.

Minggu, 15 September 2019

DAMPAK DAN PENGENDALIAN HUJAN ASAM





Oleh: Adetha Muhammad Dzulfaqar (@N11-Adetha)


Abstrak
Hujan asam ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asam di udara larut dalam butiran-butiran air di awan. Jika hujan turun dari awan itu, air hujan itu bersifat asam. Asam itu terhujankan atau rainout. Hujan asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu ikut larut dalam air hujan dan turun ke bumi.


Kata kunci : Hujan asam, SOX dan NOX pada hujan asam

I.     Pendahuluan
Di atmosfer mengalami reaksi kimia menjadi asam sulfat dan asam nitrat. Asam tersebut dapat turun kebumi sebagai hujan dan disebut Hujan Asam. Jakarta, Singapura, Kuala lumpur, Bangkok dan Manila, misalnya, adalah kota-kota yang potensial mendapatkan hujan asam. Potensi ini bersumber pada perkembangan industri dan transportasi yang tinggi serta diperkuat oleh kondisi iklim, yaitu angin yang lemah, sehingga zat pencemar tidak disebar dan diencerkan. Daerah yang mempunyai banyak industri atau / dan pusat pembangkit listrik perlulah diwaspadai, misalnya Banten bagian utara, Jabodetabek, Gresik, Cilacap dan Aceh ( Soemarwoto, 1992 ). Dengan adanya rencana pengem bangan industri dijalur utara Jawa Barat dan pembangunan jalan tol masalah pencemaran ini perlulah diperhatikan sejak dini. Sampai saat ini, kendaraan bermotor merupakan salah satu penyebab pengotoran udara dengan persentase terbesar, disamping pabrik. Sehingga sulit bagi kita sekarang ini, berharap bisa menghirup udara bersih. Gas buang kendaraan bermotor dan pabrik akan memberikan polutan seperti Sox, Nox, Co, Pb dan partikulat, serta pengaruh lain yaitu kebisingan. Gas limbah Sox dan Nox.


II.     Permasalahan
Seberapa bahayakah hujan asam yang seringkali terjadi di Indonesia dan apa saja kandungan kandungan zat kimia yang ada dalam butran hujan yang turun sehingga akan menjadi bahaya bagi lingkungan ataupun bagi manusia. Apa yang harus dilakukan supaya hujan asam tidak akan terjadi dengan menggunakan langkah-langkah yang mudah dan dapat dilakukan dalam kegiatan sehari-hari?


III.     Pembahasan

Definisi Hujan Asam
HUJAN ASAM Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert A. Smith ( 1872 ) dalam Kupchella ( 1989 ) yang menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah daerah industri dibagian utara Inggris. Hujan asam ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asam di udara larut dalam butirbutir air di awan. Jika hujan turun dari awan itu, air hujan bersifat asam. Asam itu terhujankan atau rainout. Hujan asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut kedalam air hujan dan turun kebumi. Asam itu tercuci atau wash-out. Hujan asam dapat terjadi di daerah yang sangat jauh dari sumber pencemaran. Masalah hujan asam terjadi dilapisan athmosfir rendah, yaitu di troposfir. Asam yang terkandung dalam hujan asam ialah asam sulfat (H2 SO4 ) dan asam nitrat (HNO)3 , keduanya merupakan asam kuat. Asam sulfat berasal dari gas SO2 dan asam nitrat dari gas NOx.

Sumber SOX Dan NOX
Sekitar 50% SO2 yang ada dalam atmosfer di seluruh dunia adalah alamiah, antara lain, dari letusan gunung dan kebakaran hutan yang alamiah. Yang 50% lainnya adalah antropogenik, yaitu berasal dari kegiatan manusia, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil (BBF) dan peleburan logam. Di daerah yang banyak mempunyai industri dan lalu lintas berat bagian SO2 yang antropogenik lebih tinggi daripada 50 %. BBF terbentuk jutaan tahun yang lalu dari makhluk hidup yang setelah mati mengalami proses fosilisasi. Semua makhluk hidup mengandung belerang dan belerang itu tinggal dalam BBF. Minyak mentah mengandung BBF antara 0,1% sampai 3% dan teroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2 ) dan lepas ke udara. Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat. Seperti halnya SO2,50% NOx dalam atmosfer adalah alamiah dan 50% antropogenik. Pembakaran BBF juga merupakan sumber terbesar NOx sehingga di negara dengan industri maju bagian NOx yang antropogenik lebih besar daripada yang alamiah. Pada waktu pembakaran BBF, sebagian NOx berasal dari nitrogen yang terkandung dalam BBF yang teroksidasi menjadi NOx . Sebagian lagi berasal dari nitrogen yang terdapat dalam udara yang terdiri dari 80% gas nitrogen. Pembakaran BBF mengoksidasi 5-40% nitrogen dalam minyak berat dan 100% nitrogen dalam minyak ringan dan gas. Makin tinggi suhu pembakaran, makin banyak NOx yang terbentuk (Soemarwoto, 1992).

