.

Jumat, 21 Februari 2020

Metode Instalasi untuk Pengolahan Limbah Detergen


Metode Instalasi untuk Pengolahan Limbah Detergen



Abstrak :
Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dapat memberikan dampak negatif pada biota yang hidup di laut ataupun sungai. Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Kata Kunci : Detergen, Pencemaran air, Metode

PENDAHULUAN
Deterjen merupakan bahan pencuci yang efektf karena didalamnya terkandung satau atau lebih surfactant yang dibuat oleh minyak bumi, bahan kimia seperti : Sulfur, natrium , kalium , ethylene, alkohol, dll. Deterjen sintetik yang pertama ditemukan pada akhir perang dunia kedua disebut sebagai senyawa Alkil benzin Sulfonat (Komarawidjaja, W. (2011).

Umumnya detergen tersusun atas tiga komponen yaitu, surfaktan (sebagai bahan dasar detergen) sebesar 20-30%, builders (senyawa fosfat) sebesar 70-80 %, dan bahan aditif (pemutih dan pewangi) yang relative sedikit yaitu 2-8%. Surface Active Agent (surfaktan) pada detergen digunakan untuk proses pembasahan dan pengikat kotoran, sehingga sifat dari detergen dapat berbeda tergantung jenis surfaktannya (Yuliani, R. L., Purwanti, E., & Pantiwati, Y. ) dalam (Kirk dan Othmer, 1982).

Selanjutnya, secara sederhana, deterjen dapat digolongkan kedalam deterjen anionik dan kationik. Hampir semua jenis deterjen untuk penggunaan rumah tangga termasuk kelompok deterjen anionik (>75%), sedangan deterjen kationik lebih banya dipakai oleh kegiatan industri, pertambangan dan perkapalan. Oleh karena itu, tidak mengherankan, pencemaran deterjen lebih dominan berasal dari limbah deterjen anionik.

Namun dilain pihak, beberapa laporan mengungkapkan bahwa penggunaan deterjen yang berlebih dan terbuang ke lingungan perairan, pada akhirnya akan sangat membahayakan bentuk bentuk kehidupan perairan diseitarnya. Hal itu dapat terjadi karena tingginya konsentrasi limbah deterjen yang masuk e perairan, komposisi deterjen yang mengandung bahan toksik dan perlahannya roses dekomposisi. (Komarawidjaja, W. (2011).

Limbah detergen ini akan menyebabkan turunnya kualitas bahan baku mutu perairan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan keanekaragaman biota air salah satunya kematian beberapa spesies ikan yang berada di ekosistem perairan. Menurut Tugiyono (2009) Ikan merupakan salah satu hewan uji yang digunakan sebagai bioindikator adanya tekanan perubahan lingkungan khususnya di perairan (Yuliani, R. L., Purwanti, E., & Pantiwati, Y. ).

Adanya limbah deterjen perlu diwaspasdai karena kandungan bahan aktif yang ada di dalam bahan deterjen dapat menganggu kesehatan. Dampak pada manusia antara lain iritasi pada kulit dan mata, serta kerusakan pada ginjal dan empedu (Sugai et al., 1990). Adapun bagi hewan antara lain gangguan imun pada marmut Rizt, et al., 1993). Konsentrasi mematikan 50% (LC50) pada deterjen adalah 0,3-60 ppm. Rentang nilai LC50 yang cukup lebar itu sangat dipengaruhi oleh jenis dan struktur deterjennya (McCormick et al., 1991). Dalam (Rochman, F. (2009).

Kandungan deterjen yang cukup tinggi dalam air dapat menyebabkan pengurangan kadar oksigen. Pada konsentrasi 0,5 mg/liter deterjen sudah mempu membentuk busa sehingga menghambat difusi oksigen dari udara ke permukaan badan air.


Beberapa Metode yang dapat dilakukan untuk Instalasi Pengolahan Air Limbah Detergen :
Deterjen tergolong sukar diolah, baik disaring, diendapkan, diadsorpsi maupun teknik reduksi lainnya. Meskipun demikian, upaya untuk mendapatkan teknologi pengolahan limbah deterjen telah banyak dilakukan orang, diantaranya: (a) metode sedimentasi, (b) metode adsorpsi, (c) metode biodegradasi, dan (d) metode elektroflotasi.

