.

Jumat, 27 September 2019

Industri Pigmen

Industri Pigmen
Oleh : Wening Suciati (@P0-5-WENING)
Abstrak
Pada umumnya pewarna sintetis memiliki beberapa keunggulan antara lain; jenis warna beragam dengan rentang warna luas, ketersediaan terjamin, cerah, stabil, tidak mudah luntur, tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan, daya mewarnai kuat, mudah diperoleh, murah, ekonomis, dan mudah digunakan. Namun demikian penggunaan pewarna sintetis dapat menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan serta berpengaruh kurang baik terhadap semua bentuk kehidupan. Pewarna alami bersifat tidak beracun, mudah terurai, dan ramah lingkungan. Sumber utama pewarna alami adalah tumbuhan dan mikroorganisme, warna yang dihasilkan beragam seperti; merah, oranye, kuning, biru, dan coklat. Kelompok penting senyawa kimia pewarna alami adalah karotenoid, flavonoid, tetrapirroles, dan xantofil. Pewarna alami dapat digunakan pada industri tekstil, makanan, farmasi, kosmetik, kerajinan dan penyamakan kulit. Peningkatan kepedulian terhadap kesehatan dan lingkungan, menjadikan pewarna alami sebagai pewarna yang dianjurkan, disamping itu produk industri dengan pewarna alami memiliki pasar yang baik.
Kata Kunci: pewarna alami, sumber, senyawa kimia, kegunaan

I.    Pendahuluan
Beragamnya selera konsumen terhadap warna suatu produk, menjadikan produsen
memvariasikan warna produk yang dibuat. Kemajuan teknologi mampu menciptakan
ketersediaan warna terjamin, jenis warna beragam dan lebih praktis serta lebih mudah
digunakan serta lebih ekonomis dan lebih murah. Di samping itu pewarna sintetis, lebih stabil, lebih tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan, daya  mewarnainya lebih kuat dan memiliki rentang warna yang lebih luas serta tidak mudah luntur dan berwarna cerah, Zat pewarna alami mempunyai warna yang indah dan khas yang sulit ditiru
dengan zat pewarna sintetik, sehingga banyak disukai. Sebagian besar bahan
pewarna alami diambil dari tumbuh-tumbuhan merupakan pewarna yang mudah
terdegradasi. Bagian-bagian tanaman yang dapat dipergunakan untuk pewarna
alami adalah kulit, ranting, batang, daun, akar, biji, bunga, dan getah. Beberapa
zat pewarna alami yang terdapat disekitar kita seperti klorofil, karetonoid, tanin,
dan antosianin (Anonimous, 2008). Tanin yang merupakan merupakan pigmen
yang memberikan warna kuning, dan merupakan salah satu zat pewarna alami
yang tersebar luas dalam tumbuh-tumbuhan (Anonimous, 2008).  Salah satu tumbuhan yang mengandung zat warna alami adalah Jamblang. Tumbuhan Jamblang (Syzygium cumini) merupakan tumbuhan pelindung dan penghijauan yang banyak terdapat di daerah tropis, termasuk salah satu diantaranya di daerah Nanggroe Aceh Darussalam. Kulit kayunya menghasilkan zat penyamak (tanin) dan dimanfaatkan untuk mewarnai (ubar) jala (Heyne, 1988: 151). Pembuatan bahan pewarna alami sudah dilakukan sejak dahulu. Sebagian besar dibuat dengan cara ekstraksi/perebusan dan hasilnya masih dalam bentuk larutan. Seperti hasil ekstraksi lainnya, bahan pewarna yang dihasilkan dalam bentuk larutan masih banyak kekurangannya diantaranya tidak tahan disimpan
dalam waktu relatif lama pada suhu kamar. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya
jamur dan konsentrasi larutan tidak seragam, sehingga konsistensi warna sulit
dicapai, dan dalam pendistribusiannya tidak praktis.

II.      Pembahasan
Zat warna alami adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah sejak dahulu digunakan untuk pewarna makanan dan sampai sekarang umumnya penggunaannya dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis. Selain itu penelitian toksikologi zat warna alami masih agak sulit karena zat warna ini umumnya terdiri dari campuran dengan senyawa-senyawa alami lainnya. Misalnya, untuk zat warna alami asal tumbuhan, bentuk dan  2 kadarnya berbeda-beda dipengaruhi faktor jenis tumbuhan, iklim, tanah, umur dan faktor lainnya. Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat menggolongkan zat warna alami ke dalam golongan zat warna yang tidak memerlukan sertifikat.

