.

Sabtu, 18 Agustus 2018

Ruang Lingkup Kimia Hijau


Feralvin Satria Lanusa Hardjanto
@G11-FERALVIN
@ProyekHG07

Beberapa tahun belakangan ini, ilmu kimia sebagai ilmu dasar yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi dan menghentikan timbulnya masalah lingkungan dalam rangka menunjang pembangunan yang berkelanjutan atau pembangunan yang lestari. Kesinambungan dalam perkembangan ilmu dan teknologi harus dimulai dengan berfikir bagaimana untuk memecahkan masalah atau bagaimana mengaplikasikan ilmu kedalam teknologi. Kimia sebagai ilmu dasar materi dan transformasinya, berperanan penting dalam proses ini dan menjembatani ilmu fisika, material dan hayati. Hanya proses kimia yang telah dicapai melalui efisien yang optimal pada proses produksi dan produk yang berkesinambungan. Ilmuwan dan teknokrat yang menemukan, mengembangkan optimasi proses tersebut. Kepedulian, kreatifitas dan pandangan ke depan mereka sangat dibutuhkan untuk menghasilkan reaksi dan proses kimia dengan efisien.

Kimia hijau disebut juga Kimia Berkelanjutan adalah suatu filosofi penelitian dan rekayasa yang menganjurkan perencanaan suatu produk dan proses untuk meminimalisasi atau meniadakan penggunaan senyawa-senyawa kimia berbahaya bagi kesehatan. Sedangkan Kimia Lingkungan adalah cabang ilmu kimia yang membahas lingkungan hidup dan zat-zat kimia di alam dan Kimia Hijau berupaya mencari cara untuk mengurangi dan mencegah pencemaran lingkungan dari sumbernya.

Sebagai suatu filosofi kimia, Kimia Hijau berlaku untuk Kimia Organik, Kimia AnOrganik, Biokimia, Kimia Analisis dan bahkan Kimia Fisika. Kimia Hijau lebih terfokus kepada terapan pada Industri dan sebenarnya berlaku juga pada cabang Ilmu Kimia Lainnya. Fokus dari Kimia Hijau ini sebenarnya adalah meminimalisasi bahaya dan memaksimalisasi dengan efisien penggunaan bahan-bahan kimia dalam mencapai atau menghasilkan suatu produk.

Pengertian kimia hijau adalah suatu perencanaan untuk mengurangi atau menghilangkan sama sekali penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya mulai dari persiapan produksi, proses produksi sampai ke produk yang dihasilkan agar dapat bermanfaat tanpa merusak lingkungan. Untuk dapat tercapainya konsep kimia hijau ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain :
1.      Meminimalisasi limbah yang dihasilkan
2.      Menggantikan perekasi kimia dengan katalis
3.      Menggunakan bahan-bahan non toksis
4.      Menggunakan bahan baku yang dapat diperbaharui (renewable)
5.      Mengurangi atau me-efisienkan bahan-bahan kimia yang digunakan
6.      Mengurangi atau tidak menggunakan pelarut (bebas pelarut) atau menggunakan pelarut yang dapat di daur ulang

Tidak semua yang di atas itu dapat dilakukan secara bersamaan, akan tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakuakan sehingga tujuan dari kimia hijau ini tercapai yaitu dengan mengurangi :
1.      Limbah
2.      Material bahan-bahan toksis
3.      Bahaya
4.      Risiko
5.      Energy
6.      Biaya

Pada tahun 2005, Ryoji Noyori dari Jepang telah mempelopori pengembangan sangat penting dalam Kimia Hijau yaitu penggunaan CO2 superkritis sebagai pelarut, larutan berair Hidrogenperoksida untuk oksidasi bersih dan penggunaan Hidrogen dalam sintesis asimetris. Contoh-contoh terapan Kimia Hijau adalah oksidasi air superkritis, reaksi pada air dan reaksi pada media kering.

Biorekayasa atau bioteknik juga dipandang sebagai suatu teknik yang menjanjikan untuk mencapai tujuan Kimia Hijau. Sejumlah bahan kimia penting dapat disintesis oleh organisme terekayasa. Seperti asan Shikimat, sebuah precursor Oseltamivir yang difermentasi oleh Roche di dalam bakteri.

Istilah Kimia Hijau atau Green Chemistry sendiri diperkenalkan oleh Paul Anastas pada tahun 1991.Kimia Hijau tidak untuk mengatasi masalah lingkungan, tetapi adalah suatu pendekatan untuk mencegah terjadinya polusi dan yang penting adalah untuk memperbaiki lingkungan.

Daftar Pustaka :
-       https://www.oc-praktikum.de/nop/id/articles/pdf/why_id.pdf (diunduh pada 18/08/2018)
-       journal.unj.ac.id/unj/index.php/jrpk/article/download/175/216/ (diunduh pada 18/08/2018)
-          Hidayat, Atep Afia, dan Muhammad Kholil. 2017. Kimia, Industri, dan Teknologi Hijau. Jakarta : Pantona Media.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.