PENGELOLAAN LIMBAH KERTAS SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL
ABSTRAK
Meningkatnya limbah padat di Indonesia disebabkan oleh
peningkatan penggunaan kertas. Kertas mengandung banyak selulosa. Selulosa
termasuk dalam sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai bahan baku bioetanol.
Pemanfaatan limbah kertas untuk pembuatan bioetanol diawali dengan proses
pretreatment untuk delignifikasi. Hidrolisis kertas dilakukan secara enzimatis
untuk mengurai selulosa pada limbah kertas dengan menggunakan enzim selulase
menjadi glukosa. Hidrolisis enzimatis sangat penting dilakukan karena dapat
meningkatkan kadar glukosa hingga 90%. Dengan meningkatnya kadar glukosa
diharapkan akan meningkatkan juga kadar dan produksi etanol yang dihasilkan
dari proses fermentasi dengan menambahkan ragi
sehingga terdapat bakteri Saccaromyces
cerevisiae. Untuk memisahkan air dan etanol
dari proses fermentasi maka perlu dilakukan distalasi. Uji karakterisasi bioetanol menggunakan Gas Chromatography/Mass Spectroscopy
(GC-MS) dan Fourier Transform Infrared
Spectroscopy (FTIR). Pengukuran kadar bioetanol menggunakan Gas Chromatography (GC). Dari artikel ilmiah
ini menunjukkan bahwa (1) kertas dapat digunakan sebagai bahan pembuatan
bioetanol generasi kedua dengan proses pretreatment, hidrolisis enzimatis,
fermentasi, dan distalasi (2) upaya pemecahan masalah pencemaran lingkungan
karena kertas.
Kata Kunci : Kertas, Selulosa, Bioetanol, Hidrolisis enzimatis
PENDAHULUAN
Kertas dibuat dari kayu yang
berasal dari pohon kayu lunak seperti cemara dan pinus, atau dari pohon kayu
keras seperti kayu putih, akasia dan aspen. Kertas
dibuat dari pengolahan selulosa atau serat kayu, yang dihasilkan dari bubur
kertas atau pulp. Kertas
menjadi salah satu kebutuhan penting dalam kegiatan sehari-hari sehingga pemakaian
kertas setiap harinya meningkat.
Kebutuhan kertas yang sangat besar dapat mendorong produksi industri kertas. Selain itu, kebutuhan kertas yang sangat besar
dapat menimbulkan masalah-masalah lain diantaranya adalah masalah lingkungan yaitu
penebangan pohon di hutan, pencemaran
air dan udara dan juga sampah kertas yang menumpuk. Kertas merupakan salah satu unsur terbesar dari limbah padat.
Di dalam limbah kertas terdapat
senyawa lignoselulosa yang bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan
bioetanol. Bioetanol adalah etanol yang diperoleh dari hasil olahan fermentasi
bahan-bahan yang mengandung komponen pati, gula, atau serat selulosa yang bisa menjadi bahan bakar utama yang digunakan sebagai
pengganti bensin untuk kendaraan.
Seperti yang diketahui, bahan bakar minyak merupakan salah satu masalah global
karena bahan baku yang digunakan
berasal dari fosil yang
tidak bisa diperbaharui.
Pengolahan lignoselulosa pada kertas menjadi bahan baku bioetanol harus
melalui beberapa proses, antara lain
pretreatment dengan dilignifikasi untuk menghilangkan kandungan lignin. Proses
selanjutnya adalah mengkonversi selulosa menjadi glukosa dengan hidrolisis
menggunakan enzim selulase. Glukosa yang didapatkan pada proses hidrolisis,
kemudian difermentasi. Proses fermentasi dilakukan dengan penambahan
ragi roti dan ragi tape (Saccharomyces
cerevisiae), salah satu spesies ragi yang dikenal mempunyai daya konversi
gula menjadi etanol. Dalam
hasil fermentasi masih terdapat air yang dapat mengganggu kadar etanol yang
diperoleh maka dilakukan distilasi untuk memisahkan air dan etanol tersebut.
