.

Jumat, 05 Agustus 2016

PENDEKATAN PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN KIMIA







PENDEKATAN PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

A. Hakikat Ilmu Kimia dan Pembelajaran Kimia
Hakikat ilmu Kimia mencakup dua hal, yaitu Kimia Sebagai Produk dan Kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip kimia. Kimia sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan Kimia. Keterampilan-keterampilan tersebut disebut keterampilan proses, dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan disebut sikap ilmiah.
Oleh karena itu, pembelajaran kimia tidak boleh mengesampingkan proses ditemukannya konsep-konsep Kimia. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menjelaskan konsep-konsep kimia ditempuh dengan “pendekatan proses”. Dalam “pendekatan proses” pendekatan pembelajaran didasarkan pada anggapan bahwa ilmu kimia itu terbentuk dan berkembang akibat diterapkannya suatu proses, yang dikenal dengan metode ilmiah, dengan menerapkan keterampilan-keterampilan proses Sains, yaitu mulai dari menemukan masalah hingga mengambil keputusan. Dalam perkembangan selanjutnya pendekatan ini lebih dikenal dengan Pendekatan Keterampilan Proses


B. Deskripsi Keterampilan Proses
Keterampilan-keterampilan proses tersebut dapat diklasifikasikan sebagai keterampilan-keterampilan :
1. Mengamati :
ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakaninderanya. Mengamati merupakan dasar bagi semua keterampilan proses lainnya.
2. Menafsirkan pengamatan :
ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya.
3. Meramalkan :
ialah prakiraan yang didasarkan pada hasil pengamatan yang reliabel. Ramalan berarti pula mengemukaan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati berdasarkan penggunaan pola yang ditemukan sebagai hasil pengamatan.
4. Menggunakan alat dan bahan :
ialah mengetahui konsep dan mengapa mengapa menggunakan alat dan bahan.
5. Menerapkan konsep :
ialah menggunakan generalisasi yang telah dipelajarinya pada situasi baru, atau untuk menerangkan apa yang diamatinya.
6. Merencanakan penelitian :
ialah merancang kegiatan yang dilakukan untuk menguji hipotesis, memeriksa kebenaran atau memperlihatkan prinsip-prinsip atau fakta-fakta yang telah diketahuinya.
7. Mengkomunikasikan hasil penelitian :
ialah keterampilan menyampaikan gagasan atau hasil penemuannya kepada orang lain.
8. Mengajukan pertanyaan
ialah bertanya apa, mengapa dan bagaimana, pertanyaan untuk minta penjelasan dan pertanyaan yang berlatar belakang belakang hipotesis.



C. Beberapa hal Penting dalam Pendekatan Keterampilan Proses pada Pembelajaran Kimia
1. Keterampilan Berpikir yang Tergolong Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains itu ialah keterampilan intelektual atau keterampilan berpikir (Dahar,2003), adapun pengertian dan lingkup setiap keterampilan berpikir itu urutannya sama dengan urutan keterampilan proses sains.
a) Mengamati
Mengamati merupakan suatu keterampilan berpikir fundamental yang menjadi dasar utama dari pertumbuhan sains. Mengamati merupakan suatu kemampuan menggunakan semua indera yang harus dimiliki oleh setiap orang. Dalam kegiatan ilmiah mengamati berarti memilih fakta-fakta yang relevan dengan tugas tertentu dari hal-hal yang diamati, atau memilih fakta-fakta untuk menafsirkan peristiwa tertentu. Dengan membandingkan hal-hal yang diamati, berkembang kemampuan untuk mencari persamaan dan perbedaan.
b) Menafsirkan Pengamatan
Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna, bila tidak ditafsirkan. Karena itu dari mengamati langsung, lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah, kemudian menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu, lalu mungkin ditemukan pola-pola tertentu dalam satu seri pengamatan. Penemuan pola ini merupakan dasar untuk menyarankan kesimpulan-kesimpulan atau generalisasi-generalisasi. Kemampuan untuk menemukan pola-pola ini merupakan kegiatan ilmiah yang perlu dikembangkan pada anak sedini mungkin.
c) Meramalkan
Sains tidak akan demikian pesat berkembang bila dalam sains tidak dikenal istilah meramalkan. Karena itu meramalkan merupakan salah satu kemampuan penting dalam sains. Dengan menggunakan pola yang ditemukan dari salah satu seri pengamatan, para ilmuwan mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang akan datang, atau yang belum diamati. Jadi, bertitik tolak dari menafsirkan hasil-hasil pengamatan dapat dikembangkan kemampuan untuk meramalkan yang merupakan salah satu

contoh mengambil kesimpulan atau inferensi. Proses peramalan merupakan suatu proses penalaran yang berdasarkan pengamatan.
d) Menggunakan Alat / Bahan
Melakukan percobaan dalam sains membutuhkan alat dan bahan. Berhasilnya suatu percobaan kerapkali tergantung pada kemampuan memilih dan menggunakan alat yang tepat secara efektif. Pengalaman menggunakan alat dan bahan merupakan pengalaman konkrit yang dibutuhkan siswa untuk menerima gagasan-gagasan baru. Suatu syarat penting dalam belajar bagi siswa yang masih pada tingkat operasional konkrit itu.
e) Menerapkan Konsep
Menerapkan konsep yang merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau menerapkan konsep itu pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi merupakan tujuan pendidikan sains yang penting. Dalam menerapkan konsep untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi, perlu dianggap bahwa setiap penjelasan yang diberikan itu bersifat sementara, dan dapat diuji, jadi berupa hipotesis. Kerap kali dapat disarankan beberapa alternative hipotesis, semuanya menunjang kenyataan, tetapi perlu disadari siswa, bahwa hipotesis-hipotesis itu harus diuji.
f) Merencanakan Penelitian

