DAMPAK DAN PENGENDALIAN HUJAN ASAM
Oleh: Adetha Muhammad Dzulfaqar (@N11-Adetha)
Abstrak
Hujan asam ialah
turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asam di udara larut
dalam butiran-butiran air di awan. Jika hujan turun dari awan itu, air hujan
itu bersifat asam. Asam itu terhujankan atau rainout. Hujan asam dapat pula
terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu
ikut larut dalam air hujan dan turun ke bumi.
Kata
kunci : Hujan
asam, SOX dan NOX pada hujan asam
I. Pendahuluan
Di atmosfer mengalami
reaksi kimia menjadi asam sulfat dan asam nitrat. Asam tersebut dapat turun
kebumi sebagai hujan dan disebut Hujan Asam. Jakarta, Singapura, Kuala lumpur,
Bangkok dan Manila, misalnya, adalah kota-kota yang potensial mendapatkan hujan
asam. Potensi ini bersumber pada perkembangan industri dan transportasi yang
tinggi serta diperkuat oleh kondisi iklim, yaitu angin yang lemah, sehingga zat
pencemar tidak disebar dan diencerkan. Daerah yang mempunyai banyak industri
atau / dan pusat pembangkit listrik perlulah diwaspadai, misalnya Banten bagian
utara, Jabodetabek, Gresik, Cilacap dan Aceh ( Soemarwoto, 1992 ). Dengan
adanya rencana pengem bangan industri dijalur utara Jawa Barat dan pembangunan
jalan tol masalah pencemaran ini perlulah diperhatikan sejak dini. Sampai saat
ini, kendaraan bermotor merupakan salah satu penyebab pengotoran udara dengan
persentase terbesar, disamping pabrik. Sehingga sulit bagi kita sekarang ini,
berharap bisa menghirup udara bersih. Gas buang kendaraan bermotor dan pabrik
akan memberikan polutan seperti Sox, Nox, Co, Pb dan partikulat, serta pengaruh
lain yaitu kebisingan. Gas limbah Sox dan Nox.
II. Permasalahan
Seberapa bahayakah
hujan asam yang seringkali terjadi di Indonesia dan apa saja kandungan
kandungan zat kimia yang ada dalam butran hujan yang turun sehingga akan
menjadi bahaya bagi lingkungan ataupun bagi manusia. Apa yang harus dilakukan
supaya hujan asam tidak akan terjadi dengan menggunakan langkah-langkah yang
mudah dan dapat dilakukan dalam kegiatan sehari-hari?
III. Pembahasan
Definisi
Hujan Asam
HUJAN
ASAM
Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert A. Smith ( 1872 ) dalam
Kupchella ( 1989 ) yang menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah
daerah industri dibagian utara Inggris. Hujan asam ialah turunnya asam dalam
bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asam di udara larut dalam butirbutir air
di awan. Jika hujan turun dari awan itu, air hujan bersifat asam. Asam itu
terhujankan atau rainout. Hujan asam dapat pula terjadi karena hujan turun
melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut kedalam air hujan
dan turun kebumi. Asam itu tercuci atau wash-out. Hujan asam dapat terjadi di
daerah yang sangat jauh dari sumber pencemaran. Masalah hujan asam terjadi
dilapisan athmosfir rendah, yaitu di troposfir. Asam yang terkandung dalam
hujan asam ialah asam sulfat (H2 SO4 ) dan asam nitrat (HNO)3 , keduanya
merupakan asam kuat. Asam sulfat berasal dari gas SO2 dan asam nitrat dari gas
NOx.
Sumber
SOX Dan NOX
Sekitar
50% SO2 yang ada dalam atmosfer di seluruh dunia adalah alamiah, antara lain,
dari letusan gunung dan kebakaran hutan yang alamiah. Yang 50% lainnya adalah
antropogenik, yaitu berasal dari kegiatan manusia, terutama dari pembakaran
bahan bakar fosil (BBF) dan peleburan logam. Di daerah yang banyak mempunyai
industri dan lalu lintas berat bagian SO2 yang antropogenik lebih tinggi
daripada 50 %. BBF terbentuk jutaan tahun yang lalu dari makhluk hidup yang
setelah mati mengalami proses fosilisasi. Semua makhluk hidup mengandung
belerang dan belerang itu tinggal dalam BBF. Minyak mentah mengandung BBF
antara 0,1% sampai 3% dan teroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2 ) dan
lepas ke udara. Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat. Seperti
halnya SO2,50% NOx dalam atmosfer adalah alamiah dan 50% antropogenik.
Pembakaran BBF juga merupakan sumber terbesar NOx sehingga di negara dengan
industri maju bagian NOx yang antropogenik lebih besar daripada yang alamiah.
