.

Senin, 05 Februari 2018

Intensitas Polusi Vs Kualitas Hidup di Perkotaan

Oleh : Fitriana Eka Setyaningrum (@G09-Fitriana)



Abstract :

Urban environment is the highest population for human to live together with the other natural components, supported by environmental land resources to manage the world's environment. Actually, human can increase the capacity of the environment, but if human can't handle it carefully it would cause another disequilibrium or environmental damage. The example of environmental damage are poor air and water quality, insufficient water availability, waste-disposal problems, and high energy consumption. Environmental damage is caused by various factors, such as pollution. Pollution is caused by nature, and some are caused by humans. In Indonesia, environmental damage due to air, water and soil pollution has been very critical. There are the types of pollution and the causes and solutions offered for environmental damage due to pollution can be minimized. Surely, the pollution will affect the quality of life in urban areas or environment.


Keyword : Urban Environment, Pollution, Poor Water, Poor Air



Content :

Dalam sebuah lingkungan kehidupan tentunya terdapat manusia dan beberapa komponen lingkungan alam lainnya. Daya dukung lingkungan dapat menimbulkan manfaat yang besar bagi lingkungan dunia, namun sebaliknya, ketika manusia tidak dapat menggunakan dengan bijak maka akan menimbulkan hal negatif. Contoh nyatanya adalah pencemaran. Pencemaran ini terjadi pada Udara, Air, dan Tanah. Hal ini juga dipengaruhi oleh banyaknya polusi yang mencemari lingkungan alam, sehingga dapat menimbulkan bahaya atau kerusakan pada lingkungan itu sendiri. Pencemaran harus ditanggapi dengan serius, karena memiliki efek negatif pada unsur alam yang merupakan kebutuhan mutlak akan kehidupan yang ada di bumi, seperti air dan udara serta makhluk hidup lainnya.

(Sumber : http://www.aktual.com/)
Tingginya populasi pada sebuah sebuah lingkungan hidup pun akan bepengaruh pada tingkat pencemaran yang terjadi, dan seringkali ini terjadi pada lingkungan perkotaan.  Menurut Anggraeni (2015) bahwa Perkotaan merupakan sebuah pusat aktifitas manusia yang kepadatannya cenderung tinggi dari wilayah lainnya yang fungsinya selain sebagai tempat hidup juga sebagai tempat untuk menghasilkan barang dan jasa. Padatnya kota tentunya akan berpengaruh pada komponen di dalamnya. Menurut Setiawan (2009) bahwa Kualitas hidup manusia ditentukan dari segala aspek kehidupan, salah satu aspek terpenting adalah kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat perkotaan ditentukan oleh kondisi lingkungan yang bersih dan bebas pencemaran, baik pencemaran air, tanah, dan udara.

Pencemaran ini sangat erat kaitannya dengan polusi. Polusi dapat terjadi saat polutan menecemari lingkungan, dalam hal ini berarti dapat memperburuk kualitas hidup manusia. Menurut Hidayat (2017) bahwa Polutan merupakan elemen kunci atau komponen polusi yaitu bahan limbah dari berbagai bentuk. Polusi sudah pasti dapat mengganggu ekosistem dan keseimbangan lingkungan. Polusi terdiri dalam beragam bentuk, mulai dari polusi udara, air, tanah, radioaktif, kebisingan, panas, dan cahaya.

Polusi yang banyak ditemui di lingkungan hidup sangat bervariasi dengan banyaknya dampak negatif yang dapat terjadi, contohnya :

1. Efek pada Manusia: Efek pencemaran lingkungan terhadap manusia terutama sangat rentan. Masalah yang paling terkenal bagi kita adalah pernafasan, berupa alergi, asma, iritasi pada mata dan saluran hidung, atau bentuk infeksi pernafasan lainnya. Pencemaran lingkungan telah terbukti menjadi faktor utama dalam perkembangan kanker. Hal ini bisa terjadi misalnya saat kita makan lalu tercemar polutan yang digunakan dalam produksi makanan olahan, atau pestisida dari hasil panen. Penyakit lain yang jarang, termasuk hepatitis, tipus, pernapasan, diare dan gangguan hormonal juga berpotensi terjadi.