2.1  Pigmen Antosianin
Buah naga atau yang dalam bahasa latin disebut dengan hylocereus polyrhizus adalah sejenis buah yang tumbuh dari jenis tanaman kaktus dari marga hylocereus dan selenicereus. Buah naga berasal dari daerah Amerika Tengah, Amerika Selatan dan meksiko kemudian menyebar ke penjuru dunia salah satunya adalah Indonesia. Buah naga banyak di budidayakan di Negara-negara asia seperti Filipina, Vietnam, Taiwan dan Malaysia. Selain itu buah naga juga banyak dijumpai di berbagai wilayah seperti Israel, Australia, Okinawa dan Cina. Buah naga dapat tumbuh subur di daerah yang memiliki iklim tropis, sub tropis bahkan iklim kering. Karena buah naga adalah tumbuhan sejenis kaktus, maka tanaman ini mampu hidup pada cuaca yang agak
panas (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2014). Antosianin adalah pigmen berwarna merah, ungu, dan biru yang terdapat pada seluruh tumbuhan kecuali fungus, dan hanya pigmen antosianin yang dapat memberikan spectrum warna penuh yang dapat terlihat, dan dimanfaatkan sebagai pewarna. Sebagian besar antosianin dalam bentuk glikosida, biasanya mengikat satu atau dua unit gula seperti glukosa, galaktosa, ramnosa, dan silosa. Jika monoglikosida, maka bagian gula hanya terikat pada posisi 3, dan pada posisi 3 dan 5 bila merupakan diglikosida dan bagian aglikionnya disebut antosianidin. Sebagian besar antosianin berwarna kemerahan dalam larutan asam, tetapi menjadi
ungu dan biru dengan meningkatnya PH yang akhirnya rusak dalam larutan alkali kuat (Chen, 2015).

2.2         Manfaat dari Buah Naga
Buah naga atau dengan nama lain disebut buah pitaya memiliki beragam manfaat. Buah ini mempunyai lima jenis varian dengan peluang yang baik untuk dikembangkan di Indonesia, salah satunya adalah buah naga dengan jenis buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus). Selain manfaat yang ditemukan pada daging buahnya, kulit buah pitaya juga mengandung zat-zat yang dapat memberikan manfaat. Seringkali orang beranggapan bahwa kulit buahnya tidak dapat dimanfaatkan dan akhirnya dibuang. Padahal banyak sekali manfaat yang bisa diambil dari kulit buah pitaya. Dewasa ini, telah dilakukan berbagai penelitian pada kulit buahnya. Beberapa penelitian telah berhasil mengungkap kandungan dalam kulit buah naga. Kulit buah naga ternyata mengandung antosianin . Antosianin adalah senyawa fenolik yang termasuk flavanoid, bersifat larut dalam air dan ditemukan di berbagai jenis tanaman. Antosianin ini mengakibatkan warna merah-ungu pada bunga dan buah-buahan. Pada kehidupan sehari-hari, antosianin berfungsi sebagai zat warna alami. Karakteristik antosianin sebagai zat pewarna alami, memberikan manfaat sebagai antioksidan bagi tubuh.
Antosianin dapat mencegah terjadinya aterosklerosis, penyakit penyumbatan pembuluh darah. Antosianin bekerja menghambat proses aterogenesis dengan mengoksidasi lemak jahat dalam tubuh, yaitu lipoprotein densitas rendah. Dari hasil percobaan, ekstraksi pigmen antosianin pada kulit buah naga daging merah menghasilkan kadar antosianin yang besar yaitu 22,59335 ppm. Hal ini disebabkan karena kulit buah
naga daging merah memiliki pigmen antosianin yang memberikan warna cerah. Kulit buah naga merah ditemukan mengandung pigmen antosianin berjenis sianidin 3-ramnosil glukosida 5-glukosida Selain mengandung antosianin, pengujian dengan metode fitokimia Fourier Transform Infrared (FTIR), kulit buah naga merah ditemukan positif mengandung senyawa alkaloid, steroid, saponin, dan tanin serta vitamin C. Alkaloid adalah senyawa basa bernitrogen yang dihasilkan tumbuhan atau bahan tumbuhan yang mengandung nitrogen dan larut dalam air. Alkaloid sering kali
bersifat optis aktif, dan kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar. Alkanoid berfungsi untuk untuk memacu sistem saraf, menaikkan atau menurunkan tekanan darah, dan melawan infeksi mikrobia. Steroid merupakan penyusun antosianin yang berfungsi sebagai zat warna alami. Sementara saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Saponin ini memiliki manfaat untuk menstimulasi jaringan tertentu seperti epitel hidung, bronkus, dan ginjal.


Daftar Pustaka
Pujilestari, Titiek (2015)
Bahri, Syamsul, Jalaluddin, Rosnita,Jurnal Teknologi Kimia Unimal 6 : 1 (Mei 2017)
Koswara, Sutrisno (2009)
Ermadayanti, Wahida Annisa (2018)
Kumbara, Aris, Tri Mulyanto, dkk (2015)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.