih dalam di bawah ini.
Studi kendali-kasus baru-baru ini di Universitas Utah yang mencakup 952 orang dengan
kanker dubur dan 1205 orang menemukan bahwa pria dan wanita dengan konsumsi
daging yang diproses dan dimasak dengan benar juga memiliki peningkatan risiko
kanker dubur.
Dari
sumber artiker terbaru yang berisi penelitian yang dilakukan oleh Steck et al.,
(2007) menyebutkan bahwa wanita postmenopause yang mengkonsumsi daging asap dan
barbeque berpotensi mengalami peningkatan risiko kanker payudara sebesar 50%.
Para peneliti yang berasal dari University of South Carolina Columbia menduga,
bahwa peningkatan risiko tersebut akibat terbentuknya komponen PAH dan HCA pada
permukaan daging yang dipanaskan pada suhu tinggi. PAH merupakan hasil
pembakaran tidak sempurna material organik dan terbentuk dalam residu asap. PAH
mengkontaminasi pangan yang mengalami pemanasan langsung dengan api atau
diasapi. Ketika produk (daging dan ikan) dipanggang, tetesan lemak akan ikut
terbakar yang menimbulkan terbentuknya PAH. Komponen ini kemudian akan terbawa
oleh asap dan mengkontaminasi produk (pembakaran dengan arang). Oleh sebab
itulah, pemanggangan dengan sumber panas di atas akan secara signifikan
mengurangi kadar PAH. HCA merupakan komponen karsinogenik yang terbentuk dari
pemanasan asam amino dan protein.
Mencegah dan Meminimalkan PAH dan HCA
1.
PAH dan HCA adalah senyawa karsinogen yang tidak langsung bereaksi. Mereka
terlebih dahulu harus melalui serangkaian reaksi metabolik. Dalam kesempatan
itulah dapat digunakan senyawa antioksidan untuk mencegah terjadinya eksposure.
Artinya, dalam penyajian menu ikan bakar ataupun daging panggang, sebaiknya
juga disediakan pangan kaya antioksidan seperti sayur dan buah.
2.
Di tingkat pengolahan pemanggangan/pemasakan), pembentukan PAH dan HCA juga
bisa diminimalkan. Seperti diketahui bahwa terbentuknya senyawa tersebut
dipengaruhi oleh metode pemanasan, suhu, dan waktu pemasakan. PAH berasal dari
lemak yang terbakar, sedangkan HCA dari pembakaran protein. Metode pemasakan
yang terlalu intensif dapat mendorong terbentuknya komponen karsinogen
tersebut. Sebaliknya, dengan metode pemanasan moderat, seperti microwaving,
stewing, simmering, maupun poaching hanya menghasilkan jumlah PHA dan HCA dalam
jumlah sedikit. Oleh sebab itulah, National Cattleman’s Beef Association USA
merekomendasikan penggunaan panas bersuhu rendah hingga medium, dan menempatkan
daging agak jauh dari sumber panas.
3.
Rekomendasi lainnya adalah berkaitan dengan pemanggangan, yakni memilih lean
terpotong, menghilangkan lemak visible, jika memungkinkan pilih potongan yang
tipis dan masak secara cepat, dan panggang daging terlebih dahulu (precook) di
oven atau microwave untuk mengurangi waktu pemanggangan. Codex Alimentarius
Commission (CAC) menyebutkan bahwa metode pemanggangan juga sangat
mempengaruhi. Barbeque yang dipanggang vertikal akan mencegah jatuhnya lemak ke
sumber panas, PAH yang dihasilkan 10-30 kali lebih rendah dibandingkan sistem
horisontal.
4.
Cara lain yang mengkin bisa dicoba adalah dengan melapisi produk yang
dipanggang, misalnya daun pisang. Namun, hal ini perlu diteliti lebih lanjut,
terutama berkaitan dengan keefektifan dan migrasi komponen pelapis yang dapat
mempengaruhi mutu dan karakter produk, seperti flavor.
5.
