.

Sabtu, 31 Agustus 2019

UPAYA PENGENDALIAN LOGAM BERAT ( MERKURI ) TERHADAP PENCEMARAN AIR


UPAYA PENGENDALIAN LOGAM BERAT ( MERKURI ) TERHADAP PENCEMARAN AIR
Oleh: Rena Melani Nur Cahaya Putri (@LO3-1) – 41617120022

ABSTRAK
            Bumi sebagian besar terdiri dari air karena wilayah daratan lebih kecil dari lautan. Manusia di bumi ini tidak bisa lepas dari kebutuhan akan air. Air adalah persyaratan utama untuk proses kehidupan di bumi. Air bersih relatif digunakan untuk keperluan kehidupan sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, serta untuk keperluan pertanian dan sebagainya.
        Air tanah bebas merupakan salah satu sumber air bersih bagi penduduk. Pemanfaatannya dilakukan dengan cara membuat sumur gali maupun sumur pantek. Lokasi sumur-sumur tersebut berdekatan dengan sumber pencemar domestik dan pertanian sehingga rentan terkontaminasi. Polusi logam berat merupakan masalah serius untuk ditangani, karena lingkungan dan ekosistem yang merugikan pada umumnya. Logam berat merkuri (Hg) merupakan cairan yang berwarna putih keperakan dengan titik beku – 38,87oC dan titik didih 356,90oC serta berat jenis 13,6 dan berat atom 200,6. Paparan logam berat Hg terutama methyl mercury dapat meningkatkan kelainan janin dan kematian waktu lahir serta dapat menyebabkan Fetal Minamata Disease seperti yang terjadi pada nelayan Jepang di teluk Minamata. Selain yang tersebut di atas Hg dapat menyebabkan kerusakan otak, kerusakan syaraf motorik, cerebral palsy, dan retardasi mental.
         Eksistensi manusia beserta kegiatannya memiliki potensi untuk mencemari sumberdaya air yang ada di kawasan pesisir atau apapun. Pemodelan kerentanan airtanah bebas berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat merepresentasikan secara cepat potensi kerentanan airtanah.
Kata kunci : Air tanah, logam berat, kerentanan air tanah, pencemaran.



PENDAHULUAN

Air tanah
           Air tanah atau air bawah tanah adalah air yang terdapat dibawah permukaan tanah pada lapisan tanah yang mengandung air (Anonim, 2001). Siklus yang tak ada akhirnya tentang air antara samudra, atmosfer dan daratan disebut dengan siklus hidrologi. perputaran yang diperankan oleh energi matahari. Tenaga gravitasi dari dalam terhadap siklus hidrologi datang sebagai presipitasi dalam bentuk hujan dan lelehan salju. Sedangkan tenaga dari luar menghasilkan arus – arus, penguapan dari permukaan badan air / tanah dan ter-transpirasi dari tanah oleh tumbuhan.

Polusi Air dan Penyebab Polusi Air  
        Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya. Pencemaran air merupakan keadaan dimana adanya berbagai zat asing yang masuk ke dalam air dan itu bersifat merusak atau bahan tersebut lebih dikenal sebagai polutan.
        Air yang ada di bumi ini tidak pernah terdapat dalam keadaan murni bersih, tetapi selalu ada senyawa atau mineral (unsur) lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini tidak berarti bahwa semua air di bumi ini telah tercemar. Sebagai contoh, air yang diambil dari mata air di pegunungan dan air hujan. Keduanya dapat dianggap sebagai air yang bersih, namun senyawa atau mineral (unsur) yang terdapat di dalamnya berlainan seperti tampak pada keterangan berikut ini: Air hujan mengandung: SO4, Cl, NH3, CO2, N2, C, 02, debu. Air dari mata air mengandung: Na, Mg, Ca, Fe, O2.. Selain daripada itu air seringkali juga mengandung bakteri atau mikroorganisme lainnya. Air yang mengandung bakteri atau mikroorganisme tidak dapat langsung digunakan sebagai air minum tetapi harus direbus dulu agar bakteri dan mikroorganismenya mati. Pada batasbatas tertentu air minum justru diharapkan mengandung mineral agar air itu terasa segar. Air murni tanpa mineral justru tidak enak untuk diminum (Wardhana, 1998).

Indikator Pencemaran Air
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui:
1. Adanya perubahan suhu air.
2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen.
 3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air.
4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut.
5. Adanya mikroorganisme.
6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan (Wardhana, 1998).

