.

Sabtu, 31 Agustus 2019

RUSAKNYA LINGKUNGAN DAN PENCEMARAN BAHAN KIMIA TERHADAP LINGKUNGAN AIR SERTA MATA AIR DAN SUMBERNYA




Agus Sanjaya Putra
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik
Universitas Mercubuana
Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat 11650




 ABSTRAK
Setiap industri selalu memiliki limbah pembuangan, baik itu limbah tidak beracun ataupun limbah beracun terhadap lingkungan. Hal ini menjadi ancaman serius terhadap lingkungan kita, terlebih lagi lingkungan air. Air menjadi sumber kehidupan utama baik untuk manusia, tumbuhan, hewan dan mikroorganisme pengurai. Hal ini menjadi ancaman serius jika air yang menjadi kebutuhan utama kita rusak karena ulah manusia atau tercemar bahan kimia dari sisa industri kita. Pencegahan harus dilakukan untuk menekan rusaknya sumber air, seperti memberikan imbauan kepada masyarakat, tindakan hukum kepada pelaku industri nakal, dan penelitian yang berkelanjutan agar kondisi sumber air dapat selalu terpantau. Masalah rusaknya lingkungan air juga dirasakan diberbagai negara seperti India dan China. Banyak cara untuk mengembalikan fungsi sumber air yang terkontaminasi limbah dan logam berbahaya, seperti pemanfaatan enceng gondok, mendeteksi air yang terdapat fitoplankton, menanam tumbuhan penyeran logam berat di air.

Kata Kunci : Limbah, Mikroorganisme, Pencemaran, Pencegahan, Fitoplankton.


I.                    PENDAHULUAN
Menurut Crites (2006), di dalam Lestari, Iqbal dan Soewondo (2013) air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, air digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti minum, mandi, mencuci, memasak, kegiatan pertanian, perternakan, perindustrian dan kegiatan-kegiatan lainnya. Namun, penggunaan air ini menimbulkan dampak terhadap kualitas air terutama air permukaan seperti sungai.
Sumber air seperti sungai, waduk dan bendungan merupakan titik penting sumber air yang dapat dikonsumsi oleh masyaakat. Apa jadinya jika sumber air tersebut terkontaminasi oleh resapan limbah pabrik, resakan dari TPA (tempat pembuangan akhir) dan terkontaminasinya air oleh sisa-sisa limbah rumah tangga masyarakat itu sendiri. Menurut Prihatinningtyas & Effendi (2012) setiap kegiatan atau usaha akan menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah padat, cair maupun gas. Limbah dihasilkan karena tidak semua bahan yang digunakan untuk kegiatan proses produksi dapat dikonversi menjadi produk. Industri makanan skala rumah tangga misalnya industri tahu berpotensi besar dalam mencemari lingkungan, karena industri tersebut menghasilkan limbah padat dan cair.
Pertumbuhan industri di Indonesia diharapkan dapat mendorong ekonomi dan standar kualitas hidup di Indonesia. Namun, industri-industri tersebut dapat juga menyebabkan masalah lingkungan seperti timbulnya buangan yang tidak dikelola dengan baik. Industri yang menghasilkan limbah tidak hanya industri besar, tetapi juga industri skala kecil seperti industri tahu. Limbah industri tahu menimbulkan masalah lingkungan berupa bau dan polusi pada badan air penerima, Romli & Suprihatin (2009) dalam jurnal yang dipublikasikan Myrasandri & Syafila (2012).

Gambar 1 : Pencemaran sungai oleh limbah industri

Menurut Purwita, dan Soewondo. (2014) dalam jurnalnya buangan domestik (rumah tangga) mengandung materi organik, anorganik, bakteri pathogen dan logam berat yang keberadaannya dapat menyebabkan pencemaran badan air pada konsentrasi tinggi. Di sisi lain, buangan domestik ini juga mengandung unsur nutrien yang bermanfaat bagi kegiatan pertanian seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan potasium (K) yang terkandung di dalam urin dan tinja. 

Gambar 2 : Pencemaran sungai limbah rumah tangga (domestik)
 
Pembuangan jenis sampah yang beraneka macam ini memungkinkan air tanah yang dihasilkan mengandung zat beracun dan logam berat. Unsur pencemar yang masuk ke badan air yang berasal dari TPA akan memberikan dampak negatif terhadap kualitas di badan air tersebut, Mahardika & Salami (2012). 

