Agus Sanjaya Putra
Program Studi Teknik Industri,
Fakultas Teknik
Universitas Mercubuana
Universitas Mercubuana
Jl. Meruya Selatan, Kembangan,
Jakarta Barat 11650
Email: sanjayaputraagus@gmail.com
ABSTRAK
Setiap industri selalu memiliki limbah
pembuangan, baik itu limbah tidak beracun ataupun limbah beracun terhadap
lingkungan. Hal ini menjadi ancaman serius terhadap lingkungan kita, terlebih
lagi lingkungan air. Air menjadi sumber kehidupan utama baik untuk manusia,
tumbuhan, hewan dan mikroorganisme pengurai. Hal ini menjadi ancaman serius
jika air yang menjadi kebutuhan utama kita rusak karena ulah manusia atau
tercemar bahan kimia dari sisa industri kita. Pencegahan harus dilakukan untuk
menekan rusaknya sumber air, seperti memberikan imbauan kepada masyarakat,
tindakan hukum kepada pelaku industri nakal, dan penelitian yang berkelanjutan
agar kondisi sumber air dapat selalu terpantau. Masalah rusaknya lingkungan air
juga dirasakan diberbagai negara seperti India dan China. Banyak cara untuk
mengembalikan fungsi sumber air yang terkontaminasi limbah dan logam berbahaya,
seperti pemanfaatan enceng gondok, mendeteksi air yang terdapat fitoplankton,
menanam tumbuhan penyeran logam berat di air.
Kata Kunci : Limbah,
Mikroorganisme, Pencemaran, Pencegahan, Fitoplankton.
I.
PENDAHULUAN
Menurut Crites (2006), di dalam Lestari, Iqbal dan Soewondo (2013) air merupakan komponen
yang sangat penting bagi kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, air digunakan
untuk berbagai kebutuhan seperti minum, mandi, mencuci, memasak, kegiatan
pertanian, perternakan, perindustrian dan kegiatan-kegiatan lainnya. Namun,
penggunaan air ini menimbulkan dampak terhadap kualitas air terutama air permukaan
seperti sungai.
Sumber air seperti sungai,
waduk dan bendungan merupakan titik penting sumber air yang dapat dikonsumsi
oleh masyaakat. Apa jadinya jika sumber air tersebut terkontaminasi oleh
resapan limbah pabrik, resakan dari TPA (tempat pembuangan akhir) dan terkontaminasinya
air oleh sisa-sisa limbah rumah tangga masyarakat itu sendiri. Menurut Prihatinningtyas
& Effendi (2012) setiap kegiatan atau usaha akan menghasilkan limbah.
Limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah padat, cair maupun gas. Limbah
dihasilkan karena tidak semua bahan yang digunakan untuk kegiatan proses
produksi dapat dikonversi menjadi produk. Industri makanan skala rumah tangga
misalnya industri tahu berpotensi besar dalam mencemari lingkungan, karena
industri tersebut menghasilkan limbah padat dan cair.
Pertumbuhan industri di
Indonesia diharapkan dapat mendorong ekonomi dan standar kualitas hidup di
Indonesia. Namun, industri-industri tersebut dapat juga menyebabkan masalah
lingkungan seperti timbulnya buangan yang tidak dikelola dengan baik. Industri
yang menghasilkan limbah tidak hanya industri besar, tetapi juga industri skala
kecil seperti industri tahu. Limbah industri tahu menimbulkan masalah
lingkungan berupa bau dan polusi pada badan air penerima, Romli &
Suprihatin (2009) dalam jurnal yang dipublikasikan Myrasandri & Syafila
(2012).
Gambar 1 :
Pencemaran sungai oleh limbah industri
Menurut Purwita, dan
Soewondo. (2014) dalam jurnalnya buangan domestik (rumah tangga) mengandung
materi organik, anorganik, bakteri pathogen dan logam berat yang keberadaannya
dapat menyebabkan pencemaran badan air pada konsentrasi tinggi. Di sisi lain,
buangan domestik ini juga mengandung unsur nutrien yang bermanfaat bagi
kegiatan pertanian seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan potasium (K) yang
terkandung di dalam urin dan tinja.
Gambar 2 :
Pencemaran sungai limbah rumah tangga (domestik)
Pembuangan jenis sampah yang
beraneka macam ini memungkinkan air tanah yang dihasilkan mengandung zat
beracun dan logam berat. Unsur pencemar yang masuk ke badan air yang berasal
dari TPA akan memberikan dampak negatif terhadap kualitas di badan air
tersebut, Mahardika & Salami (2012).
