.

Senin, 05 Februari 2018

Kimia Dan Pangan Yang Mematikan

Kimia Dan Pangan Yang Mematikan 

Oleh : arisa savitri eka pratiwi (G21-Arisa) 










Abstrak 

Perkembangan dan pertumbuhan masyarakat yang selaras dengan perkembangan ilmu dan teknologi kimia sangat pesat dan berpengaruh dalam kehidupan manusia. Pangan adalah komponen terpenting dalam kehidupan manusia begitu juga dengan kimia. Namun dalam kaitannya dengan kimia konstektual berbagai isu mengenai kimia pangan banyak menjadi perhatian publik. Untuk itu manusia diwajibkan lebih peduli akan makanan yang tidak mengandung bahan kimia berbahaya.


Kata kunci : pangan, bahan tambahan pangan, peduli kesehatan.

Isi

Menurut sumarwan (1997), Perkembangan teknologi pengolahan pangan, disatu pihak memang membawa hal-hal yang positif seperti: peningkatan pengawasan mutu, perbaikan sanitasi, standarisasi pengepakan dan labeling serta grading. Namun di sisi lain teknologi pangan akan menyebabkan semakin tumbuhnya kekhawatiran semakin tinggi resiko tidak aman bagi makanan yang dikonsumsi. Teknologi pangan telah mampu membuat makanan-makanan sintetis, menciptakan berbagai macam zat pengawet makanan, zat additives Berta zat-zat flavor. Zat-zat kimia tersebut merupakan zat-zat yang ditambahkan pada produk-produk makanan, sehingga produk tersebut lebih awet, indah, lembut dan lezat. Produk-produk inilah yang disukai konsumen untuk dikonsumsi. Tetapi dibalik semua itu, zat-zat kimia tersebut mempunyai dampak yang tidak aman bagi kesehatan. Dalam hal ini jarang sekali disadari konsumen, sehingga konsumen tetap mengkonsumsinya dan semakin sering mengkonsumsinya, zat-zat tersebut semakin menumpuk dan akhirnya menjadi racun.
Menurut arifin, dalam (EVY, 2004; RAMIDI, 2004; SUKU DINAS PETERNAKAN JAKARTA UTARA, 2004; BPOM, 2006). Bahan pangan yang berkualitas baik haruslah aman, sehat dan halal yang berarti bahan tersebut harus bebas dari kontaminasi bahan yang berbahaya dan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, mudah diperoleh di pasar dan memberikan keamanan bagi pemakai atau konsumen. Dalam rangka menjaga agar bahan makanan berkualitas, maka diusahakan bahwa pangan tersebut dijauhkan dari penambahan bahan pengawet yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Laporan yang genjar akhir-akhir ini mengenai ditemukannya formalin dalam beberapa makanan, telah menimbulkan keresahan di masyarakat
Formalin adalah larutan tidak berwarna dan berbau tajam menusuk, mengandung sekitar 30 – 50% formaldehid (HCHO) dalam air, biasanya ditambahkan metanol 0,5 – 10% sebagai stabilisator untuk mencegah polimerisasi. Formaldehida dalam bentuk murni (100%) berwujud dan dipasaran bentuk ini praktis tidak tersedia karena pada suhu dan tekanan normal mudah mengalami polimerisasi membentuk padatan (WINDHOLZ. 1989; ROE dan WOOD, 1992). Sebagai bahan kimia formalin digolongkan sebagai bahan kimia berbahaya karena sangat mudah menghasilkan gas formaldehyde yang beracun. Oleh karena itu, formalin harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, dalam ruangan dengan ventilasi yang cukup baik. Kontak dengan formalin secara berulang akan menyebabkan radang hidung, radang tenggorokan, mual mual, gangguan pernafasan, menyebabkan batuk khronis, juga dapat menyebabkan radang paru-paru. Formalin termasuk salah satu karsinogen yaitu penyebab timbulnya kanker. Kanker pada saluran pernafasan dan kanker mulut telah dilaporkan sebagai akibat terpapar formalin dalam jangka waktu lama (BARDANA dan MONTANARO, 1991). Karena formalin sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, maka seharusnya pangan tidak mengandung formalin. Namun pada isu formalin sebagai pengawet daging ayam, mie basah, ikan segar, tahu dan sebagainya dipasaran masih ditemukan. (arifin, 2007).
Menurut Pipit (2005) ciri-ciri makanan yang mengandung formalin :
Ciri-ciri mi basah yang mengandung formalin:
* Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius)
* Bau agak menyengat, bau formalin
* Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal
Ciri-ciri tahu yang mengandung formalin:
* dak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius)
* Tahu terlampau keras, namun tidak padat
* Bau agak mengengat, bau formalin (dengan kandungan formalin 0.5-1ppm)
Ciri-ciri ikan segar yang mengandung formalin:
* Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius)
* Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar dan warna daging ikan putih bersih
* Bau menyengat, bau formalin

Masih rendahnya kesadaran konsumen terhadap keamanan pangan dan sebaliknya masih banyak masalah dan kendala yang dihadapi dalam upaya menciptakan keamanan pangan, antara lain disebabkan karena belum dipahaminya pengertian tentang proses pengolahan yang baik, penggunaan bahan kimia yang melebihi ambang batas dan sebagainya. Sehingga masih belum menjamin bahwa makanan yang dikonsumsi oleh konsumen benar-benar sehat, aman dan halal, Sumarwan (1997)

Kepedulian manusia akan makanan dan kesehatan sangatlah penting, demi menjaga kesehatan masyarakat diharapkan lebih peduli terhadap makanan yang akan dikonsumsi. Makanan yang sehat akan menghasilkan tubuh yang sehat.

Daftar pustaka
Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Hijau. Jakarta: Pantona Media








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.