ABSTRAK
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama
berbagai pihak baik pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini
menjadi lebih penting lagi mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan
industrinya cukup tinggi dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi
industri (semi industrialized country). Sebagaimana lazimnya
negara yang masih berstatus semi industri, target yang lebih diutamakan adalah
peningkatan pertumbuhan output, sementara perhatian terhadap eksternalitas
negatif dari pertumbuhan industri tersebut sangat kurang, sehingga akan
menyebabkan dampak kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan diakibatkan oleh
berbagai faktor, antara lain oleh pencemaran. Pencemaran ada yang diakibatkan
oleh alam, dan ada pula yang diakibatkan oleh perbuatan manusia. Ada tiga
macam jenis pencemaran yaitu pencemaran air, udara dan tanah, pencemaran
udara disebabkan oleh asap buangan seperti CO2, SO, SO2, CFC, CO, dan asap
rokok, pencemaran air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai,
laut dan air tanah yang disebabkan olek aktivitas manusia. Sedangkan pencemaran
tanah dapat terjadi secara langsung, pencemaran tanah melalui air Dan
pencemaran tanah melalui udara. Pencemaran dapat ditangani dengan tindakan secara
administratif, dengan menggunakan teknologi, dan melalui
edukatif/Pendidikan. Dengan tiga pendekatan diatas diharapkan kerusakan
lingkungan akibat pencemaran dapat diminimalisisi.
Kata Kunci : Pencemaran Air , Limbah Rumah Tangga, bio
toilet, Tanaman Air
A. LATAR BELAKANG
Bahtiar (2007)
menyatakan manusia merupakan komponen lingkungan alam yang bersama-sama
dengan komponen alam lainnya, hidup bersama dan mengelola lingkungan dunia.
Karena manusia adalah makhluk yang memiliki akal dan pikiran, peranannya dalam
mengelola lingkungan sangat besar. Manusia dapat dengan mudah mengatur alam dan
lingkungannya sesuai dengan yang diinginkan melalui pemanfaatan ilmu dan
teknologi yang dikembangkannya. Akibat perkembangan ilmu dan teknologi yang
sangat pesat, kebudayaan manusia pun berubah dimulai dari budaya hidup
berpindahpindah (nomad), kemudian hidup menetap dan mulai mengembangkan buah
pikirannya yang terus berkembang sampai sekarang ini. Hasilnya berupa teknologi
yang dapat membuat manusia lupa akan tugasnya dalam mengelola bumi. Sifat dan
perilakunya semakin berubah dari zaman ke zaman. Sekarang ini manusia mulai
bersifat boros, konsumtif dan cenderung merusak lingkungannya. Lingkungan
mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung berarti kemampuan lingkungan
untuk dapat memenuhi kebutuhan sejumlah makhluk hidup agar dapat tumbuh dan
berkembang secara wajar didalamnya. Daya lenting berarti kemampuan untuk pulih
kembali kepada keadaan setimbang. Kegiatan manusia amat berpengaruh pada
peningkatan atau penurunan daya dukung maupun daya lenting lingkungan. Manusia
dapat meningkatkan daya dukung lingkungan, tetapi karena keterbatasan kemampuan
dan kapasitas lingkungan, tidak mungkin terus ditingkatkan tanpa batas,
sehingga manusia secara sadar ataupun tidak menyebabkan ketidaksetimbangan atau
kerusakan lingkungan.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama
berbagai pihak baik pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini
menjadi lebih penting lagi mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan
industrinya cukup tinggi dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi
industri (semi industrialized country). Sebagaimana lazimnya negara yang masih
berstatus semi industri, target yang lebih diutamakan adalah peningkatan
pertumbuhan output, sementara perhatian terhadap eksternalitas negatif dari
pertumbuhan industri tersebut sangat kurang. Beberapa kasus pencemaran terhadap
lingkungan telah menjadi topik hangat di berbagai media masa, misalnya
pencemaran Teluk Buyat di Sulawesi Utara yang berdampak terhadap timbulnya
bermacam penyakit yang menyerang penduduk yang tinggal di sekitar teluk
tersebut (Pranowo, 2005)
Kerusakan lingkungan diakibatkan oleh berbagai faktor,
antara lain oleh pencemaran. Pencemaran ada yang diakibatkan oleh alam, dan ada
pula yang diakibatkan oleh perbuatan manusia. Pencemaran akibat alam antara
lain letusan gunung berapi. Bahan-bahan yang dikeluarkan oleh gunung berapi
seperti asap dan awan panas dapat mematikan tumbuhan, hewan bahkan manusia.