a) Metode Sedimentasi
Deterjen dapat diendapkan dengan reaksi penggaraman menggunakan ion-ion logam alkali tanah. Hasil pengendapan terbaik ialah menggunakan koagulan larutan Ca(OH)2, yang mampu mereduksi deterjen sebesar 75,5% (Yusuf Izidin, 2001). Larutan tersebut cukup efisien karena ion Ca2+ dengan konsentrasi hanya 5-6 ppm, sudah dapat mengendapkan limbah deterjen berapapun konsentrasinya (Sumarno dkk., 1996). Hal yang lebih menarik adalah dapat diendapkannya limbah deterjen domestik (anionik) dengan limbah deterjen dari industri tekstil (kationik). Keduanya dapat terbentuk reaksi penggaraman, menghasilkan endapan putih dengan kecepatan sedimentasi mengikuti persamaan y = 0,0022x2 – 0,1301x + 2,2315 (Faidur, 2004).

b) Metode adsorpsi
Bahan pengadsorpsi (adsorben) seperti arang aktif, zeolit aktif, silika, alumina, tanah diatomae, mampu mereduksi limbah deterjen. Campuran dari arang dan zeolit aktif, mampu mengadsorpsi limbah deterjen secara optimum pada perbandingan arang : zeolit = 2:3 (b/b) (Cholil, M., 1998). Akar tanaman berair, seperti eceng gondok, gulma itik (duckweed) maupun jenis alang-alang, juga mampu mengadsorpsi polutan yang terlarut diperairan.  Dalam (Faidur, 2004).

c) Metode Biodegradasi
Salah satu cara mereduksi limbah deterjen secara biologis untuk skala kecil dan menengah adalah metode RBC. Dalam metode ini dibuat sistem dimana mikroba menempel dan tumbuh pada permukaan piring/disk dengan tujuan untuk stabilisasi limbah. Piring-piring ini sebagian tercelup pada cairan limbah dan berputar dengan kecepatan tertentu. Pada sistem tersebut, bakteri mengadsorpsi dan mengasimilasi senyawa organik terlarut, sehingga air hasil olahan mengalir keluar dari RBC menuju bak klarifikasi untuk penghilangan padatan tersuspensi. Metode RBC mampu mereduksi padatan terlarut sebesar 26% dan COD maupun sebesar 18% (Klees dan Silverstein, 1992). Dalam (Faidur, 2004).

d) Metode elektroflotasi
Metode elektroflotasi adalah teknik pengolahan limbah deterjen menggunakan system elektrolisis. Karena limbah deterjen domestic umunya adalah berjenis anionic (bermuatan negative), maka arus DC sebesar 2 – 5 mA yang dialirkan pada limbah tersebut, menyebabkan deterjen menempel pada anoda. Oleh karena ganguan pengukuran pH pada sampel larutan deterjen disebabkan oleh teradsorpsinya molekul deterjen di atas permukaan elektroda gelas, maka dilanjutkan penelitian dengan judul Kinetika adsorpsi deterjen Na-Lauril Sulfat di permukaan elektroda gelas. (Faidur, 1995) Secara tidak sengaja, untuk sample dengan kadar deterjen cukup tinggi (> 0,1 N), akan tebentuk lapisan deterjen menempel di permukaan elektroda gelas. Penelitian ini dilanjutkan dengan menggunakan berbagai macam elektroda logam.  Dalam (Faidur, 2004).

KESIMPULAN
Deterjen adalah pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi, Deterjen tersebut bisa membuat biota yang ada pada perairan menjadi terganggu. Kandungan deterjen yang cukup tinggi dalam air dapat menyebabkan pengurangan kadar oksigen. Pada konsentrasi 0,5 mg/liter deterjen sudah mempu membentuk busa sehingga menghambat difusi oksigen dari udara ke permukaan badan air. Metode untuk mendapatkan teknologi pengolahan limbah deterjen, diantaranya: (a) metode sedimentasi, (b) metode adsorpsi, (c) metode biodegradasi, dan (d) metode elektroflotasi.


DAFTAR PUSTAKA

Komarawidjaja, W. (2011). Kontribusi Limbah Deterjen Terhadap Status Kehidupan Perairan Di DAS Citarum Hulu. Jurnal Teknologi Lingkungan, 5(3).

Radhi, M., & Faumi, R. (2019). PENGARUH LIMBAH DETERGEN TERHADAP KESEHATAN IKAN.


Rochman, F. (2009). Pembuatan IPAL mini untuk limbah deterjen domestik. Jurnal Penelitian Eksakta, 8(2), 134-142.

Yuliani, R. L., Purwanti, E., & Pantiwati, Y. Effect of Waste Laundry Detergent Industry Against Mortality and Physiology Index of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus). In Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning (Vol. 12, No. 1, pp. 822-828).



1 komentar:

  1. @Q03_ika

    Apa dampak buruk dari pembuangan limbah datergen


    Terimakasih

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.