Kemampuan untuk merencanakan suatu penelitian merupakan suatu unsur yang penting dalam kegiatan ilmiah. Setelah melihat suatu pola atau hubungan dari pengamatan-pengamatan yang dilakukan, perlu kesimpulan sementara atau hipotesis yang dirumuskan itu diuji. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk merencanakan suatu percobaan yang meliputi kemampuan untuk menentukan alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan, menentukan variabel-variabel, menentukan yang mana di antara variabel-variabel itu harus dibuat tetap, bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan untuk mengambil kesimpulan, merupakan kegiatan-kegiatan yang perlu dilatihkan sejak dini.

g) Berkomunikasi                                                                               
Sains terbuka bagi semua orang yang mampu memahaminya, dan dinilai oleh siapa saja yang mau menilainya. Sebagai implikasinya, para ilmuwan diharapkan

menguraikan secara jelas dan cermat apa yang telah mereka lakukan, sehingga dapat diuji oleh para ilmuwan lain. Karena itu dalam pendidikan sains siswa-siswa sejak dini dilatih untuk dapat melaporkan hasil-hasil percobaannya secara sistematis dan jelas. Juga diharapkan mereka dapat menjelaskan hasil-hasil percobaan mereka pada teman-temannya, mendiskusikanya, dan menggambarkan hasil pengamatannya dalam bentuk grafik, tabel dan diagram. Semua kegiatan ini termasuk kemampuan berkomunikasi, suatu kemampuan yang perlu dikembangkan dalam mendidik calon-calon ilmuwan masa yang akan dating.
h) Mengajukan Pertanyaan
Dari penelitian Piaget dan Bruner, terungkap bahwa anak itu dapat berpikir secara tingkat tinggi bila ia mempunyai cukup pengalaman secara konkrit dan bimbingan yang memungkinkan pengembangan konsep-konsep dan menghubungkan fakta-fakta yang diperlukan. Dapat dikatakan bahwa kualitas pertanyaan yang diajukan siswa menunjukkan rendah tingginya tingkat berpikir siswa.

2. Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses
Untuk menggunakan pendekatan keterampilan proses ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
 Dalam menyusun silabus, keterampilan proses perlu dikembangkanØ bersama-sama dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip kimia.
 Kedelapan keterampilan proses tsb diperkirakan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dari sekolah dasar hingga menengah.Ø
 Dalam pembelajaran kimia, keterampilan proses diatas tidak perlu sesuai urutan.Ø
 Setiap metode dan pendekatan pada pembelajaran kimia dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan prosesØ
 Kemungkinan pengembangan keterampilan proses pada metode ceramah lebih sedikit dibanding metode eksperimenØ

D. Perlunya Pendekatan Keterampilan Proses
Dari uraian di atas telah diketahui bahwa keterampilan proses ialah keterampilan intelektual atau keterampilan berpikir, dengan mengembangkan keterampilan proses dalam pembelajaran maka:
 Membuat siswa berpikir.Ø
 Membuat siswa kreatif.Ø
 Dapat menolong siswa untuk belajarØ
 Keterampilan proses sains juga diperlukan dalam kegiatan ilmiah di sekolah maupun di kemudian hari.Ø

Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota kelurga dan masyarakat (Nurhadi, 2003:4).

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: kontruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian autentik (Trianto, 2008:20).

Dalam kelas kontekstual tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).

Ada sejumlah alasan mengapa pendekatan kontekstual dikembangkan sekarang ini. Sejumlah alasan tersebut dikemukakan oleh Nurhadi (2003:4) sebagai berikut:
  1. Penerapan konteks budaya dalam pengembangan silabus, penyusunan buku pedoman guru, dan buku tes akan mendorong sebagian besar siswa untuk tetap tertarik dan terlibat dalam kegiatan pendidikan, dapat meningkatkan kekuatan masyarakat memungkinkan banyak anggota masyarakat untuk mendiskusikan berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat.
  2. Penerapan konteks personal, konteks ekonomi, konteks politik dapat meningkatkan keterampilan komunikasi, kesejahteraan sosial, dan pemahaman siswa tentang berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap masyarakat, akan membantu lebih banyak manusia dalam kegiatan pendidikan dan masyarakat. 
Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan guru.

Pendekatan kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh komponen yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Ke tujuh komponen pendekatan kontekstual tersebut yaitu:
  1. Belajar Berbasis Masalah (Problem Based Learning), yaitu suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
  2. Pengajaran Autentik (Authentic Instruction), yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna.
  3. Belajar Berbasis Inquiri (Inquiri Based Learning), yaitu strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
  4. Belajar Berbasis Proyek/Tugas (Project Based Learning), yaitu suatu pendekatan komperhensif dimana lingkungan belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman darisuatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.
  5. Belajar Berbasis Kerja (Work Based Learning), yaitu suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di tempat kerja.
  6. Belajar Berbasis Jasa Layanan (Service Learning), yaitu metodologi pengajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa layanan tersebut, jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa layanan dan pembelajaran akademis.
  7. Belajar Kooperatif (Cooperatif Learning), yaitu pendekatan pengajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.

Daftar Pustaka

  • Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
  • Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.