Lahar dan batu-batu besar dapat merubah bentuk muka bumi. Pencemaran akibat
manusia adalah akibat dari aktivitas yang dilakukannya. Lingkungan dapat
dikatakan tercemar jika dimasuki atau kemasukan bahan pencemar yang dapat
mengakibatkan gangguan pada mahluk hidup yang ada didalamnya. Gangguan itu ada
yang segera nampak akibatnya, dan ada pula yang baru dapat dirasakan oleh
keturunan berikutnya. Kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia di mulai
dari meningkatnya jumlah penduduk dari abad ke abad (Bahtiar, 2007)
Meningkatnya aktivitas manusia di rumah tangga menyebabkan
semakin besarnya volume limbah yang dihasilkan dari waktu ke waktu. Volume
limbah rumah tangga meningkat 5 juta m3 pertahun, dengan peningkatan kandungan
rata-rata 50% (Haryoto, 1999). Konsekuensinya adalah beban badan air yang
selama ini dijadikan tempat pembuangan limbah rumah tangga menjadi semakin
berat, termasuk terganggunya komponen lain seperti saluran air, biota perairan
dan sumber air penduduk. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya pencemaran yang
banyak menimbulkan kerugian bagi manusia dan lingkungan.
Pada berbagai tempat di tanah air, limbah cair rumah tangga
belum terjangkau oleh teknologi pengolahan limbah. Selain biaya yang mahal dan
penerapan yang sulit, masih kuatnya pemikiran dan anggapan sebagian besar
masyarakat bahwa pembuangan limbah rumah tangga secara langsung ke lingkungan
tidak akan menimbulkan dampak yang serius. Dalam kondisi demikian, diperlukan
suatu sistem pengolahan limbah rumah tangga yang selain murah dan mudah
diterapkan, juga dapat memberi hasil yang optimal dalam mengolah dan
mengendalikan limbah rumah tangga sehingga dampaknya terhadap lingkungan dapat
dikurangi. Salah satu pemikiran yang dapat dikembangkan, adalah pemanfaatan
sumberdaya alam yang telah diketahui memiliki kaitan erat dengan proses
penjernihan limbah rumah tangga, dalam hal ini berbagai jenis tanaman air yang
tumbuh pada kolam-kolam atau genangan air di sekitar permukiman.
ISI
Pencemaran air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau,
sungai, laut dan air tanah yang disebabkan olek aktivitas manusia. Elyazar dkk.
(2007) menyatakan laut sama dengan ekosistem lainnya memiliki daya homeostatis yaitu
kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan dan merupakan ekosisitem perairan
yang memiliki daya dukung (carrying capacity) untuk memurnikan diri (self
purification) dari segala gangguan yang masuk ke dalam badan-badan perairan
tersebut. Pada kenyataanya, perairan pesisir merupakan penampungan (storage
system) akhir segala jenis limbah yang dihasilkan oleh aktivitas
manusia. Lestari dan Edward (2004) menyatakan limbah
akibat dari aktivitas manusia seperti limbah industri baik padat, cair maupun
gas limbah tersebut mengandung bahan kimia yang beracun dan berbahaya masuk ke
perairan laut yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap perairan.
