A.
Pelumas
Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan,
yang diberikan di antara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi yang memiliki
suhu 105-135 derajat celcius. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang
memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari
90% minyak dasar
dan 10% zat tambahan. Salah satu penggunaan pelumas paling utama adalah oli mesin yang dipakai pada mesin
pembakaran dalam.
B.
Fungsi pelumas
menurut Shell Lubricants Technical Advisor Indonesia,
Shofwatuzzaki, ada lima faktor yang membuat pelumas mesin
menjadi vital.
1.
Pelumas diperlukan
untuk melumasi permukaan komponen, mereduksi gesekan, dan memperpanjang usia
komponen.
2.
pelumas juga
berperan melindungi mesin kendaraan.fungsi utamanya adalah melindungi mesin
dari efek zat kimia yang berpotensi menimbulkan korosi.
3.
pelumas juga
bermanfaat sebagai cairan pembersih mesin. Pelumas mengandung zat khusus yang membantu mencegah
partikel kotoran yang menempel. ”Kotoran itu bisa membentuk kerak sehingga
berpengaruh performa mesin,” papar Zaki.
4.
mendinginkan mesin juga menjadi tugas pelumas.
Suhu mesin dapat terjaga dan stabil berkat pelumas yang
tepat.
C.
Kebutuhan Pelumas
Asosiasi Pelumas Indonesia (Aspelindo)
berharap setelah wajib SNI pelumas otomotif diberlakukan
pada tahun ini, kebutuhan pelumas di dalam negeri bisa dipenuhi hingga nyaris
100 persen oleh produsen lokal.
Menurut data Aspelindo, kapasitas terpasang produksi pelumas berdasarkan Lube Oil Blending Plant (LOBP) mencapai 1,8 juta kiloliter per tahun. Dari total kapasitas itu produksi yang baru termanfaatkan sebesar 40 persen (720 ribu kiloliter).
Salah satu kendala pemanfaatan produksi tidak bisa ditingkatkan sebab pelumas impor banyak beredar di Indonesia. Selain itu, ekspor dari produsen lokal juga belum terbuka lebar.
Aspelindo menyebut sebenarnya produksi pelumas dalam negeri sanggup memenuhi seluruh kebutuhan di dalam negeri yang tercatat 950 ribu kiloliter pada 2018. Namun pada kenyataannya kebutuhan itu baru terpenuhi 75 persen dari produsen lokal dan selebihnya impor dari luar negeri.
Menurut data Aspelindo, kapasitas terpasang produksi pelumas berdasarkan Lube Oil Blending Plant (LOBP) mencapai 1,8 juta kiloliter per tahun. Dari total kapasitas itu produksi yang baru termanfaatkan sebesar 40 persen (720 ribu kiloliter).
Salah satu kendala pemanfaatan produksi tidak bisa ditingkatkan sebab pelumas impor banyak beredar di Indonesia. Selain itu, ekspor dari produsen lokal juga belum terbuka lebar.
Aspelindo menyebut sebenarnya produksi pelumas dalam negeri sanggup memenuhi seluruh kebutuhan di dalam negeri yang tercatat 950 ribu kiloliter pada 2018. Namun pada kenyataannya kebutuhan itu baru terpenuhi 75 persen dari produsen lokal dan selebihnya impor dari luar negeri.
D.
Perkembangaan Industri
Pelumas
Industri pelumas di Indonesia menunjukkan
perkembangan pesat seiring peningkatan permintaan untuk angkutan darat, laut,
maupun udara. Peningkatan industri ini juga didukurig perkembangan sektor
industri di Indonesia dari sisi produksi dan konstruksi.
"Pembangunan pabrik minyak pelumas Shell di Indonesia merupakan pabrik keenam di negara-negara ASEAN setelah Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Vietnam dengan luas tanah sekitar 75 ribu meter persegi dan kapasitas produksi sebesar 120 ribu ton per tahun, dan total investasi sekitar US$150 juta-USS200 juta," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat di sela-sela ground breaking pembangunan pabrik minyak Pelumas Shell di Jakarta, Selasa (20/8).
Pada kesempatan tersebut, Hidayat mengapresiasi Shell atas pembangunan pabrik minyak pelumasnya yang pertama di Indonesia. Kehadiran industri pelumas ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengembangan industri pelumas nasional. Memacu industri sejenis untuk selalu melakukan inovasi dan mengembangkan teknologi produksi sehingga menghasilkan produk pelumas yang andal di Indonesia dan dunia.