Sumber Pencemaran Air

1. Pencemaran dari Pertanian
Limbah dari pertanian yang masuk ke dalam air sebenarnya tidak berbahaya bagi keberlangsungan ekosistem air namun karena saat ini banyak petani menggunakan pupuk kimia dan juga pestisida dalam jumlah banyak maka mampu mengakibatkan kerusakan pada ekosistem yang ada. Hal ini akan lebih parah jika pestisida yang digunakan adalah jenis dari herbisida dan insektisida.
2. Pencemaran dari Peternakan dan Perikanan
Air dapat mengalami pencemaran dari kegiatan peternakan dan perikanan jika tidak dilakukan pembuangan yang benar pada kotoran hewan dan juga sampah lainnya. ada beberapa hal yang bisa dilihat untuk melihat ciri-ciri dari terjadinya pencemaran oleh peternakan dan perikanan ini antara lain adalah sebagai berikut:
Adanya kotoran hewan dalam jumlah besar pada perairan yang membuat air terkontaminasi oleh berbagai virus dan bakteri dari kotoran tersebut dan terjadinya perubahan warna dan rasa di dalam air tersebut sehingga membuat air sangat mudah menyebabkan penyakit bagi siapa saja yang mengkonsumsi.

3. Pencemaran dari Industri
Para pelaku industri sangat rawan menghasilkan berbagai jenis limbah yang dapat mencemari air. Ini biasanya dilakukan oleh mereka para pelaku bisnis industri yang kurang memahami adanya pencemaran ini atau hanya sekedar untuk menekan biaya pengolahan limbahnya saja. berikut ini beberapa jenis industri yang mampu mencemari air dari hasil industrinya:
1.      Industri produk makanan
2.      Indukstri produk tekstil
3.      Industri pulp dan kertas
4.      Industri bahan kimia
5.      Industri penyamakan kulit
6.      Industri electroplating
4. Pencemaran dari Aktivitas Perkotaan
Daerah perkotaan menjadi salah satu tempat yang rawan terjadi pencemaran air. Hal ini tidak jauh dari jumlah populasi penduduk yang kian pesat sedangkan lahan tetap sehingga menyebabkan munculnya berbagai pemukiman padat penduduk dengan sanitasi yang tidak memadai. Pencemaran air di perkotaan juga bisa disebabkan karena hasil dari pabrik, limbah rumah tangga, kotoran manusia, limbah cair dan lainnya.
PERMASALAHAN
       Perkembangan kawasan kepesisiran yang diorientasikan pada sector pariwisata menjadi daya tarik bagi wisatawan, akibatnya adalah semakin banyak orang yang melakukan perpindahan baik secara permanen  maupun secara sementara guna memanfaatkan peluang usaha disektor pariwisata. Kondisi ini terbukti dengan perkembangan kawasan yang tidak hanya sebagai hunian, namun juga perhotelan. Sumber pencemaran yang ada tidak hanya berasal dari limbah domestic namun juga dapat berasal dari septic-tank. Perkembangan pariwisata memicu dibangunnya toilet umum dalam jumlah banyak sehingga akan semakin banyak pencemar. Selain itu terdapat juga logam berat yang berbahaya akibat kontaminasi limbah pabrik. Dampak dari pencemaran logam berat ini sering dilaporkan. Merkuri misalnya, merupakan salah satu jenis logam berat berbahaya karena berisiko tinggi terhadap tubuh. Elemen ini berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Secara prinsipil, pada konsentrasi rendah berpengaruh terhadap gangguan paru-paru, emphysema dan renal turbular disease kronis.