Gambar 2 : Pencemaran
sungai oleh limbah sampah dari TPA
Komposisi air dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di
daerah TPA dan kondisi spesifik tempat. Air pada umumnya mengandung
senyawa-senyawa organik (hidrokarbon, asam humat, fulfat, tanat dan galat) dan
anorganik (natrium, kalium, kalsium, magnesium, klor, sulfat, fosfat, fenol,
nitrogen dan senyawa logam berat) yang tinggi. Selanjutnya, senyawa logam berat
yang sering ditemukan dalam air limbah TPA yaitu arsen, besi, kadmium, kromium,
merkuri, nikel, seng, tembaga, dan timbal. Berdasarkan uraian di atas, dapat
dikatakan bahwa lingkungan TPA sampah berisiko tinggi terhadap pencemaran berbagai
polutan termasuk juga adanya kandungan Mahardika & Salami (2012).
II.
PERMASALAHAN
Permasalahan yang terjadi pada penelitian
ini yaitu rusaknya lingkungan sumber air dan pencemaran air. Pencemaran air
adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau,
sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan
dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga
mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat membantu
kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah
adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran
pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek
wisata.Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll.juga
mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak
dianggap sebagai pencemaran.
Dari penelitian tersebut didapat beberapa
permasalahan yang menyebabkan rusaknya lingkungan air dan sumber air yaitu:
1. Sanitasi
pembuangan domestik (rumah tangga) tidak dikelola dengan benar.
2. Resapan air
sisa TPA (tempat pembuangan akhir) yang masuk ke dalam tanah dan mengalir ke
bantaran sungai.
3. Limbah
berbahaya dari sisa industri yang tidak dikelola dengan benar dan dibuang
disungai dan sumber air lainnya.
III.
BATASAN
MASALAH
Agar pembahasan terpusat dan terarah pada tema, dilakukan pembatasan jurnal untuk
memudahkan pemahaman agar tujuan dari penulisan ini dapat tercapai dengan
optimal.
1.
Pembahasan jurnal ini mencakup pencemaran terhadap
sumber air.
2.
Penulisan jurnal ini disusun berdasarkan dari beberapa
penelitian/jurnal yang sudah ada sebelumnya.
3.
Solusi dari permasalahan disajikan berupa alternatif
saran yang dapat dilakukan.
4.
Penyususunan hasil penelitian/jurnal dilakukan dari
tanggal 26 Agustus hingga 31 Agustus 2019.
IV.
PEMBAHASAN
Zat kimia yang sering
mencemari lingkuga adalam salah satunya merkury. Paparan merkuri sebagai limbah
hasil pengolahan hasil tambang emas tradisional dapat menyebar ke daerah
sekitarnya melalui air, tanah, penyerapan oleh tumbuhan dan bioakumulasi pada rantai
makanan. Penyebarannya dapat mempengaruhi kadar kandungan merkuri dalam tanah
dan tanaman padi disekitar lokasi penambangan. Konsentrasi merkuri dalam beras
yang dikonsumsi dapat memberikan risiko kesehatan kepada manusia. Oleh karena
itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran merkuri dalam tanah
dan tanaman padi sehingga dapat diketahui kemungkinan zat pencemar tersebut
berpindah ke lingkungan dan analisis risiko terhadap kesehatan manusia yang
mengonsumsi beras hasil tanaman tersebut, Pratiwi & Ariesyady (2012).
Dari hasil penelitian pada
jurnal yang dipublikasikan oleh Pratiwi & Ariesyady (2012), telah
mendemonstrasikan efektivitas dalam menyisihkan parameter pencemar umum, dan
mungkin dapat menjadi teknologi pengolahan yang dapat digunakan sebagai pilihan
untuk restorasi sungai. Dalam konteks peningkatan kualitas air, pada tahap
ke-2, belum terlihat perbedaan yang signifikan dari ketiga jenis vegetasi.
Berdasarkan hasil survey didapat bahwa potensi penerimaan teknologi oleh
masyarakat sangat tinggi sehingga teknologi ini sangat memungkinkan untuk dapat
menjadi teknologi yang tepat guna di masyarakat.
Adapun beberapa teknologi dan
metode yang digunakan dalam mengatasi permasalahan sumber air yang
terkontaminasi adalah sebagai berikut:
1. Menanam
tanaman penyerap logam berat seperti enceng gondok,
Eceng
gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam
menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar kemampuan eceng
gondok oleh peneliti Indonesia antara lain oleh Widyanto dan Susilo (1977) yang
melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd),
merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan
1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur. Eceng gondok juga menyerap Cd 1,23
mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam-logam itu berada
dalam keadaan tercampur dengan logam lain. Lubis dan Sofyan (1986) menyimpulkan
logam chrom (Cr) dapat diserap oleh eceng gondok secara maksimal pada pH 7.
Dalam penelitiannya, logam Cr semula berkadar 15 ppm turun hingga 51,85 persen.
Selain dapat menyerap logam berat, eceng gondok dilaporkan juga mampu menyerap
residu pestisida, Listyawan (2016).