Penelitian lanjutan, menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang bisa dikontrol
untuk mengurangi pembentukan komponen karsinogenik (terutama HCA). Pembentukan
HCA dapat dikurangi dengan mengontrol waktu, suhu, air, dan keberadaan asam
amino tertentu dan gula. Metode yang paling realistis adalah yang sederhana dan
tidak mempengaruhi rasa produk serta cara masak dan konsumsi. Salah satunya
adalah mencegah produk overcooking dan meminimalkan kontak langsung protein
dengan sumber panas. National Cattlemen’s Beef Association USA juga menyatakan
bahwa, penambahan glukosa atau laktosa (1-4%) dapat mengurangi aktivitas
mutagenik sebesar 34-76%.
Semakin
sadarnya konsumen akan keamanan pangan, tentu semakin menantang industri pangan
termasuk bisnis kuliner untuk menyiapkan produknya secara lebih sehat. Dengan
memperhatikan kandungan PHA dan HCA melalui penyajian dan cara pemanggangan
yang lebih bijak, akan meningkatkan nilai jual produk. Sudah saatnya perpaduan
seni kuliner dan ilmu teknologi pangan untuk diterapkan. Hendry Noer F.
SUMBER:
Published by wane noor
@A10-LUKMAN
BalasHapusPoin 3
Mindmap dan artikel sangat mudah dipahami dan sangat jelas untuk pembaca
@A16-SITI
BalasHapusPoin 3
font artikelnya kurang besar. mind mapnya bagus. mudah dimngerti.
@A18-FAKHRIZAL
BalasHapusPoin 3
Cukup mudah di ingat trimakasih
@A09-RIZKY
BalasHapuspoin 3
mindmap nya menarik
@A28-ZAKI
BalasHapusPOIN 3
lebih baik makan makanan yang direbus dari pada yang dibakar yakk?
@A38-farida
BalasHapusPoin : 3
Artikel nya cukup menarik
@A06-ANUGGRAH
BalasHapusPOIN 3
Bagaimana cara agar kita tidak terkena zat kangker yang ada pada makanan yang dibakar?
@A37-ANDIKA
BalasHapusPoint : 3
( Ukuran font di perbesar lagi jadi 12 . Goodluck )
@A07-RONA
BalasHapusPoin 3
Bagamaimana cara menanggulangi dampak negative dari asap-asap hasil pembakaran makanan yang dibakar ?
@A31-ALAM
BalasHapusPOIN 3
KOMENTAR :wow setelah saya membaca artikel ini saya menjadi semakin ingin tau tentang materi anda .terimakasih
@A05-RAMADHON
BalasHapusPOIN 3
Artikel sudah mudah dimengerti tetapi disetiap kalimat tidak disertai paragraf
@A25-PUTRI
BalasHapusPOIN 3
penulisan daftar pustakanya salah...
@A15-RANIYAH
BalasHapusPOIN 3
Artikelnya bermanfaat sekali terima kasih
@A24-TANIA
BalasHapuspoin 3
waw ada ikan bakar, daging bakar dan sate bakar di mindmapnya & artikelnya sangat bermanfaat. tetapi penulisan daftar pustakanya kurang lengkap
@A29-Fauzi
BalasHapuspoint 3
artikelnya bikin saya laper :v
@A22-HERDIKMA
BalasHapusPoin 3
Saya sih yes
@A19-Hariadi
BalasHapusPoin 3
Kalo dibakar mah yang penting jangan makan bagian gosongnya karena itu dapat menumbuhkan sel kanker
@A03-KHARISMA
BalasHapusPoin 3
artikel yang bermanfaat
@A08 -Aini
BalasHapusPoin 3
Terima kasih infonya
@A17-DHICO
BalasHapusPoin 3
Artikelnya sangat menarik, jadi tahu potensi bahaya yang timbul akibat proses pemanggangan / pemasakan.
@A11-DINDA
BalasHapusPOINT 3
Artikelnya sangat menarik
A30-YOSEPH
BalasHapusPOIN 3
COCOK
@A12-ZARICA
BalasHapusPoin 3
Jadi tambah tau tentang ini
@A01-Rika
BalasHapusPoint 3
Ok mudah2an bermanfaat
@40-IBRAHIM
BalasHapusPOIN 3
Mantapp jiwaaa