Pada waktu pembakaran BBF, sebagian NOx berasal dari nitrogen yang terkandung
dalam BBF yang teroksidasi menjadi NOx . Sebagian lagi berasal dari nitrogen
yang terdapat dalam udara yang terdiri dari 80% gas nitrogen. Pembakaran BBF
mengoksidasi 5-40% nitrogen dalam minyak berat dan 100% nitrogen dalam minyak
ringan dan gas. Makin tinggi suhu pembakaran, makin banyak NOx yang terbentuk
(Soemarwoto, 1992).
Dampak
Hujan Asam
·
Kesehatan, hujan asam mempengaruhi
kesehatan melalui tiga cara, yaitu pertama efek jangka pendek karena menghirup
udara yang tercemar berat; efek jangka panjang karena menghirup udara yang
tercemar sedang atau ringan; efek tidak langsung karena terexposed pada logam
berat seperti alumunium dan logam berat lain yang terbebaskan dari zarah tanah
pada pH yang rendah, akumulasi logam berat melalui rantai makanan dan
terlarutnya logam berat dari pipa.
·
Hutan,dampak terhadap hutan dan
pertanian sebagian karena pH tanah turun. Penurunan pH tanah dan air danau
dipengaruhi kemampuan tanah dan air untuk menetralisir asam tersebut. Daya
netralisasi asam itu ditentukan oleh adanya zat yang dapat menetralisir asam,
misalnya, kalsium karbonat (CaCO3 ) dan humus. Proses terjadinya kerusakan
dapat dikelompokan menjadi enam, yaitu (1) stres umum, (2) penurunan pH tanah-
keracunan aluminium, (3) peracunan oleh SO2, (4) kekurangan magnesium, (5)
kelebihan hara atau nitrogen dan (6) zat organik pengatur tumbuh.
·
Pertanian,hasil padi dapat turun sampai
30% karena hujan asam. Karena besarnya laju pertumbuhan industri dan transpor,
ada kemungkinan telah terjadi kenaikan kadar SO2 sampai pada kadar yang
menyebabkan keracunan kronik dan penurunan hasil pertanian adanya gejala
morfologik dan kasat mata pada tanaman.
·
Ekosistem akuatik,
Hujan asam yang
berkepanjangan akan mempengruhi pH air ekosistem akuatik
karena kehidupan
organisme hidup akuatik sangat dipengaruhi oleh pH air tempat hidupnya. Hujan
asam menurunkan populasi ikan, tumbuhan akuatik dan jasad renik.
·
Material, hujan asam mempunyai dampak penting terhadap berbagai jenis material. Logam,
bangunan baru, keramik dan gelas, cat, kertas, bahan fotografi, tekstil.
Sebagian kerusakan ini disebabkan oleh deposisi kering asam sulfat yang berasal
dari transpor dalam kota dan dari industri.
Pengendalian
Hujan Asam
Usaha
untuk menanggulangi pencemaran dari pembakaran BBF di pabrik dan instalasi
listrik adalah dengan membangun cerobong asap yang tinggi. Dengan cerobong yang
tinggi itu daerah sekitar pabrik dan pusat pembangkit listrik menderita sedikit
atau bahkan bebas dari pencemaran. Tetapi, zat pencemar itu terbawa oleh angin
ke tempat yang jauh. Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan seperti berikut
:
1. Menggunakan bahan bakar dengan
kandungan belerang rendah
2. Mengurangi kandungan belerang
sebelum pembakaran
3. Pengendalian pencemaran selama
pembakaran
4. Pengendalian setelah pembakaran
5. Penghematan energi
IV. Kesimpulan Dan Saran
Pembakaran bahan bakar, terutama
bahan bakar fosil ( BBF ) mengakibatkan terbentuknya asam sulfat dan asam
nitrat. Asam itu dapat dideposisikan dalam bentuk hujan pada hutan, tanaman
pertanian, danau, dan gedung sehingga menyebabkan kerusakan dan kematian
organisme hidup. Asam juga dicurigai mempunyai dampak negatif terhadap
kesehatan. bahan bakar sebelum dibakar,dan pilihan yang paling baik adalah
mengikat dan mengubah zat pencemar dari gas pembuangan yang berasal dari
menggunakan bahan bakar yang. Untuk mengurangi kerugian itu, perlu dilakukan
usaha untuk mengurangi pencemaran udara dengan mempunyai kadar belerang rendah,
mengurangi kadar belerang dalam pembakaran BBF dengan menghemat energi, seperti
pengembangan transportasi masal umum terutama dari pemerintah supaya upaya yang
kita lakukan dapat berjalan dengan baik dan masyarakatpun bersama-sama
melakukan pengendalian terhadap hujan asam.
Daftar Pustaka:
Hidayat, A A., Kholil Muhammad. 2018. Kimia
dan Pengetahuan Lingkaran Industri. Yogyakarta: Penerbit Wahana
Resolusi
Sumarwoto,
Otto, 1992, Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global, Jakarta, PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Kupchella,
charles E, Hyland Margaret C, 1989, Environmental Science, Living Withing The
System Of Nature, Boston, Alyn and Bacon
Erni.
M. Yatim. Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.