"Kami mengucapkan terima kepada Shell telah memilih Indonesia sebagai tempat untuk berinvestasi sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan akan menumbuhkan perekonomian nasional. Di samping itu, kami juga mendukung Shell yang akan menerapkan program pemerintah dalam mengembangkan industri berwawasan lingkungan atau industri hijau dengan mewujudkan komitmen sustainable development," ujar dia.
Berdasarkan data Kemenperin, saat ini, terdapat lebih dari 200 produsen pelumas di Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah terutama di Pulau Jawa. Kapasitas produksi terpasang mencapai 700 ribu kiloliter per tahun dengan nilai omzet diperkirakan mencapai lebih dari Rp7 triliun.
Potensi produksi pelumas yang tinggi tersebut akan dapat mendorong ekspor pelumas ke negara-negara ASEAN, Jepang, China, Korea Selatan, Timur Tengah, maupun Uni Eropa. Hidayat mengatakan industri pelumas saat ini mendapat tantangan dengan bahan baku dan bahan aditif yang sebagian besar masih diimpor. Hal ini menjadikan industri pelumas di Indonesia masih sebatas formulas! dan pencampuran (compounding), belum terintegrasi antara industri hulu (upstream) dan hilir (downstream).
Oleh sebab itu, perlu menjaga rantai pasok bahan bakar sehingga menghasilkan pelumas yang terintegrasi dengan minyak dan minyak dasar pelumas (lube base oil).
"Tantangan ini perlu dijawab oleh para investor dengan membuka atau ekspansi pabrik demi memenuhi kebu-tuhan dalam negeri dan ekspor," ucapnya.
Di samping itu industri pelumas juga menghadapi tantangan dalam pengelolaan limbah karena menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun, serta pengembangan teknologi produk agar konsumsi energi menurun dan menghasilkan produk yang inovatif.
Hidayat berharap, Shell dapat menjawab tantangan yang dihadapi industri pelumas sehingga mengurangi ketergantungan atas bahan baku dan aditif impor.
"Pembangunan pabrik minyak pelumas Shell di Indonesia merupakan pabrik keenam di negara-negara ASEAN setelah Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Vietnam dengan luas tanah sekitar 75 ribu meter persegi dan kapasitas produksi sebesar 120 ribu ton per tahun, dan total investasi sekitar US$150 juta-USS200 juta," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat di sela-sela ground breaking pembangunan pabrik minyak Pelumas Shell di Jakarta, Selasa (20/8).
Pada kesempatan tersebut, Hidayat mengapresiasi Shell atas pembangunan pabrik minyak pelumasnya yang pertama di Indonesia. Kehadiran industri pelumas ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengembangan industri pelumas nasional. Memacu industri sejenis untuk selalu melakukan inovasi dan mengembangkan teknologi produksi sehingga menghasilkan produk pelumas yang andal di Indonesia dan dunia.
"Kami mengucapkan terima kepada Shell telah memilih Indonesia sebagai tempat untuk berinvestasi sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan akan menumbuhkan perekonomian nasional. Di samping itu, kami juga mendukung Shell yang akan menerapkan program pemerintah dalam mengembangkan industri berwawasan lingkungan atau industri hijau dengan mewujudkan komitmen sustainable development," ujar dia.
Berdasarkan data Kemenperin, saat ini, terdapat lebih dari 200 produsen pelumas di Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah terutama di Pulau Jawa. Kapasitas produksi terpasang mencapai 700 ribu kiloliter per tahun dengan nilai omzet diperkirakan mencapai lebih dari Rp7 triliun.
Potensi produksi pelumas yang tinggi tersebut akan dapat mendorong ekspor pelumas ke negara-negara ASEAN, Jepang, China, Korea Selatan, Timur Tengah, maupun Uni Eropa. Hidayat mengatakan industri pelumas saat ini mendapat tantangan dengan bahan baku dan bahan aditif yang sebagian besar masih diimpor. Hal ini menjadikan industri pelumas di Indonesia masih sebatas formulas! dan pencampuran (compounding), belum terintegrasi antara industri hulu (upstream) dan hilir (downstream).
Oleh sebab itu, perlu menjaga rantai pasok bahan bakar sehingga menghasilkan pelumas yang terintegrasi dengan minyak dan minyak dasar pelumas (lube base oil).
"Tantangan ini perlu dijawab oleh para investor dengan membuka atau ekspansi pabrik demi memenuhi kebu-tuhan dalam negeri dan ekspor," ucapnya.
Di samping itu industri pelumas juga menghadapi tantangan dalam pengelolaan limbah karena menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun, serta pengembangan teknologi produk agar konsumsi energi menurun dan menghasilkan produk yang inovatif.