HASIL DAN PEMABAHASAN
          Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan dengan menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Namun proses ini relatif mahal dan cenderung menimbulkan permasalahan baru, yaitu akumulasi senyawa tersebut dalam sedimen dan organisme akuatik (perairan). Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia (dalam istilah biologi dikenal dengan bioakumulasi, bioremediasi, atau bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat keracunan elemen logam berat di lingkungan perairan tersebut. Metode atau teknologi ini sangat menarik untuk dikembangkan dan diterapkan, karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan proses kimiawi.
       Beberapa hasil studi melaporkan, penggunaan mikroorganisme untuk menangani pencemaran logam berat lebih efektif dibandingkan dengan ion exchange dan reverse osmosis dalam kaitannya dengan sensitivitas kehadiran padatan terlarut (suspended solid), zat organik dan logam berat lainnya. Serta, lebih baik dari proses pengendapan (presipitation) kalau dikaitkan dengan kemampuan menstimulasikan perubahan pH dan konsentrasi logam beratnya. Dengan kata lain, penanganan logam berat dengan mikroorganisme relatif mudah dilakukan, murah dan cenderung tidak berbahaya bagi lingkungan (Mursyidin, 2006).
          Untuk menekan pencemaran limbah merkuri sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Paling awal dengan memilih teknik penggalian yang ramah lingkungan, yaitu pertambangan tertutup. Dengan begitu memperkecil keluarnya merkuri dari dalam tanah. Hal ini sebaliknya terjadi pada pertambangan terbuka. Tahap berikutnya adalah menggunakan teknologi pemrosesan batuan tambang yang tidak menggunakan bahan merkuri, di antaranya dengan bahan sianida dan dengan cara bioteknologi yang disebut proses pencucian dengan mikroba. Mikroorganisme yang mengoksida batuan itu umumnya hidup pada bahan anorganik, di antaranya yang banyak digunakan adalah Thiobacillus feroxidans. Proses biologi ini banyak dipilih untuk mengolah biji atau batuan yang mempunyai kandungan sulfida yang tinggi dan karena biayanya lebih murah dibandingkan dengan cara mekanis, serta tidak mencemari lingkungan.
       Pada kondisi lingkungan yang telah telanjur terpolusi merkuri, upaya yang dilakukan adalah penyehatan kembali lingkungan. Caranya dengan memindahkan sedimen yang mengandung merkuri tinggi kemudian diisolasi. Hal ini pernah dilakukan Jepang terhadap kawasan Minamata. Alternatif remediasi secara biologis yang disebut fitoremediasi pun ditempuh. Pada cara ini digunakan tumbuhan yang dapat menyerap metil merkuri. Dibandingkan dengan yang lain, cara ini relatif murah dan memungkinkan sumber pencemar didaur ulang. Sayangnya proses alami ini relatif lambat dalam mereduksi polutan.
        Mengatasi pencemaran merkuri dengan bakteri juga dimungkinkan karena diketahui ada bakteri yang dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang mengandung merkuri dalam jumlah tinggi. Bakteri itu adalah Pseudomonas fluorescens, Staphylococcus aureus, dan Bacillus sp. Hal ini menginspirasi ahli biologi molekuler untuk memadukan fungsi gen beberapa bakteri hingga menghasilkan strain unggul untuk mengatasi pencemaran merkuri secara cepat dan efektif (Anonim, 2004). Cara-cara penanggulangan tersebut merupakan beberapa metode penanggulangan untuk pemulihan kembali air permukaan dan air tanah. Pemulihan tersebut membutuhkan waktu lama seperti pada kasus Minamata disease.

KESIMPULAN

1. Air yang ada di bumi ini tidak pernah terdapat dalam keadaan murni bersih, tetapi selalu ada senyawa atau mineral (unsur) lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini tidak berarti bahwa semua air di bumi ini telah tercemar. Sebagai contoh, air yang diambil dari mata air di pegunungan dan air hujan.

2. Logam berat merkuri (Hg) merupakan cairan yang berwarna putih keperakan dengan titik beku – 38,87oC dan titik didih 356,90oC serta berat jenis 13,6 dan berat atom 200,6. Paparan logam berat Hg terutama methyl mercury dapat meningkatkan kelainan janin dan kematian waktu lahir serta dapat menyebabkan Fetal Minamata Disease seperti yang terjadi pada nelayan Jepang di teluk Minamata. Selain yang tersebut di atas Hg dapat menyebabkan kerusakan otak, kerusakan syaraf motorik, cerebral palsy, dan retardasi mental.

3. Diantara berbagai macam logam berat, merkuri digolongkan sebagai pencemar paling berbahaya. Sedang unsur-unsur logam berat lainnya juga memiliki potensi yang membahayakan lingkungan perairan.

4. Remediasi merkuri dapat dilakukan dengan cara menggunakan proses kimiawi.
Penambahan senyawa kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia (dalam istilah Biologi dikenal dengan bioakumulasi, bioremediasi, atau bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat keracunan elemen logam berat di lingkungan perairan.

Daftar Pustaka

Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil. 2018. Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Penerbit WR. Yogyakarta
wicaksono, Dhoninurjani, Emilya. 2013. Dalam Jurnal Bumi Indonesia Vol. 2 Nomor 3. Kajian Kerentanan Air tanah bebas terhadap Pencemaran di kawasan Pesisir Parangtritis Kabupaten Bantul DIY. Diakses pada 31 Agustus 2019 pukul 10.15.
Triadi Putranto, Thomas. 2011. Dalam Jurnal Teknik Volume 32 Nomor 1. Pencemaran Logam Berat Merkuri pada Air tanah. Diakses pada 31 Agustus 2019 pukul 10.30.
Rusydi, Anna FadliahNaily, WildaLestiana, Hilda. 2015. Dalam Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Volume 25 Nomor 2. Pencemaran Limbah Domestik dan Pertanian terhadap Air tanah bebas di Kabupaten Bandung. Diakses pada 31 Agustus 2019 pukul 10.40.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.