Metode Instalasi untuk Pengolahan
Limbah Detergen
Abstrak :
Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dapat
memberikan dampak negatif pada biota yang hidup di laut ataupun sungai. Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya
cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Kata Kunci : Detergen,
Pencemaran air, Metode
PENDAHULUAN
Deterjen merupakan bahan pencuci yang efektf
karena didalamnya terkandung satau atau lebih surfactant yang dibuat oleh
minyak bumi, bahan kimia seperti : Sulfur, natrium , kalium , ethylene,
alkohol, dll. Deterjen sintetik yang pertama ditemukan pada akhir perang dunia
kedua disebut sebagai senyawa Alkil benzin Sulfonat (Komarawidjaja,
W. (2011).
Umumnya
detergen tersusun atas tiga komponen yaitu, surfaktan (sebagai bahan dasar
detergen) sebesar 20-30%, builders (senyawa fosfat) sebesar 70-80 %, dan bahan
aditif (pemutih dan pewangi) yang relative sedikit yaitu 2-8%. Surface Active
Agent (surfaktan) pada detergen digunakan untuk proses pembasahan dan pengikat
kotoran, sehingga sifat dari detergen dapat berbeda tergantung jenis
surfaktannya (Yuliani, R. L., Purwanti, E., & Pantiwati, Y. ) dalam (Kirk dan Othmer, 1982).
Selanjutnya,
secara sederhana, deterjen dapat digolongkan kedalam deterjen anionik dan
kationik. Hampir semua jenis deterjen untuk penggunaan rumah tangga termasuk
kelompok deterjen anionik (>75%), sedangan deterjen kationik lebih banya
dipakai oleh kegiatan industri, pertambangan dan perkapalan. Oleh karena itu,
tidak mengherankan, pencemaran deterjen lebih dominan berasal dari limbah
deterjen anionik.
Namun
dilain pihak, beberapa laporan mengungkapkan bahwa penggunaan deterjen yang
berlebih dan terbuang ke lingungan perairan, pada akhirnya akan sangat
membahayakan bentuk bentuk kehidupan perairan diseitarnya. Hal itu dapat
terjadi karena tingginya konsentrasi limbah deterjen yang masuk e perairan,
komposisi deterjen yang mengandung bahan toksik dan perlahannya roses
dekomposisi. (Komarawidjaja,
W. (2011).
Limbah
detergen ini akan menyebabkan turunnya kualitas bahan baku mutu perairan. Hal
ini mengakibatkan terjadinya penurunan keanekaragaman biota air salah satunya
kematian beberapa spesies ikan yang berada di ekosistem perairan. Menurut
Tugiyono (2009) Ikan merupakan salah satu hewan uji yang digunakan sebagai
bioindikator adanya tekanan perubahan lingkungan khususnya di perairan (Yuliani,
R. L., Purwanti, E., & Pantiwati, Y. ).
Adanya
limbah deterjen perlu diwaspasdai karena kandungan bahan aktif yang ada di dalam
bahan deterjen dapat menganggu kesehatan. Dampak pada manusia antara lain
iritasi pada kulit dan mata, serta kerusakan pada ginjal dan empedu (Sugai et
al., 1990). Adapun bagi hewan antara lain gangguan imun pada marmut Rizt, et
al., 1993). Konsentrasi mematikan 50% (LC50) pada deterjen adalah 0,3-60 ppm.
Rentang nilai LC50 yang cukup lebar itu sangat dipengaruhi oleh jenis dan
struktur deterjennya (McCormick et al., 1991). Dalam (Rochman,
F. (2009).
Kandungan
deterjen yang cukup tinggi dalam air dapat menyebabkan pengurangan kadar
oksigen. Pada konsentrasi 0,5 mg/liter deterjen sudah mempu membentuk busa
sehingga menghambat difusi oksigen dari udara ke permukaan badan air.
Beberapa Metode yang dapat
dilakukan untuk Instalasi Pengolahan Air Limbah Detergen :
Deterjen
tergolong sukar diolah, baik disaring, diendapkan, diadsorpsi maupun teknik reduksi
lainnya. Meskipun demikian, upaya untuk mendapatkan teknologi pengolahan limbah
deterjen telah banyak dilakukan orang, diantaranya: (a) metode sedimentasi, (b)
metode adsorpsi, (c) metode biodegradasi, dan (d) metode elektroflotasi.
a)
Metode Sedimentasi
Deterjen
dapat diendapkan dengan reaksi penggaraman menggunakan ion-ion logam alkali
tanah. Hasil pengendapan terbaik ialah menggunakan koagulan larutan Ca(OH)2,
yang mampu mereduksi deterjen sebesar 75,5% (Yusuf Izidin, 2001). Larutan
tersebut cukup efisien karena ion Ca2+ dengan konsentrasi hanya 5-6 ppm, sudah
dapat mengendapkan limbah deterjen berapapun konsentrasinya (Sumarno dkk.,
1996). Hal yang lebih menarik adalah dapat diendapkannya limbah deterjen
domestik (anionik) dengan limbah deterjen dari industri tekstil (kationik).
