UPAYA
PENGENDALIAN LOGAM BERAT ( MERKURI ) TERHADAP PENCEMARAN AIR
Oleh: Rena Melani Nur Cahaya Putri (@LO3-1) – 41617120022
ABSTRAK
Bumi sebagian besar terdiri dari air
karena wilayah daratan lebih kecil dari lautan. Manusia di bumi ini tidak bisa
lepas dari kebutuhan akan air. Air adalah persyaratan utama untuk proses
kehidupan di bumi. Air bersih relatif digunakan untuk keperluan kehidupan
sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, serta
untuk keperluan pertanian dan sebagainya.
Air tanah bebas merupakan salah satu
sumber air bersih bagi penduduk. Pemanfaatannya dilakukan dengan cara membuat
sumur gali maupun sumur pantek. Lokasi sumur-sumur tersebut berdekatan dengan
sumber pencemar domestik dan pertanian sehingga rentan terkontaminasi. Polusi
logam berat merupakan masalah serius untuk ditangani, karena lingkungan dan
ekosistem yang merugikan pada umumnya. Logam berat merkuri (Hg)
merupakan cairan yang berwarna putih keperakan dengan titik beku – 38,87oC dan
titik didih 356,90oC serta berat jenis 13,6 dan berat atom 200,6. Paparan logam
berat Hg terutama methyl mercury dapat meningkatkan kelainan janin dan kematian
waktu lahir serta dapat menyebabkan Fetal Minamata Disease seperti yang terjadi
pada nelayan Jepang di teluk Minamata. Selain yang tersebut di atas Hg dapat
menyebabkan kerusakan otak, kerusakan syaraf motorik, cerebral palsy, dan
retardasi mental.
Eksistensi manusia beserta
kegiatannya memiliki potensi untuk mencemari sumberdaya air yang ada di kawasan
pesisir atau apapun. Pemodelan kerentanan airtanah bebas berbasis Sistem
Informasi Geografis (SIG) dapat merepresentasikan secara cepat potensi
kerentanan airtanah.
Kata
kunci : Air tanah, logam berat, kerentanan air tanah, pencemaran.
PENDAHULUAN
Air tanah
Air tanah atau air bawah tanah
adalah air yang terdapat dibawah permukaan tanah pada lapisan tanah yang
mengandung air (Anonim, 2001). Siklus yang tak ada akhirnya tentang air antara
samudra, atmosfer dan daratan disebut dengan siklus hidrologi. perputaran yang
diperankan oleh energi matahari. Tenaga gravitasi dari dalam terhadap siklus
hidrologi datang sebagai presipitasi dalam bentuk hujan dan lelehan salju.
Sedangkan tenaga dari luar menghasilkan arus – arus, penguapan dari permukaan
badan air / tanah dan ter-transpirasi dari tanah oleh tumbuhan.
Polusi Air dan Penyebab Polusi Air
Dewasa ini air menjadi masalah
yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Untuk mendapatkan air
yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal
karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan
manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri
dan kegiatan-kegiatan lainnya. Pencemaran air
merupakan keadaan dimana adanya berbagai zat asing yang masuk ke dalam air dan
itu bersifat merusak atau bahan tersebut lebih dikenal sebagai polutan.
Air yang ada di bumi ini tidak
pernah terdapat dalam keadaan murni bersih, tetapi selalu ada senyawa atau
mineral (unsur) lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini tidak berarti bahwa
semua air di bumi ini telah tercemar. Sebagai contoh, air yang diambil dari
mata air di pegunungan dan air hujan. Keduanya dapat dianggap sebagai air yang
bersih, namun senyawa atau mineral (unsur) yang terdapat di dalamnya berlainan
seperti tampak pada keterangan berikut ini: Air hujan mengandung: SO4,
Cl, NH3, CO2, N2, C, 02, debu. Air dari mata air
mengandung: Na, Mg, Ca, Fe, O2.. Selain daripada itu air seringkali
juga mengandung bakteri atau mikroorganisme lainnya. Air yang mengandung bakteri
atau mikroorganisme tidak dapat langsung digunakan sebagai air minum tetapi
harus direbus dulu agar bakteri dan mikroorganismenya mati. Pada batasbatas
tertentu air minum justru diharapkan mengandung mineral agar air itu terasa
segar. Air murni tanpa mineral justru tidak enak untuk diminum (Wardhana,
1998).
Indikator Pencemaran Air
Indikator atau
tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda
yang dapat diamati melalui:
1. Adanya
perubahan suhu air.
2. Adanya
perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen.
3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air.
4. Timbulnya
endapan, koloidal, bahan terlarut.
5. Adanya
mikroorganisme.
6. Meningkatnya
radioaktivitas air lingkungan (Wardhana, 1998).
Sumber
Pencemaran Air
1. Pencemaran dari Pertanian
Limbah
dari pertanian yang masuk ke dalam air sebenarnya tidak berbahaya bagi
keberlangsungan ekosistem air namun karena saat ini banyak petani menggunakan
pupuk kimia dan juga pestisida dalam jumlah banyak maka mampu mengakibatkan
kerusakan pada ekosistem yang ada. Hal ini akan lebih parah jika pestisida yang
digunakan adalah jenis dari herbisida dan insektisida.