Gambar 2 : Pencemaran sungai oleh limbah sampah dari TPA
 
Komposisi air dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di daerah TPA dan kondisi spesifik tempat. Air pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organik (hidrokarbon, asam humat, fulfat, tanat dan galat) dan anorganik (natrium, kalium, kalsium, magnesium, klor, sulfat, fosfat, fenol, nitrogen dan senyawa logam berat) yang tinggi. Selanjutnya, senyawa logam berat yang sering ditemukan dalam air limbah TPA yaitu arsen, besi, kadmium, kromium, merkuri, nikel, seng, tembaga, dan timbal. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa lingkungan TPA sampah berisiko tinggi terhadap pencemaran berbagai polutan termasuk juga adanya kandungan Mahardika & Salami (2012).


II.                PERMASALAHAN
Permasalahan yang terjadi pada penelitian ini yaitu rusaknya lingkungan sumber air dan pencemaran air. Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata.Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll.juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
Dari penelitian tersebut didapat beberapa permasalahan yang menyebabkan rusaknya lingkungan air dan sumber air yaitu:
1.      Sanitasi pembuangan domestik (rumah tangga) tidak dikelola dengan benar.
2.      Resapan air sisa TPA (tempat pembuangan akhir) yang masuk ke dalam tanah dan mengalir ke bantaran sungai.
3.      Limbah berbahaya dari sisa industri yang tidak dikelola dengan benar dan dibuang disungai dan sumber air lainnya.


III.             BATASAN MASALAH
Agar pembahasan terpusat dan terarah pada tema, dilakukan pembatasan jurnal untuk memudahkan pemahaman agar tujuan dari penulisan ini dapat tercapai dengan optimal.
1.      Pembahasan jurnal ini mencakup pencemaran terhadap sumber air.
2.      Penulisan jurnal ini disusun berdasarkan dari beberapa penelitian/jurnal yang sudah ada sebelumnya.
3.      Solusi dari permasalahan disajikan berupa alternatif saran yang dapat dilakukan.
4.      Penyususunan hasil penelitian/jurnal dilakukan dari tanggal 26 Agustus hingga 31 Agustus 2019.



IV.             PEMBAHASAN
Zat kimia yang sering mencemari lingkuga adalam salah satunya merkury. Paparan merkuri sebagai limbah hasil pengolahan hasil tambang emas tradisional dapat menyebar ke daerah sekitarnya melalui air, tanah, penyerapan oleh tumbuhan dan bioakumulasi pada rantai makanan. Penyebarannya dapat mempengaruhi kadar kandungan merkuri dalam tanah dan tanaman padi disekitar lokasi penambangan. Konsentrasi merkuri dalam beras yang dikonsumsi dapat memberikan risiko kesehatan kepada manusia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran merkuri dalam tanah dan tanaman padi sehingga dapat diketahui kemungkinan zat pencemar tersebut berpindah ke lingkungan dan analisis risiko terhadap kesehatan manusia yang mengonsumsi beras hasil tanaman tersebut, Pratiwi & Ariesyady (2012).
Dari hasil penelitian pada jurnal yang dipublikasikan oleh Pratiwi & Ariesyady (2012), telah mendemonstrasikan efektivitas dalam menyisihkan parameter pencemar umum, dan mungkin dapat menjadi teknologi pengolahan yang dapat digunakan sebagai pilihan untuk restorasi sungai. Dalam konteks peningkatan kualitas air, pada tahap ke-2, belum terlihat perbedaan yang signifikan dari ketiga jenis vegetasi. Berdasarkan hasil survey didapat bahwa potensi penerimaan teknologi oleh masyarakat sangat tinggi sehingga teknologi ini sangat memungkinkan untuk dapat menjadi teknologi yang tepat guna di masyarakat.
Adapun beberapa teknologi dan metode yang digunakan dalam mengatasi permasalahan sumber air yang terkontaminasi adalah sebagai berikut:
1.      Menanam tanaman penyerap logam berat seperti enceng gondok,
Eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar kemampuan eceng gondok oleh peneliti Indonesia antara lain oleh Widyanto dan Susilo (1977) yang melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur. Eceng gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan logam lain. Lubis dan Sofyan (1986) menyimpulkan logam chrom (Cr) dapat diserap oleh eceng gondok secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya, logam Cr semula berkadar 15 ppm turun hingga 51,85 persen. Selain dapat menyerap logam berat, eceng gondok dilaporkan juga mampu menyerap residu pestisida, Listyawan (2016).