2. Efek pada Hewan: Pencemaran lingkungan terutama mempengaruhi hewan dengan menyebabkan kerusakan pada lingkungan tempat tinggal mereka, sehingga beracun bagi mereka untuk tinggal. Hujan asam dapat mengubah komposisi sungai dan laut, menjadikannya beracun bagi ikan. Polusi tanah dapat menyebabkan kerusakan dan terkadang bahkan penghancuran mikroorganisme, yang dapat memiliki efek dramatis membunuh lapisan pertama rantai makanan utama.

3. Efek pada Tanaman: Seperti untuk hewan, tumbuhan, dan terutama pohon, dapat dihancurkan oleh hujan asam (dan ini juga akan berdampak negatif pada hewan juga, karena lingkungan alaminya akan dimodifikasi), ozon di atmosfer bawah blokir respirasi tanaman, dan polutan berbahaya bisa diserap dari air atau tanah.

4. Efek Ekosistem: Singkatnya, pencemaran lingkungan, hampir secara eksklusif diciptakan oleh aktivitas manusia, memiliki efek negatif pada ekosistem, menghancurkan lapisan penting dan menyebabkan efek yang lebih negatif pada lapisan atas.

Karena banyaknya efek yang ditimbulkan maka diperlukannya sebuah solusi penanganan pencemaran lingkungan tersebut. Menurut Bahtiar (2007) bahwa Pada prinsipnya ada 3 hal yang dapat dilakukan dalam rangka pelestarian, pencegahan, dan penanggulangan kerusakan lingkungan akibat pencemaran, yaitu : Tindakan secara administratif, tindakan dengan menggunakan teknologi, dan tindakan melalui edukatif/pendidikan.

Menurut Yusad (2003) bahwa Banyak kota-kota besar didunia kualitas udaranya memburuk karena tercemar oleh; zat-zat pencemar yang sumbernya berasal dari pabrik-pabrik industri, dan kendaraan bermotor, proses pembakaran,pembuangan limbah padat.zat-zat pencemar yang paling sering dijumpai adalah: SO2, NO dan NO2, Pb, O3 dan CO untuk memonitor zat-zat polutan ini, WHO (tahun 1974) telah bekerjasama dengan global Environment monitoring System bagian udara. Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi dan transport zat polutan ini adalah: letak topografi daerah, intensitas dan pemaparan, arah angin, suhu dan cuaca. Dampak yang paling utama adalah terhadap kesehatan manusia terutama pada sistem pernapasan, pembuluh darah, persarafan, hati dan ginjal. Maka, semakin meningkatnya intensitas polusi dalam suatu kota juga dapat memperburuk kualitas hidup makhluk hidup di suatu kota atau daerah.



Daftar Pustaka :

Anggraeni, Mustika. 2005. Green Belt dan Hubungannya dengan Kualitas Hidup Masyarakat di Perkotaan, Makalah Biologi Lingkungan, Program Studi Ilmu Lingkungan, Prog. Pascasarjana Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta.

Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil. 2017. Manajemen Lingkungan Dengan Berpikir "Hijau". Jakarta: Penerbit WR 

Setiawan, Iwan. 2009. Jalur Hijau (Green Belt) sebagai Kontrol Polusi Udara Hubungannya dengan Kualitas Hidup di Perkotaan. Vol 7, No 2 (2009) (Diunduh pada tanggal 02 Februari 2018)

Yusad, Yusniwarti. 2003. Polusi Udara Di Kota-kota Besar Dunia. Digitized by USU digital library. (Diunduh pada tanggal 02 Februari 2018)

Bahtiar, Ayi. 2007. Makalah Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri dan Rumah Tangga serta Pemecahannya. Bandung. Universitas Padjajaran. (Diunduh pada tanggal 02 Februari 2018)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.