2. Melihat
indikator dengan pemanfaatan mikroplankton.
Indikasi
terjadinya pencemaran dan penurunan kualitas air dapat dideteksi dengan
fitoplankton. Fitoplankton merupakan organisme yang dapat hidup pada kondisi
adanya cahaya matahari (zona eufotik) dan adanya unsur hara, terutama nitrogen
dan fosfor yang digunakan sebagai nutrien. Adanya perubahan jumlah dan
komposisi nitrogen dan fosfor yang masuk ke dalam perairan dapat mempengaruhi
kepadatan populasi, struktur komunitas, dan dominansi fitoplankton. Hal ini
disebabkan karena jumlah dan komposisi nitrogen dan fosfor juga menjadi faktor
pembatas pertumbuhan fitoplankton, sehingga pada suatu kondisi perairan
tertentu akan terdapat jenis fitoplankton yang akan mati dan akan terdapat
jenis fitoplankton yang dapat bertahan hidup dan terus mengalami pertumbuhan
populasi. Fitoplankton yang sesuai dengan kondisi lingkungan perairannya dapat
menyebabkan terjadinya peledakan populasi (blooming). Blooming fitoplankton
pada badan perairan merupakan suatu indikasi bahwa perairan tersebut telah
mengalami eutrofikasi yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas badan
perairan sehingga merugikan organisme-organisme yang hidup di badan perairan,
Shofia & Muntalif (2014).
3. Jenis-jenis
tanaman peneduh jalan yang berpotensi menjerap Pb (timbal)
Tanaman
tersebut adalah Glodogan (Polyalthea longifolia), Angsana (Pterocarpus
indicus), Filicium (Filicium decipiends), Ketapang (Terminalia catappa),
Beringin (Ficus benjamina), Kupu-kupu (Bauhinia tomentosa), Puspa (Schima
wallichii), Kenari (Canarium ovatum) dan Genitu (Chrysophyllum cainito),
Listyawan (2016).
4. Penyerapan
dan akumulai logam berat oleh tumbuhan
Penyerapan
dan akumulai logam berat oleh tumbuhan dapat dibagi menjadi tiga proses yang
sinambung, yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi logam dari akar ke
bagian tumbuhan lain, dan lokalisasi logam pada bagian sel tertentu untuk
menjaga agar tidak menghambat metabolisme tumbuhan tersebut. Penyerapan oleh
akar. Telah diketahui, bahwa agar tumbuhan dapat menyerap logam maka logam harus
dibawa ke dalam larutan di sekitar akar (rizosfer) dengan beberapa cara
bergantung pada spesies tumbuhannya, Listyawan (2016).
5. Laham
eks-TPA perlu penanganan khusus.
Satu lahan
eks-TPA Keputih Surabaya ditutup pada tahun 2001, lahan seluas 42 hektare ini
belum bisadimanfaatkan untuk keperluan lain. Lantaran kandungan berbagai logam
beratnya yang cukup tinggi, tanaman sulit untuk tumbuh. Salah satu kandungan
logam berat yang utama adalah Hg, Mangkoedihardjo (2009) di dalam Listyawan
(2016) yang bersumber dari buangan industri dan sebagian dari buangan rumah
tangga. Pencemar tempat pembuangan sampah terkandung dalam lindi dan kompos
sebagai hasil penguraian sampah tertimbun.
Pelindian
inilah yang dapat memindahkan logam berat tersebut dari lapisan perakaran ke
lapisan tanah di bawahnya,sehingga tanah menjadi tercemar. Tanah tercemar logam
berat perlu diremediasi. Salah satu metode remediasi adalah fitoremediasi.
Dalam penelitian ini akan diteliti kemampuan tanaman akar wangi (Vetiveria
zizanioides) dalammereduksi kadar merkuri dalam tanah. Untuk meningkatkan
potensi tanaman tersebut meremediasi merkuri, maka tanah tempat tumbuh tanaman
akan dicampur dengan kompos Media tanam yang digunakan adalah tanah murni TPA
Keputih, kompos, dan limbah buatan merkuri (Hg2+). Tanaman uji yang digunakan
adalah akar wangi (Vetiveria zizanioides). Dari hasil penelitian diperoleh
bahwa komposisi media tanam 90% tanah tercemar + 10% kompos lebih efisien dalam
membantu tanaman akar wangi memulihkan tanah yang tercemar merkuri yaitu
sebesar 65,252%.. Fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan,
memindahkan, menstabilkan, atau menghancurkan bahan pencemar baik itu senyawa
organik maupun anorganik, Listyawan
(2016).
V.
KESIMPULAN
& SARAN
Dari analisa penelitian tentang rusaknya lingkungan dan sumber air
didapat kesimpulan yaitu:
1.