2.      Melihat indikator dengan pemanfaatan mikroplankton.
Indikasi terjadinya pencemaran dan penurunan kualitas air dapat dideteksi dengan fitoplankton. Fitoplankton merupakan organisme yang dapat hidup pada kondisi adanya cahaya matahari (zona eufotik) dan adanya unsur hara, terutama nitrogen dan fosfor yang digunakan sebagai nutrien. Adanya perubahan jumlah dan komposisi nitrogen dan fosfor yang masuk ke dalam perairan dapat mempengaruhi kepadatan populasi, struktur komunitas, dan dominansi fitoplankton. Hal ini disebabkan karena jumlah dan komposisi nitrogen dan fosfor juga menjadi faktor pembatas pertumbuhan fitoplankton, sehingga pada suatu kondisi perairan tertentu akan terdapat jenis fitoplankton yang akan mati dan akan terdapat jenis fitoplankton yang dapat bertahan hidup dan terus mengalami pertumbuhan populasi. Fitoplankton yang sesuai dengan kondisi lingkungan perairannya dapat menyebabkan terjadinya peledakan populasi (blooming). Blooming fitoplankton pada badan perairan merupakan suatu indikasi bahwa perairan tersebut telah mengalami eutrofikasi yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas badan perairan sehingga merugikan organisme-organisme yang hidup di badan perairan, Shofia & Muntalif (2014).

3.      Jenis-jenis tanaman peneduh jalan yang berpotensi menjerap Pb (timbal) 
Tanaman tersebut adalah Glodogan (Polyalthea longifolia), Angsana (Pterocarpus indicus), Filicium (Filicium decipiends), Ketapang (Terminalia catappa), Beringin (Ficus benjamina), Kupu-kupu (Bauhinia tomentosa), Puspa (Schima wallichii), Kenari (Canarium ovatum) dan Genitu (Chrysophyllum cainito), Listyawan (2016).

4.      Penyerapan dan akumulai logam berat oleh tumbuhan
Penyerapan dan akumulai logam berat oleh tumbuhan dapat dibagi menjadi tiga proses yang sinambung, yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi logam dari akar ke bagian tumbuhan lain, dan lokalisasi logam pada bagian sel tertentu untuk menjaga agar tidak menghambat metabolisme tumbuhan tersebut. Penyerapan oleh akar. Telah diketahui, bahwa agar tumbuhan dapat menyerap logam maka logam harus dibawa ke dalam larutan di sekitar akar (rizosfer) dengan beberapa cara bergantung pada spesies tumbuhannya, Listyawan (2016).

5.      Laham eks-TPA perlu penanganan khusus.
Satu lahan eks-TPA Keputih Surabaya ditutup pada tahun 2001, lahan seluas 42 hektare ini belum bisadimanfaatkan untuk keperluan lain. Lantaran kandungan berbagai logam beratnya yang cukup tinggi, tanaman sulit untuk tumbuh. Salah satu kandungan logam berat yang utama adalah Hg, Mangkoedihardjo (2009) di dalam Listyawan (2016) yang bersumber dari buangan industri dan sebagian dari buangan rumah tangga. Pencemar tempat pembuangan sampah terkandung dalam lindi dan kompos sebagai hasil penguraian sampah tertimbun.
Pelindian inilah yang dapat memindahkan logam berat tersebut dari lapisan perakaran ke lapisan tanah di bawahnya,sehingga tanah menjadi tercemar. Tanah tercemar logam berat perlu diremediasi. Salah satu metode remediasi adalah fitoremediasi. Dalam penelitian ini akan diteliti kemampuan tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) dalammereduksi kadar merkuri dalam tanah. Untuk meningkatkan potensi tanaman tersebut meremediasi merkuri, maka tanah tempat tumbuh tanaman akan dicampur dengan kompos Media tanam yang digunakan adalah tanah murni TPA Keputih, kompos, dan limbah buatan merkuri (Hg2+). Tanaman uji yang digunakan adalah akar wangi (Vetiveria zizanioides). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa komposisi media tanam 90% tanah tercemar + 10% kompos lebih efisien dalam membantu tanaman akar wangi memulihkan tanah yang tercemar merkuri yaitu sebesar 65,252%.. Fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan, memindahkan, menstabilkan, atau menghancurkan bahan pencemar baik itu senyawa organik maupun anorganik, Listyawan (2016).