2. Pencemaran dari Peternakan dan Perikanan
Air
dapat mengalami pencemaran dari kegiatan peternakan dan perikanan jika tidak
dilakukan pembuangan yang benar pada kotoran hewan dan juga sampah lainnya. ada
beberapa hal yang bisa dilihat untuk melihat ciri-ciri dari terjadinya
pencemaran oleh peternakan dan perikanan ini antara lain adalah sebagai
berikut:
Adanya kotoran hewan dalam jumlah besar pada perairan yang
membuat air terkontaminasi oleh berbagai virus dan bakteri dari kotoran
tersebut dan terjadinya perubahan warna dan rasa di dalam air tersebut sehingga
membuat air sangat mudah menyebabkan penyakit bagi siapa saja yang
mengkonsumsi.
3. Pencemaran dari Industri
Para
pelaku industri sangat rawan menghasilkan berbagai jenis limbah yang dapat
mencemari air. Ini biasanya dilakukan oleh mereka para pelaku bisnis industri
yang kurang memahami adanya pencemaran ini atau hanya sekedar untuk menekan
biaya pengolahan limbahnya saja. berikut ini beberapa jenis industri yang mampu
mencemari air dari hasil industrinya:
1.
Industri
produk makanan
2.
Indukstri
produk tekstil
3.
Industri
pulp dan kertas
4.
Industri
bahan kimia
5.
Industri
penyamakan kulit
6.
Industri
electroplating
4. Pencemaran dari Aktivitas Perkotaan
Daerah
perkotaan menjadi salah satu tempat yang rawan terjadi pencemaran air. Hal ini
tidak jauh dari jumlah populasi penduduk yang kian pesat sedangkan lahan tetap
sehingga menyebabkan munculnya berbagai pemukiman padat penduduk dengan
sanitasi yang tidak memadai. Pencemaran air di perkotaan juga bisa disebabkan
karena hasil dari pabrik, limbah rumah tangga, kotoran manusia, limbah cair dan
lainnya.
PERMASALAHAN
Perkembangan
kawasan kepesisiran yang diorientasikan pada sector pariwisata menjadi daya
tarik bagi wisatawan, akibatnya adalah semakin banyak orang yang melakukan
perpindahan baik secara permanen maupun
secara sementara guna memanfaatkan peluang usaha disektor pariwisata. Kondisi ini
terbukti dengan perkembangan kawasan yang tidak hanya sebagai hunian, namun juga
perhotelan. Sumber pencemaran yang ada tidak hanya berasal dari limbah domestic
namun juga dapat berasal dari septic-tank. Perkembangan pariwisata memicu
dibangunnya toilet umum dalam jumlah banyak sehingga akan semakin banyak
pencemar. Selain itu terdapat juga logam berat yang berbahaya akibat
kontaminasi limbah pabrik. Dampak dari pencemaran logam berat ini sering
dilaporkan. Merkuri misalnya, merupakan salah satu jenis logam berat berbahaya
karena berisiko tinggi terhadap tubuh. Elemen ini berpengaruh terhadap manusia
dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan
ginjal. Secara prinsipil, pada konsentrasi rendah berpengaruh terhadap gangguan
paru-paru, emphysema dan renal turbular disease kronis.
HASIL DAN PEMABAHASAN
Upaya penanganan pencemaran
logam berat sebenarnya dapat dilakukan dengan menggunakan proses kimiawi.
Seperti penambahan senyawa kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam
berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins), serta beberapa metode
lainnya seperti penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan
reverse osmosis. Namun proses ini relatif mahal dan cenderung menimbulkan
permasalahan baru, yaitu akumulasi senyawa tersebut dalam sedimen dan organisme
akuatik (perairan). Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia
(dalam istilah biologi dikenal dengan bioakumulasi, bioremediasi, atau
bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat
keracunan elemen logam berat di lingkungan perairan tersebut. Metode atau
teknologi ini sangat menarik untuk dikembangkan dan diterapkan, karena memiliki
kelebihan dibandingkan dengan proses kimiawi.
Beberapa hasil studi melaporkan,
penggunaan mikroorganisme untuk menangani pencemaran logam berat lebih efektif
dibandingkan dengan ion exchange dan reverse osmosis dalam kaitannya dengan
sensitivitas kehadiran padatan terlarut (suspended solid), zat organik dan
logam berat lainnya. Serta, lebih baik dari proses pengendapan (presipitation)
kalau dikaitkan dengan kemampuan menstimulasikan perubahan pH dan konsentrasi logam
beratnya. Dengan kata lain, penanganan logam berat dengan mikroorganisme
relatif mudah dilakukan, murah dan cenderung tidak berbahaya bagi lingkungan
(Mursyidin, 2006).
Untuk menekan pencemaran limbah
merkuri sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Paling awal dengan
memilih teknik penggalian yang ramah lingkungan, yaitu pertambangan tertutup.