Hidayat berharap, Shell dapat menjawab tantangan yang dihadapi industri pelumas sehingga mengurangi ketergantungan atas bahan baku dan aditif impor.
E.
Melemahnya Industri Pelumas
Bisnis pelumas di Indonesia terkena dampak pelemahan
sektor tambang. Industri pelumas selama ini memasok kebutuhan minyak pelumas
bagi mesin-mesin atau alat berat yang digunakan kegiatan pertambangan.
Dibutuhkan inovasi baru agar bisnis pelumas tetap kompetitif.
Director of Lubricants Shell Indonesia Dian Andyasuri
mengatakan, terjadi pelemahan dalam bisnis pelumas akibat turunnya kinerja sektor
pertambangan di Indonesia. Namun, ia menolak menjelaskan seberapa besar
pelemahan tersebut.
"Kami melihat, memang sedikit melemah pasarnya,
tetapi bukan berarti komitmen kami berkurang. Sektor komoditas tambang memang
dinamis. Pelemahan ini sementara saja dan bisa kembali (normal) lagi,"
kata Dian Andyasuri, Rabu (17/2), di Jakarta.
Dian Andyasuri menambahkan, Shell Indonesia selama ini
memasok kebutuhan pelumas bagi perusahaan tambang batubara di Indonesia.
"Bisa dibilang pangsa pasar pelumas Shell di
Indonesia berimbang. Ada yang naik, ada yang turun. Ada masa di mana kebutuhan
pelumas di sektor pertambangan dominan, ada kalanya di sektor pembangkit
listrik yang dominan," ujarnya.
Dian Andyasuri mengakui, dalam kurun dua hingga tiga tahun
terakhir tantangan di bisnis pelumas cukup berat. Pasar pelumas yang mengalami
tekanan adalah sektor pertambangan. Namun, di sisi lain, pasar yang tumbuh
cukup pesat adalah konstruksi. Mesin alat berat pada sektor konstruksi juga
menjadi pasar yang signifikan bagi produk industri pelumas.
Mengenai potensi pasar pelumas di Indonesia, Vice
President Shell Global Commercial Technology Andrew Hepher mengatakan, masih
terdapat peluang yang besar. Bagi Shell, pasar Indonesia adalah pasar yang
penting. Indonesia dipandang sebagai salah satu negara penggerak industri
minyak pelumas di kawasan Asia.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
Kementerian Perindustrian Harjanto menambahkan, di tengah ketatnya persaingan
industri saat ini, salah satu hal yang harus dilakukan adalah meningkatkan
efisiensi. Selain itu, perusahaan juga dituntut untuk terus berinovasi.
"Salah satu kunci memenangi persaingan, termasuk dalam hal efisiensi dan
inovasi, adalah pemanfaatan teknologi. Tanpa itu, akan sulit bersaing,"
kata Harjanto.
Harjanto menambahkan, di tengah tekanan ekonomi global,
bisnis minyak pelumas relatif bisa bertahan. Hal itu dikarenakan industri
manufaktur di dalam negeri terus tumbuh. Meskipun begitu, nilai impor minyak
pelumas masih lebih tinggi ketimbang ekspor.
Data Kementerian Perindustrian menunjukkan, nilai ekspor
pelumas tercatat 86,5 juta dollar AS pada 2014, sedangkan nilai impor pada
tahun yang sama mencapai 354,7 juta dollar AS. Pada tahun 2015, nilai ekspor
sekitar 87 juta dollar AS, sedangkan nilai impor tercatat sekitar 355 juta
dollar AS.
Kurangi impor
Shell Indonesia mengoperasikan pabrik minyak pelumas di
Indonesia yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat, sejak November 2015. Dengan
kapasitas produksi sebesar 136.000 kiloliter, Shell Indonesia ikut mengurangi
kebutuhan impor minyak pelumas yang mencapai 950.000 kiloliter per tahun.
Tak hanya Shell, PT Pertamina (Persero) melalui anak
usahanya, PT Pertamina Lubricants, pada Desember 2015 juga menaikkan kapasitas
produksi menjadi 270.000 kiloliter per tahun lewat pengoperasian Lube Oil
Blending Plant Unit Produksi Jakarta. Unit produksi minyak pelumas milik
Pertamina tersebut menjadi fasilitas produksi pelumas terbesar di Asia
Tenggara.
Fasilitas produksi ini terdiri dari Lube Oil Blending
Plant (LOBP) dengan kapasitas 270.000 kiloliter per tahun, Grease Plant yang
berkapasitas 8.000 metrik ton per tahun, dan Viscosity Modifier (VM) Plant yang
berkapasitas 14.000 kiloliter per tahun. (APO)
Daftar Pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.