METODE
A. Pembuatan Bioetanol
Pengolahan bioetanol dari limbah kertas memiliki sedikit perbedaan dengan bahan yang lainnya karena dalam proses pengolahannya, kertas memiliki kandungan lignin yang harus dihilangkan terlebih dahulu. Proses pengolahan kertas menjadi bioetanol antara lain adalah :
1. Pretreatment
Lignin yang terdapat pada kertas
merupakan serabut yang menyelubungi selulosa. Lignin tersebut harus dihilangkan
agar bisa menjadikan kertas sebagai bioetanol. Proses delignifikasi dilakukan
untuk menghilangkan kandungan lingnin dengan menggunakan proses kimiawi yaitu senyawa NaOH sebagai katalis. Proses
pretreatment bertujuan untuk memecah struktur lignin dan mengganggu struktur
kristal selulosa sehingga cairan asam atau enzim dapat dengan mudah mengakses
dan menghidrolisis selulosa.
2. Hidrolisis
Hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah molekul menjadi dua bagian
dengan penambahan molekul air (H2O), dengan tujuan untuk mengkonversi
polisakarida menjadi monomer-monomer sederhana, yaitu untuk mengkonversi selulosa
menjadi glukosa. Dalam
proses hidrolisis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu hidrolisis asam dan
hidrolisis dengan enzimatik.
Hidrolisis asam dapat dilakukan dengan penambahan H2SO4 atau HCL. Hidrolisis
enzimatik adalah proses
konversi selulosa dan hemiselulosa menjadi gula reduksi menggunakan enzim. Enzim yang digunakan untuk mengkonversi hemiselulosa
menjadi glukosa adalah enzim xylanase sedangkan enzim yang digunakan untuk
mengkonversi selulosa menjadi glukosa menggunakan enzim selulase.
Pada permasalahan limbah
kertas menjadi bioetanol maka solusinya adalah menggunakan proses
hidrolisis enzimatik, dimana aplikasi proses ini menggunakan enzim yang secara
sederhana dilakukan dengan mengganti tahap hidrolisis asam dengan tahap
hidrolisis enzim. Keuntungan
hidrolisis dengan enzim dapat mengurangi penggunaan asam sehingga dapat
mengurangi efek negatif terhadap lingkungan. Hidrolisis sempurna selulosa akan
menghasilkan monomer selulosa yaitu glukosa dan hidrolisis tak sempurna akan
menghasilkan disakarida dari selulosa yang disebut selobiosa.
3. Fermentasi
Setelah proses hidrolisis dan mendapatkan glukosa dari limbah kertas
tersebut maka proses selanjutnya
yaitu proses fermentasi.
Fermentasi dilakukan menggunakan yeast
seperti Saccaromyces cerevisiae untuk mengkonversi menjadi etanol. Limbah kertas yang telah ditambahkan
ragi atau yeast, kemudian dimasukkan kedalam toples kaca dan ditutup
rapat agar mendapat
kondisi anaerob sehingga bakteri Saccharomyces
cerevisiae dalam ragi tersebut dapat bekerja dengan baik dan maksimal dalam
proses fermentasi.
4. Distilasi
Proses distalasi
dilakukan setelah proses fermentasi, limbah kertas yang telah menjadi lumpur
atau sludge akan diambil etanolnya.
Dalam hasil fermentasi masih terdapat air yang dapat mengganggu kadar
etanol yang diperoleh maka dilakukan distilasi untuk memisahkan air dan etanol
tersebut. Proses destilasi berlanjut dengan
mengalirkan uap zat cair melalui kondensor lalu hasilnya ditampung dalam wadah.
B. Karakterisasi
Bioetanol Menggunakan FTIR dan GC – MS
Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) adalah teknik analisis yang digunakan untuk mendapatkan spektrum
inframerah penyerapan atau emisi dari zat padat, cair atau gas yang belum diketahui strukturnya.
Tipe ikatan yang berlainan dari suatu struktur senyawa akan menyerap radiasi
inframerah pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan ikatan yang ada. Pada
metode analisis. Gas Chromatography Mass
Spectroscopy (GC-MS) adalah metode analisis yang menggabungkan fitur kromatografi gas dan
spektrometri massa untuk mengidentifikasi zat yang berbeda dalam sampel uji.