Manusia
adalah penyebab utama rusaknya sumber air sekaligus paling pertama yang akan
merasakan dampak buruknya.
2.
Sumber
air harus dijaga karena sumber air yang terkontaminasi bahan berbahaya dapat
menyebar ke sumber-sumber air lainnya.
3.
Menerapkan
budaya bersih tanggung jawab dapat menjaga sumber air dan mengurangi rusaknya
sumber air akibat bahan berbahaya dari limbah domestik, limbah industri dan
limbah TPA.
4.
Cara
mendeteksi kualitas air dapat dilihat dari kualitas kejernihan, bau dan warna
dari air, serta biota yang hidup didalamnya termasuk fitoplankton.
Saran dari penelitian ini yaitu, untuk memaksimalkan program
penyelamatan sumber air perlu diterapkannya hukum sosial dan hukum negara agar
dapat membuat jera para pelaku perusak sumber air dan lingkungannya. Dan
penelitian ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan untuk kemajuan dalam penulisan berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2019. Pencemaran air. Ensiklopedia
Bebas Wikipedia. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2019 jam 11:44. [online]
accesed on https://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_air
Lestari
A.S., Iqbal, R., dan Soewondo, P. 2013. Studi
Pengolahan Air Sungai Tanggulan Sub Das Cikapundung Menggunakan Floating
Treatment Wetlands Dengan Potensi Partisipasi Masyarakat Sekitar. Jurnal
Teknik Lingkungan. Volume 19. Nomor 1. Hal. 11-22. Diakses tanggal 27 Agustus
2019. https://ftsl.itb.ac.id/jurnal-teknik-lingkungan/tahun-2013/
Listyawan,
W. 2016. Tumbuhan Penyerap Logam Berat.
Portal Data Digital Personal. [online] diakses pada 30 Agustus 2019. jam 11:44..
accesed on http://www.wawanlistyawan.com/2013/11/tumbuhan-penyerap-logam-berat.html
Mahardika,
D.I., & Salami, I.R.S. 2012. Profil
Distribusi Pencemaran Logam Berat Pada Air Dan Sedimen Aliran Sungai Dari Air
Lindi Tpa Sari Mukti. Jurnal Teknik Lingkungan. Volume 18 Nomor 1. Hal.
30-42. Diakses tanggal 27 Agustus 2019. https://ftsl.itb.ac.id/jurnal-teknik-lingkungan/tahun-2012/
Myrasandri,P,.
& Syafila, M. 2012. Potensi Pembentukan Produk Hasil Degradasi Senyawa
Organik Limbah Cair Tahu Menggunakan Anaerobic Baffled Reactor Lima
Kompartemen. Jurnal
Teknik Lingkungan. Volume 18 Nomor 1. Hal 75-86. Diakses tanggal 27 Agustus
2019. https://ftsl.itb.ac.id/jurnal-teknik-lingkungan/tahun-2012/
Pratiwi,
C.A., & Ariesyady, H.D., 2012. Analisis
Risiko Pencemaran Merkuri Terhadap Kesehatan Manusia Yang Mengonsumsi Beras Di
Sekitar Kegiatan Tambang Emas Tradisional (Studi Kasus: Desa Lebaksitu,
Kecamatan Lebakgedong, Kabupaten Lebak, Banten). Jurnal Teknik Lingkungan.
Volume 18 Nomor 2. Hal. 106-114. Diakses tanggal 27 Agustus 2019. https://ftsl.itb.ac.id/jurnal-teknik-lingkungan/tahun-2012/
Prayatni,
S., & Soewondo, P. 2014. Pengaruh
Kadar Air Pada Pengolahan Lumpur Tinja Tangki Septik Berbasis Terra Preta
Sanitation. Jurnal Teknik Lingkungan. Volume 20. Nomor 2. Hal. 162-172.
Diakses tanggal 27 Agustus 2019. https://ftsl.itb.ac.id/jurnal-teknik-lingkungan/tahun-2014/
Prihatinningtyas,
E., & Effendi, A.J. 2012. Aplikasi
Tepung Jagung Sebagai Koagulan Alami Untuk Mengolah Limbah Cair Tahu. Jurnal
Teknik Lingkungan Volume 18 Nomor 1. Hal 97-105. Diakses tanggal 27 Agustus
2019. https://ftsl.itb.ac.id/jurnal-teknik-lingkungan/tahun-2012/
Shofia
& Muntalif, B.S. 2014. Distribusi
Fitoplankton Berdasarkan Sistem Informasi Geografis (Sig) Dan Status Trofik
Perairan Waduk Cirata, Jawa Barat. Jurnal Teknik Lingkungan. Volume 20 Nomor
2. Hal. 194- 203. Diakses tanggal 27 Agustus 2019. https://ftsl.itb.ac.id/jurnal-teknik-lingkungan/tahun-2014/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.