Dengan begitu memperkecil keluarnya merkuri dari dalam tanah. Hal ini
sebaliknya terjadi pada pertambangan terbuka. Tahap berikutnya adalah
menggunakan teknologi pemrosesan batuan tambang yang tidak menggunakan bahan
merkuri, di antaranya dengan bahan sianida dan dengan cara bioteknologi yang
disebut proses pencucian dengan mikroba. Mikroorganisme yang mengoksida batuan
itu umumnya hidup pada bahan anorganik, di antaranya yang banyak digunakan
adalah Thiobacillus feroxidans. Proses biologi ini banyak dipilih untuk
mengolah biji atau batuan yang mempunyai kandungan sulfida yang tinggi dan
karena biayanya lebih murah dibandingkan dengan cara mekanis, serta tidak
mencemari lingkungan.
Pada kondisi lingkungan yang
telah telanjur terpolusi merkuri, upaya yang dilakukan adalah penyehatan
kembali lingkungan. Caranya dengan memindahkan sedimen yang mengandung merkuri
tinggi kemudian diisolasi. Hal ini pernah dilakukan Jepang terhadap kawasan
Minamata. Alternatif remediasi secara biologis yang disebut fitoremediasi pun
ditempuh. Pada cara ini digunakan tumbuhan yang dapat menyerap metil merkuri.
Dibandingkan dengan yang lain, cara ini relatif murah dan memungkinkan sumber
pencemar didaur ulang. Sayangnya proses alami ini relatif lambat dalam
mereduksi polutan.
Mengatasi pencemaran merkuri
dengan bakteri juga dimungkinkan karena diketahui ada bakteri yang dapat
bertahan hidup dalam lingkungan yang mengandung merkuri dalam jumlah tinggi.
Bakteri itu adalah Pseudomonas fluorescens, Staphylococcus aureus, dan Bacillus
sp. Hal ini menginspirasi ahli biologi molekuler untuk memadukan fungsi gen
beberapa bakteri hingga menghasilkan strain unggul untuk mengatasi pencemaran merkuri
secara cepat dan efektif (Anonim, 2004). Cara-cara penanggulangan tersebut
merupakan beberapa metode penanggulangan untuk pemulihan kembali air permukaan
dan air tanah. Pemulihan tersebut membutuhkan waktu lama seperti pada kasus
Minamata disease.
KESIMPULAN
1. Air yang ada
di bumi ini tidak pernah terdapat dalam keadaan murni bersih, tetapi selalu ada
senyawa atau mineral (unsur) lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini tidak
berarti bahwa semua air di bumi ini telah tercemar. Sebagai contoh, air yang
diambil dari mata air di pegunungan dan air hujan.
2. Logam berat
merkuri (Hg) merupakan cairan yang berwarna putih keperakan dengan titik beku –
38,87oC dan titik didih 356,90oC serta berat jenis 13,6 dan berat atom 200,6.
Paparan logam berat Hg terutama methyl mercury dapat meningkatkan kelainan
janin dan kematian waktu lahir serta dapat menyebabkan Fetal Minamata Disease
seperti yang terjadi pada nelayan Jepang di teluk Minamata. Selain yang
tersebut di atas Hg dapat menyebabkan kerusakan otak, kerusakan syaraf motorik,
cerebral palsy, dan retardasi mental.
3. Diantara berbagai
macam logam berat, merkuri digolongkan sebagai pencemar paling berbahaya.
Sedang unsur-unsur logam berat lainnya juga memiliki potensi yang membahayakan
lingkungan perairan.
4. Remediasi
merkuri dapat dilakukan dengan cara menggunakan proses kimiawi.
Penambahan
senyawa kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin
penukar ion (exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti penyerapan
menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Penanganan logam
berat dengan mikroorganisme atau mikrobia (dalam istilah Biologi dikenal dengan
bioakumulasi, bioremediasi, atau bioremoval), menjadi alternatif yang dapat
dilakukan untuk mengurangi tingkat keracunan elemen logam berat di lingkungan
perairan.
Daftar Pustaka
Hidayat, Atep
Afia dan M. Kholil. 2018. Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Penerbit
WR. Yogyakarta
wicaksono,
Dhoni, nurjani,
Emilya. 2013. Dalam Jurnal Bumi Indonesia Vol. 2 Nomor 3. Kajian Kerentanan
Air tanah bebas terhadap Pencemaran di kawasan Pesisir Parangtritis Kabupaten
Bantul DIY. Diakses pada 31 Agustus 2019 pukul 10.15.
Triadi
Putranto, Thomas. 2011. Dalam Jurnal Teknik Volume 32 Nomor 1.
Pencemaran Logam Berat Merkuri pada Air tanah. Diakses pada 31 Agustus 2019 pukul
10.30.
Rusydi, Anna
Fadliah, Naily, Wilda, Lestiana,
Hilda. 2015. Dalam Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Volume 25
Nomor 2. Pencemaran Limbah Domestik dan Pertanian terhadap Air tanah bebas di
Kabupaten Bandung. Diakses pada 31 Agustus 2019 pukul 10.40.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.