Industri Pigmen
Oleh : Wening Suciati (@P0-5-WENING)
Abstrak
Pada umumnya pewarna sintetis memiliki beberapa keunggulan antara lain;
jenis warna beragam dengan rentang warna luas, ketersediaan terjamin, cerah,
stabil, tidak mudah luntur, tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan, daya
mewarnai kuat, mudah diperoleh, murah, ekonomis, dan mudah digunakan. Namun
demikian penggunaan pewarna sintetis dapat menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan
serta berpengaruh kurang baik terhadap semua bentuk kehidupan. Pewarna alami
bersifat tidak beracun, mudah terurai, dan ramah lingkungan. Sumber utama
pewarna alami adalah tumbuhan dan mikroorganisme, warna yang dihasilkan beragam
seperti; merah, oranye, kuning, biru, dan coklat. Kelompok penting senyawa
kimia pewarna alami adalah karotenoid, flavonoid, tetrapirroles, dan xantofil.
Pewarna alami dapat digunakan pada industri tekstil, makanan, farmasi,
kosmetik, kerajinan dan penyamakan kulit. Peningkatan kepedulian terhadap
kesehatan dan lingkungan, menjadikan pewarna alami sebagai pewarna yang
dianjurkan, disamping itu produk industri dengan pewarna alami memiliki pasar
yang baik.
Kata Kunci: pewarna alami, sumber, senyawa kimia, kegunaan
I.
Pendahuluan
Beragamnya selera konsumen terhadap warna suatu produk, menjadikan
produsen
memvariasikan warna produk yang dibuat. Kemajuan teknologi mampu
menciptakan
ketersediaan warna terjamin, jenis warna beragam dan lebih praktis serta
lebih mudah
digunakan serta lebih ekonomis dan lebih murah. Di samping itu pewarna
sintetis, lebih stabil, lebih tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan,
daya mewarnainya lebih kuat dan memiliki
rentang warna yang lebih luas serta tidak mudah luntur dan berwarna cerah,
Zat pewarna alami mempunyai warna yang indah
dan khas yang sulit ditiru
dengan zat pewarna sintetik, sehingga banyak disukai. Sebagian besar
bahan
pewarna alami diambil dari tumbuh-tumbuhan merupakan pewarna yang mudah
terdegradasi. Bagian-bagian tanaman yang dapat dipergunakan untuk
pewarna
alami adalah kulit, ranting, batang, daun, akar, biji, bunga, dan getah.
Beberapa
zat pewarna alami yang terdapat disekitar kita seperti klorofil,
karetonoid, tanin,
dan antosianin (Anonimous, 2008). Tanin yang merupakan merupakan pigmen
yang memberikan warna kuning, dan merupakan salah satu zat pewarna alami
yang tersebar luas dalam tumbuh-tumbuhan (Anonimous, 2008). Salah satu tumbuhan yang mengandung zat warna
alami adalah Jamblang. Tumbuhan Jamblang (Syzygium cumini) merupakan tumbuhan
pelindung dan penghijauan yang banyak terdapat di daerah tropis, termasuk salah
satu diantaranya di daerah Nanggroe Aceh Darussalam. Kulit kayunya menghasilkan
zat penyamak (tanin) dan dimanfaatkan untuk mewarnai (ubar) jala (Heyne, 1988: 151).
Pembuatan bahan pewarna alami sudah dilakukan sejak dahulu. Sebagian besar
dibuat dengan cara ekstraksi/perebusan dan hasilnya masih dalam bentuk larutan.
Seperti hasil ekstraksi lainnya, bahan pewarna yang dihasilkan dalam bentuk
larutan masih banyak kekurangannya diantaranya tidak tahan disimpan
dalam waktu relatif lama pada suhu kamar. Hal ini dapat menyebabkan
timbulnya
jamur dan konsentrasi larutan tidak seragam, sehingga konsistensi warna
sulit
dicapai, dan dalam pendistribusiannya tidak praktis.
II.
Pembahasan
Zat warna alami adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan,
hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah sejak dahulu
digunakan untuk pewarna makanan dan sampai sekarang umumnya penggunaannya
dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis. Selain itu penelitian
toksikologi zat warna alami masih agak sulit karena zat warna ini umumnya terdiri
dari campuran dengan senyawa-senyawa alami lainnya. Misalnya, untuk zat warna
alami asal tumbuhan, bentuk dan 2 kadarnya
berbeda-beda dipengaruhi faktor jenis tumbuhan, iklim, tanah, umur dan faktor
lainnya. Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat menggolongkan zat
warna alami ke dalam golongan zat warna yang tidak memerlukan sertifikat.