Keduanya dapat terbentuk reaksi penggaraman, menghasilkan endapan putih dengan
kecepatan sedimentasi mengikuti persamaan y = 0,0022x2 – 0,1301x + 2,2315
(Faidur, 2004).
b)
Metode adsorpsi
Bahan
pengadsorpsi (adsorben) seperti arang aktif, zeolit aktif, silika, alumina,
tanah diatomae, mampu mereduksi limbah deterjen. Campuran dari arang dan zeolit
aktif, mampu mengadsorpsi limbah deterjen secara optimum pada perbandingan
arang : zeolit = 2:3 (b/b) (Cholil, M., 1998). Akar tanaman berair, seperti
eceng gondok, gulma itik (duckweed) maupun jenis alang-alang, juga mampu
mengadsorpsi polutan yang terlarut diperairan. Dalam (Faidur, 2004).
c)
Metode Biodegradasi
Salah
satu cara mereduksi limbah deterjen secara biologis untuk skala kecil dan
menengah adalah metode RBC. Dalam metode ini dibuat sistem dimana mikroba
menempel dan tumbuh pada permukaan piring/disk dengan tujuan untuk stabilisasi
limbah. Piring-piring ini sebagian tercelup pada cairan limbah dan berputar
dengan kecepatan tertentu. Pada sistem tersebut, bakteri mengadsorpsi dan
mengasimilasi senyawa organik terlarut, sehingga air hasil olahan mengalir
keluar dari RBC menuju bak klarifikasi untuk penghilangan padatan tersuspensi.
Metode RBC mampu mereduksi padatan terlarut sebesar 26% dan COD maupun sebesar
18% (Klees dan Silverstein, 1992). Dalam (Faidur, 2004).
d)
Metode elektroflotasi
Metode
elektroflotasi adalah teknik pengolahan limbah deterjen menggunakan system
elektrolisis. Karena limbah deterjen domestic umunya adalah berjenis anionic
(bermuatan negative), maka arus DC sebesar 2 – 5 mA yang dialirkan pada limbah
tersebut, menyebabkan deterjen menempel pada anoda. Oleh karena ganguan pengukuran pH pada sampel larutan
deterjen disebabkan oleh teradsorpsinya molekul deterjen di atas permukaan
elektroda gelas, maka dilanjutkan penelitian dengan judul Kinetika adsorpsi
deterjen Na-Lauril Sulfat di permukaan elektroda gelas. (Faidur, 1995) Secara
tidak sengaja, untuk sample dengan kadar deterjen cukup tinggi (> 0,1 N),
akan tebentuk lapisan deterjen menempel di permukaan elektroda gelas.
Penelitian ini dilanjutkan dengan menggunakan berbagai macam elektroda logam. Dalam (Faidur, 2004).
KESIMPULAN
Deterjen
adalah pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi,
Deterjen tersebut bisa membuat biota yang ada pada perairan menjadi terganggu. Kandungan
deterjen yang cukup tinggi dalam air dapat menyebabkan pengurangan kadar
oksigen. Pada konsentrasi 0,5 mg/liter deterjen sudah mempu membentuk busa
sehingga menghambat difusi oksigen dari udara ke permukaan badan air. Metode
untuk mendapatkan teknologi pengolahan limbah deterjen, diantaranya: (a) metode
sedimentasi, (b) metode adsorpsi, (c) metode biodegradasi, dan (d) metode
elektroflotasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Komarawidjaja, W. (2011).
Kontribusi Limbah Deterjen Terhadap Status Kehidupan Perairan Di DAS Citarum
Hulu. Jurnal Teknologi Lingkungan, 5(3).
Radhi, M., & Faumi, R.
(2019). PENGARUH LIMBAH DETERGEN TERHADAP KESEHATAN IKAN.
https://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:fedQQDfNGecJ:scholar.google.com/+limbah+detergen&hl=id&as_sdt=0,5 (diakses 21/02/2020)
Rochman, F. (2009).
Pembuatan IPAL mini untuk limbah deterjen domestik. Jurnal Penelitian Eksakta,
8(2), 134-142.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/06%20vol%207%20no%202%20Agts%202009%20FST%20_faidur%20rohman_%20125-133.pdf (diakses 21/02/2020)
Yuliani, R. L., Purwanti,
E., & Pantiwati, Y. Effect of Waste Laundry Detergent Industry Against
Mortality and Physiology Index of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus). In
Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning
(Vol. 12, No. 1, pp. 822-828).
https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/viewFile/7104/6332 (diakses 21/02/2020)
@Q03_ika
BalasHapusApa dampak buruk dari pembuangan limbah datergen
Terimakasih