Keracunan logam berat umumnya berawal dari kebiasaan memakan
makanan yang berasal dari laut terutama ikan, udang, dan tiram yang sudah
terkontaminasi oleh logam berat. Logam berat yang ada dalam air laut,
selanjutnya dengan adanya proses biomagnifikasi yang bekerja di lautan, kadar
logam berat yang masuk akan terus ditingkatkan, selanjutnya akan berasosiasi
dengan sistem rantai makanan, masuk ke tubuh biota perairan, dan akhirnya ke
tubuh manusia yang mengkonsumsinya. Dalam tubuh manusia akan
terakumulasi, sampai pada kadar tertentu, akan menimbulkan keracunan.
Keberadaan logam berat di perairan laut dapat berasal dari berbagai
sumber, antara lain adalah dari kegiatan pertambangan, rumah tangga, limbah dan
buangan industri dan aliran pertanian (Ahmad, 2009).
Marwati dkk. (2008) menyatakan pencemaran dapat juga
dikarenakan adanya sumur gali. Sumur gali menyediakan air yang berasal
dari lapisan air tanah dangkal dari zone tidak jenuh, oleh karena itu dengan
mudah kena kontaminasi melalui rembesan, sehingga berpotensi mengalami
penurunan kualitas air. Dikhawatirkan akan terjadi penurunan kualitas air
sumur akibat sanitasi yang buruk, seperti adanya rembesan air limbah
rumahtangga, limbah kimia, laundry dan lainnya. Kontaminasi paling umum
adalah karena limpasan air dari sarana pembuangan kotoran manusia atau hewan,
yang berasal dari septic tank WC yang kurang permanen.
Menurut Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil (2017) pada
Buku Kimia, Industri dan teknologi hijau , pada dasarnya pengelolaan Limbah
manusia masih dilakukann secara tradisional dan manual , kalu tidak dihimpun di
septic tank maka di buang dan dilarikan langsung ke perairan . saat ini Pusat
Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( PPF-LIPI ) berhasil
mengembangkan bio-toiilet , WC hemat air . toilet ini punya keunggulan sangat
effisien dlm penggunaan air , tidak menimbulkan baud an tampa limbah . Limbah
dari biotoilet ini dapat dimanfaatkan
untuk kompos atau material komposit lainnya. Pengelolaan limbah manusia yang
tidak sempurna , maka akan menimbulkan sanitasi lingkungan yang buruk.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan terjadinya
limbah air karena rumah tangga , selain penggunaan bio toilet kita dapat
menggunakan tanaman air .
Tanaman air merupakan
bagian dari vegetasi penghuni bumi ini, yang media tumbuhnya adalah perairan.
Penyebaranya meliputi perairan air tawar, payau sampai ke lautan dengan
beraneka ragam jenis, bentuk dan sifatnya. Jika memperhatikan sifat dan posisi
hidupnya di perairan, tanaman air dapat dibedakan dalam 4 jenis, yaitu ;
tanaman air yang hidup pada bagian tepian perairan, disebut marginal aquatic
plant ; tanaman air yang hidup pada bagian permukaan perairan, disebut floating
aquatic plant ; tanaman air yang hidup melayang di dalam perairan, disebut
submerge aquatic plant ; dan tanaman air yang tumbuh pada dasar perairan,
disebut the deep aquatic plant.
Kemampuan tanaman air
menjernihkan limbah cair akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian. Berbagai penemuan
tentang hal tersebut telah dikemukakan oleh para peneliti, baik yang menyangkut
proses terjadinya penjernihan limbah, maupun tingkat kemampuan beberapa jenis
tanaman air. Hal tersebut antara lain dikemukakan oleh Stowell (2000) yang
menyatakan bahwa tanaman air memiliki kemampuan secara umum untuk menetralisir
komponen-komponen
tertentu di dalam perairan, dan hal tersebut sangat
bermanfaat dalam proses pengolahan limbah cair. Selanjutnya Suriawiria (2003)
mengemukakan bahwa penataan tanaman air di dalam suatu bedengan-bedengan kecil
dalam kolam pengolahan dapat berfungsi sebagai saringan hidup bagi limbah cair
yang dilewatkan pada bedengan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan tanaman
air untuk menyaring bahan-bahan yang larut di dalam limbah cair potensial untuk
dijadikan bagian dari usaha pengolahan limbah cair. Demikian pula yang
dikemukakan oleh Reed (2005) bahwa proses pengolahan limbah cair dalam kolam
yang menggunakan tanaman air terjadi proses penyaringan dan penyerapan oleh
akar dan batang tanaman air, proses pertukaran dan penyerapan ion, dan tanaman
air juga berperan dalam menstabilkan pengaruh iklim, angin, cahaya matahari dan
suhu.