2.1
Pigmen Antosianin
Buah naga atau yang dalam bahasa latin disebut dengan hylocereus
polyrhizus adalah sejenis buah yang tumbuh dari jenis tanaman kaktus dari marga
hylocereus dan selenicereus. Buah naga berasal dari daerah Amerika Tengah,
Amerika Selatan dan meksiko kemudian menyebar ke penjuru dunia salah satunya
adalah Indonesia. Buah naga banyak di budidayakan di Negara-negara asia seperti
Filipina, Vietnam, Taiwan dan Malaysia. Selain itu buah naga juga banyak
dijumpai di berbagai wilayah seperti Israel, Australia, Okinawa dan Cina. Buah
naga dapat tumbuh subur di daerah yang memiliki iklim tropis, sub tropis bahkan
iklim kering. Karena buah naga adalah tumbuhan sejenis kaktus, maka tanaman ini
mampu hidup pada cuaca yang agak
panas (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2014). Antosianin adalah pigmen berwarna merah, ungu, dan biru yang
terdapat pada seluruh tumbuhan kecuali fungus, dan hanya pigmen antosianin yang
dapat memberikan spectrum warna penuh yang dapat terlihat, dan dimanfaatkan
sebagai pewarna. Sebagian besar antosianin dalam bentuk glikosida, biasanya
mengikat satu atau dua unit gula seperti glukosa, galaktosa, ramnosa, dan
silosa. Jika monoglikosida, maka bagian gula hanya terikat pada posisi 3, dan
pada posisi 3 dan 5 bila merupakan diglikosida dan bagian aglikionnya disebut
antosianidin. Sebagian besar antosianin berwarna kemerahan dalam larutan asam,
tetapi menjadi
ungu dan biru dengan meningkatnya PH yang akhirnya rusak dalam larutan
alkali kuat (Chen, 2015).
2.2
Manfaat dari Buah Naga
Buah naga atau dengan nama lain disebut buah pitaya memiliki beragam
manfaat. Buah ini mempunyai lima jenis varian dengan peluang yang baik untuk
dikembangkan di Indonesia, salah satunya adalah buah naga dengan jenis buah
naga daging merah (Hylocereus polyrhizus). Selain manfaat yang ditemukan pada
daging buahnya, kulit buah pitaya juga mengandung zat-zat yang dapat memberikan
manfaat. Seringkali orang beranggapan bahwa kulit buahnya tidak dapat dimanfaatkan
dan akhirnya dibuang. Padahal banyak sekali manfaat yang bisa diambil dari
kulit buah pitaya. Dewasa ini, telah dilakukan berbagai penelitian pada kulit
buahnya. Beberapa penelitian telah berhasil mengungkap kandungan dalam kulit
buah naga. Kulit buah naga ternyata mengandung antosianin . Antosianin adalah
senyawa fenolik yang termasuk flavanoid, bersifat larut dalam air dan ditemukan
di berbagai jenis tanaman. Antosianin ini mengakibatkan warna merah-ungu pada
bunga dan buah-buahan. Pada kehidupan sehari-hari, antosianin berfungsi sebagai
zat warna alami. Karakteristik antosianin sebagai zat pewarna alami, memberikan
manfaat sebagai antioksidan bagi tubuh.
Antosianin dapat mencegah terjadinya aterosklerosis, penyakit
penyumbatan pembuluh darah. Antosianin bekerja menghambat proses aterogenesis
dengan mengoksidasi lemak jahat dalam tubuh, yaitu lipoprotein densitas rendah.
Dari hasil percobaan, ekstraksi pigmen antosianin pada kulit buah naga daging
merah menghasilkan kadar antosianin yang besar yaitu 22,59335 ppm. Hal ini
disebabkan karena kulit buah
naga daging merah memiliki pigmen antosianin yang memberikan warna
cerah. Kulit buah naga merah ditemukan mengandung pigmen antosianin berjenis
sianidin 3-ramnosil glukosida 5-glukosida Selain mengandung antosianin,
pengujian dengan metode fitokimia Fourier Transform Infrared (FTIR), kulit buah
naga merah ditemukan positif mengandung senyawa alkaloid, steroid, saponin, dan
tanin serta vitamin C. Alkaloid adalah senyawa basa bernitrogen yang dihasilkan
tumbuhan atau bahan tumbuhan yang mengandung nitrogen dan larut dalam air.
Alkaloid sering kali
bersifat optis aktif, dan kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya
sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar. Alkanoid
berfungsi untuk untuk memacu sistem saraf, menaikkan atau menurunkan tekanan
darah, dan melawan infeksi mikrobia. Steroid merupakan penyusun antosianin yang
berfungsi sebagai zat warna alami. Sementara saponin adalah jenis glikosida
yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Saponin ini memiliki manfaat untuk
menstimulasi jaringan tertentu seperti epitel hidung, bronkus, dan ginjal.
Daftar
Pustaka
Pujilestari, Titiek (2015)
Bahri, Syamsul, Jalaluddin, Rosnita,Jurnal Teknologi
Kimia Unimal 6 : 1 (Mei 2017)
Koswara, Sutrisno (2009)
Ermadayanti, Wahida Annisa
(2018)
Kumbara, Aris, Tri Mulyanto,
dkk (2015)
Dalam : file:///C:/Users/bangkit%20haryo/Downloads/PENGARUHWAKTUDANKADARPELARUTTERHADAPPIGMENANTOSIANIN.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.