V.                KESIMPULAN & SARAN
Dari analisa penelitian tentang rusaknya lingkungan dan sumber air didapat kesimpulan yaitu:
1.      Manusia adalah penyebab utama rusaknya sumber air sekaligus paling pertama yang akan merasakan dampak buruknya.
2.      Sumber air harus dijaga karena sumber air yang terkontaminasi bahan berbahaya dapat menyebar ke sumber-sumber air lainnya.
3.      Menerapkan budaya bersih tanggung jawab dapat menjaga sumber air dan mengurangi rusaknya sumber air akibat bahan berbahaya dari limbah domestik, limbah industri dan limbah TPA.
4.      Cara mendeteksi kualitas air dapat dilihat dari kualitas kejernihan, bau dan warna dari air, serta biota yang hidup didalamnya termasuk fitoplankton.

Saran dari penelitian ini yaitu, untuk memaksimalkan program penyelamatan sumber air perlu diterapkannya hukum sosial dan hukum negara agar dapat membuat jera para pelaku perusak sumber air dan lingkungannya. Dan penelitian ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kemajuan dalam penulisan berikutnya.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2019. Pencemaran air. Ensiklopedia Bebas Wikipedia. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2019 jam 11:44. [online] accesed on https://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_air
Lestari A.S., Iqbal, R., dan Soewondo, P. 2013. Studi Pengolahan Air Sungai Tanggulan Sub Das Cikapundung Menggunakan Floating Treatment Wetlands Dengan Potensi Partisipasi Masyarakat Sekitar. Jurnal Teknik Lingkungan. Volume 19. Nomor 1. Hal. 11-22. Diakses tanggal 27 Agustus 2019. https://ftsl.itb.ac.id/jurnal-teknik-lingkungan/tahun-2013/
Listyawan, W. 2016. Tumbuhan Penyerap Logam Berat. Portal Data Digital Personal. [online] diakses pada 30 Agustus 2019. jam 11:44..  accesed on http://www.wawanlistyawan.com/2013/11/tumbuhan-penyerap-logam-berat.html
Mahardika, D.I., & Salami, I.R.S. 2012. Profil Distribusi Pencemaran Logam Berat Pada Air Dan Sedimen Aliran Sungai Dari Air Lindi Tpa Sari Mukti. Jurnal Teknik Lingkungan. Volume 18 Nomor 1. Hal. 30-42. Diakses tanggal 27 Agustus 2019. https://ftsl.itb.ac.id/jurnal-teknik-lingkungan/tahun-2012/
Myrasandri,P,. & Syafila, M.  2012. Potensi Pembentukan Produk Hasil Degradasi Senyawa Organik Limbah Cair Tahu Menggunakan Anaerobic Baffled Reactor Lima Kompartemen. Jurnal Teknik Lingkungan. Volume 18 Nomor 1. Hal 75-86. Diakses tanggal 27 Agustus 2019. https://ftsl.itb.ac.id/jurnal-teknik-lingkungan/tahun-2012/
Pratiwi, C.A., & Ariesyady, H.D., 2012. Analisis Risiko Pencemaran Merkuri Terhadap Kesehatan Manusia Yang Mengonsumsi Beras Di Sekitar Kegiatan Tambang Emas Tradisional (Studi Kasus: Desa Lebaksitu, Kecamatan Lebakgedong, Kabupaten Lebak, Banten). Jurnal Teknik Lingkungan. Volume 18 Nomor 2. Hal. 106-114. Diakses tanggal 27 Agustus 2019. https://ftsl.itb.ac.id/jurnal-teknik-lingkungan/tahun-2012/
Prayatni, S., & Soewondo, P. 2014. Pengaruh Kadar Air Pada Pengolahan Lumpur Tinja Tangki Septik Berbasis Terra Preta Sanitation. Jurnal Teknik Lingkungan. Volume 20. Nomor 2. Hal. 162-172. Diakses tanggal 27 Agustus 2019. https://ftsl.itb.ac.id/jurnal-teknik-lingkungan/tahun-2014/
Prihatinningtyas, E., & Effendi, A.J. 2012. Aplikasi Tepung Jagung Sebagai Koagulan Alami Untuk Mengolah Limbah Cair Tahu. Jurnal Teknik Lingkungan Volume 18 Nomor 1. Hal 97-105. Diakses tanggal 27 Agustus 2019. https://ftsl.itb.ac.id/jurnal-teknik-lingkungan/tahun-2012/
Shofia & Muntalif, B.S. 2014. Distribusi Fitoplankton Berdasarkan Sistem Informasi Geografis (Sig) Dan Status Trofik Perairan Waduk Cirata, Jawa Barat. Jurnal Teknik Lingkungan. Volume 20 Nomor 2. Hal. 194- 203. Diakses tanggal 27 Agustus 2019. https://ftsl.itb.ac.id/jurnal-teknik-lingkungan/tahun-2014/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.