Dampak Hujan Asam
·         Kesehatan, hujan asam mempengaruhi kesehatan melalui tiga cara, yaitu pertama efek jangka pendek karena menghirup udara yang tercemar berat; efek jangka panjang karena menghirup udara yang tercemar sedang atau ringan; efek tidak langsung karena terexposed pada logam berat seperti alumunium dan logam berat lain yang terbebaskan dari zarah tanah pada pH yang rendah, akumulasi logam berat melalui rantai makanan dan terlarutnya logam berat dari pipa.
·         Hutan,dampak terhadap hutan dan pertanian sebagian karena pH tanah turun. Penurunan pH tanah dan air danau dipengaruhi kemampuan tanah dan air untuk menetralisir asam tersebut. Daya netralisasi asam itu ditentukan oleh adanya zat yang dapat menetralisir asam, misalnya, kalsium karbonat (CaCO3 ) dan humus. Proses terjadinya kerusakan dapat dikelompokan menjadi enam, yaitu (1) stres umum, (2) penurunan pH tanah- keracunan aluminium, (3) peracunan oleh SO2, (4) kekurangan magnesium, (5) kelebihan hara atau nitrogen dan (6) zat organik pengatur tumbuh.
·         Pertanian,hasil padi dapat turun sampai 30% karena hujan asam. Karena besarnya laju pertumbuhan industri dan transpor, ada kemungkinan telah terjadi kenaikan kadar SO2 sampai pada kadar yang menyebabkan keracunan kronik dan penurunan hasil pertanian adanya gejala morfologik dan kasat mata pada tanaman.
·        Ekosistem akuatik, Hujan asam yang berkepanjangan akan mempengruhi pH air ekosistem akuatik karena kehidupan organisme hidup akuatik sangat dipengaruhi oleh pH air tempat hidupnya. Hujan asam menurunkan populasi ikan, tumbuhan akuatik dan jasad renik.
·        Material, hujan asam mempunyai dampak penting terhadap berbagai jenis material. Logam, bangunan baru, keramik dan gelas, cat, kertas, bahan fotografi, tekstil. Sebagian kerusakan ini disebabkan oleh deposisi kering asam sulfat yang berasal dari transpor dalam kota dan dari industri.

Pengendalian Hujan Asam
Usaha untuk menanggulangi pencemaran dari pembakaran BBF di pabrik dan instalasi listrik adalah dengan membangun cerobong asap yang tinggi. Dengan cerobong yang tinggi itu daerah sekitar pabrik dan pusat pembangkit listrik menderita sedikit atau bahkan bebas dari pencemaran. Tetapi, zat pencemar itu terbawa oleh angin ke tempat yang jauh. Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan seperti berikut :
1.      Menggunakan bahan bakar dengan kandungan belerang rendah
2.      Mengurangi kandungan belerang sebelum pembakaran
3.      Pengendalian pencemaran selama pembakaran
4.      Pengendalian setelah pembakaran
5.      Penghematan energi


IV.       Kesimpulan Dan Saran
Pembakaran bahan bakar, terutama bahan bakar fosil ( BBF ) mengakibatkan terbentuknya asam sulfat dan asam nitrat. Asam itu dapat dideposisikan dalam bentuk hujan pada hutan, tanaman pertanian, danau, dan gedung sehingga menyebabkan kerusakan dan kematian organisme hidup. Asam juga dicurigai mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan. bahan bakar sebelum dibakar,dan pilihan yang paling baik adalah mengikat dan mengubah zat pencemar dari gas pembuangan yang berasal dari menggunakan bahan bakar yang. Untuk mengurangi kerugian itu, perlu dilakukan usaha untuk mengurangi pencemaran udara dengan mempunyai kadar belerang rendah, mengurangi kadar belerang dalam pembakaran BBF dengan menghemat energi, seperti pengembangan transportasi masal umum terutama dari pemerintah supaya upaya yang kita lakukan dapat berjalan dengan baik dan masyarakatpun bersama-sama melakukan pengendalian terhadap hujan asam.




Daftar Pustaka:


Hidayat, A A., Kholil Muhammad. 2018. Kimia dan Pengetahuan Lingkaran Industri. Yogyakarta: Penerbit Wahana Resolusi

Sumarwoto, Otto, 1992, Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kupchella, charles E, Hyland Margaret C, 1989, Environmental Science, Living Withing The System Of Nature, Boston, Alyn and Bacon


Erni. M. Yatim. Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.