Berdasarkan berbagai fakta dan penemuan tersebut, maka
peluang untuk memanfaatkan tanaman air pada proses bioremediasi limbah rumah
tangga sangat memungkinkan, sehingga diperlukan suatu penelitian untuk
memperoleh fakta-fakta ilmiah yang lebih detail. Untuk itu maka suatu
penelitian dalam bentuk simulasi tanaman air telah dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui, sejauhmana pengaruh bioremediasi yang menggunakan tanaman
air, terhadap peningkatan kualitas limbah rumah tangga, bagaimana peranan
komposisi tanaman air dan pengenceran limbah terhadap efektivitas pengolahan
limbah, bagaimana kemampuan empat jenis tanaman air, yakni Mendong (Iris
sibirica), Teratai (Nympahea firecrest), Kiambang (Spirodella
polyrrhiza) dan Hidrilla (Hydrilla ferticillata), dalam meningkatkan
kualitas limbah, serta mengetahui perbandingan kualitas limbah rumah tangga
yang telah melalui proses bioremediasi dengan baku mutu yang telah ditetapkan.
KESIMPULAN
- Persoalan
kerusakan lingkungan akibat industri dan rumah tangga, khususnya di Negara
berkembang seperti Indonesia sudah sangat kompleks dan sudah
menghawatirkan. Karena itu perlu kesadaran semua pihak untuk turut
menangai pencemaran lingkungan.
- Pemerintah
melalui kebijakan dan aturan harus mampu mengatur industi dalam pengolahan
limbah baik cair, kayu dan udara. Pihak industri pun harus menyadari
peranan pencemarannya yang sangat besar sehingga harus mau membangun
pengolahan limbah.
- Masyarakat
pun harus mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengolahan limbah
rumah tangga dan lingkungan sekitar sehingga kelestarian lingkungan baik,
udara, tanah maupun air dapat terjaga dengan baik.
- Penggunaan
bio toilet lebih baik untuk mencegah pencemaran air
- Bioremediasi dengan simulasi tanaman air
dapat meningkatkan kualitas limbah rumah tangga, yang meliputi kualitas
fisik, kimia dan mikrobiologis. Parameter limbah yang diuji mengalami
peningkatan kualitas dari kondisi yang tidak memenuhi syarat menjadi memenuhi
syarat sesuai baku mutu yang telah ditetapkan;
- Komposisi
tanaman air dan pengenceran limbah berinteraksi dalam memberikan efek
terhadap peningkatan kualitas limbah rumah tangga pada proses bioremdiasi.
Efek bioremediasi yang optimal terjadi pada percobaan yang menggunakan
empat jenis tanaman air, yaitu Mendong (Iris sibirica), Teratai (Nymphaea
firecrest), Kiambang (Spirodella polyrrhiza) dan Hidrilla (Hydrilla
verticillata);
- Kualitas
limbah rumah tangga yang telah melalui proses bioremediasi dengan simulasi
tanaman air, pada umumnya telah memenuhi syarat untuk dilepas ke
lingkungan, baik ditinjau dari kualitas fisik dan kimia, maupun kualitas
mikrobiologis.
DAFTAR PUSAKA
Hidayat, Atep Afia dan Muhammad
Kholil, (2017), Kimia, Industri dan Teknologi Hijau, Pantona Media
Yusuf, Guntur, (2008), Bioremediasi
Limbah Rumah Tangga dengan system simulasi tanaman air
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.