C. Pengujian
Menggunakan GC
Kromatografi gas adalah suatu metode pemisahan yang terdiri dari dua macam komponen yang terdiri dari dua macam komponen atau lebih, yang didasarkan pada distribusi defrensial diantara dua fasa yaitu fasa diam yang berupa padatan atau cairan dan fasa gerak yang berupa gas (Alimin, dkk., 2007: 121). Teknik kromatografi gas-cair metode ini digunakan secara luas untuk analisis kualitatif dan kuantitatif dari sejumlah besar senyawa karena memiliki kepekaan tinggi dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat. Teknik ini telah terbukti paling baik untuk pemisahan senyawa dengan polaritas rendah (Bintang, 2010: 168).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Kertas yang sudah tidak terpakai
dan menjadi limbah, ternyata bisa diolah menjadi bahan baku bioetanol. Pengolahan
limbah kertas menjadi bahan baku bioetanol diawali dengan proses pretreatment yang
bertujuan untuk memecah ikatan lignin (delignifikasi), menghilangkan kandungan lignin
dan hemiselulosa, merusak struktur kristal dari selulosa serta meningkatkan
porositas bahan. Pada pretreatment menggunakan
NaOH, hasilnya adalah selulosa yang sudah terpisah dengan lignin. Enzim
merupakan protein yang memiliki sifat katalis yang memiliki
kemampuan mengaktifkan senyawa lain secara spesifik dan dapat meningkatkan
kecepatan reaksi kimia. Penggunaan enzim selulase sangat berpengaruh terhadap
konversi limbah kertas menjadi etanol. Enzim selulase dapat memecah selulosa
menjadi glukosa.
Fermentasi etanol juga disebut sebagai fermentasi alkohol. Proses ini tidak membutuhkan oksigen, melainkan khamir yang melakukannya, maka fermentasi etanol digolongkan sebagai respirasi anaerob. Pengaruh pemberian variasi konsentrasi Saccharomyces cereviceae merupakan salah satu faktor untuk menentukan kadar bioetanol yang dihasilkan. Selain itu, lama fermentasi juga ikut berperan dalam menentukan jumlah kadar dan volume bioetanol selama proses fermentasi. Etanol dan air sangat susah dipisahkan. Oleh sebab itu, untuk pemisahan etanol dan air harus dilakukan distilasi.
KESIMPULAN
Limbah kertas dapat digunakan
sebagai bahan pembuatan bioetanol generasi kedua dengan proses pretreatment,
hidrolisis enzimatis, fermentasi, dan distalasi. Dengan adanya pengelolaan
limbah kertas menjadi bioetanol, termasuk upaya untuk menyelesaikan masalah
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh kertas dan bisa menjadi jalan alternatif
untuk menggantikan bahan bakar minyak dengan menggunakan bioetanol untuk
kendaraan.
DAFTAR PUSTAKA
Anindyawati, T. 2009. Prospek Enzim
dan Limbah Lignoselulosa untuk Produksi Bioetanol. Pusat Penelitian
Bioteknologi : LIPI Bogor.
Ahmad Rasyidi, dkk. 2013. Pembuatan Bioetanol Dari Limbah Tongkol
Jagung Dengan Variasi Asam Klorida Dan Waktu Fermentasi. Jurnal Teknik
Kimia No. 1, Vol. 19,
Universitas Sriwijaya.
Hermawan, Yulis Anwar. 2009. Konversi
Limbah Kertas Menjadi Etanol Menggunakan Kombinasi Enzim Selulase dan Selobiase
Melalui Sakarifikasi dan Fermentasi Serentak. Skripsi Universitas
Indonesia. Jakarta.
Salim, Marniati, Elida Mardiah, Yollanda Atmelwidia. 2014. Produksi Bioetanol Dari Sampah Dedaunan Sekitar Kampus UNAND Dengan Metode SSF (Simultaneous Sacharification Fermentation). Jurnal
Kimia No. 2, Vol. 7, Universitas Andalas.
Judul yang diangkat penulis tentang PENGELOLAAN LIMBAH KERTAS SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL sangat menarik dan bagus, penulis sudah membuat setiap awal paragraf menjorok,namun untuk kedepannya setiap paragraf tidak perlu di spasi antarparagraf . selebih nya sudah bagus . Semangat
BalasHapusartikel mengangkat topik sampah kertas dan memanfaatkannya sebagai bahan baku bioetanol, sangat sejalan dengan kasus limbah di Indonesia yang memilliki banyak sampah kertas.
BalasHapusTidak ada kritik yang bisa saya sampaikan, karena penulis sudah memperhatikan penulisan setiap kata dan paragra. Sehingga membuat pembaca menjadi tertarik dan nyawan dalam membaca, ditambah dengan topik artikel yang membuat pembaca lebih ingin tahu.
Saran : Perhatikan lagi penulisan agar lebih rapi dan teratur serta kembangkan lagi menulis artikel. Semangat