Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi,
dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan
keberagaman karakteristik sampah. Beberapa usaha yang telah berlangsung di TPS
untuk mengurangi volume sampah, seperti telah dilakukan pemilahan oleh pemulung
untuk sampah yang dapat didaur ulang. Ini ternyata sebagai mata pencaharian
untuk mendapatkan penghasilan. Terhadap sampah yang mudah busuk telah dilakukan
usaha pengomposan. Namun usaha tersebut masih menyisakan sampah yang harus
dikelola yang memerlukan biaya yang tinggi dan lahan luas. Penanganan sisa
sampah di TPS sampai saat ini masih dengan cara pembakaran di tempat terbuka
dan pembusukan secara alami. Hal ini menimbulkan permasalahan baru bagi
lingkungan, yaitu pencemaran tanah, air, dan udara.
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai
sumberdaya. Dari sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah
dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya
bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium
perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi,
yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak
mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan yang lainnya (E Damanhuri & T Padmi, 2010).
Dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh volume
sampah yang tinggi yang tidak dikelola dengan baik adalah gangguan kesehatan,
menurunkan kualitas lingkungan, menurunkan estetika lingkungan dan terhambatnya
pembangunan negara. Namun, dari sekian banyak limbah rumah tangga ada yang sangat
berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia yaitu sampah anorganik yang
keberadaannya kadang dianggap kecil.
Komposisi Sampah
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang
dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki
nilai ekonomis (Ecolink, 1996).
Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan
sebagai:
1.
Sampah Organik
Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun
tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan
pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses
alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk
sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah,
dan daun.
2.
Sampah Anorganik
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak
terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa
dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian
zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang
sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada
tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan
kaleng
Dampak negatif dari sampah anorganik
1. Pengelolaan
sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi
masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah
bertebaran dimana-mana. Memberikan dampak negatif terhadap estetika lingkungan.
2. Pengelolaan
sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat.
Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk
mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja,
rendahnya produktivitas).
3. Pembuangan
sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak
bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.
4. Infrastruktur
lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti
tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan
sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di
jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan
diperbaiki.
Tahapan Pengelolaan Sampah Anorganik yang Dapat
Dilakukan
a. Pencegahan
dan Pengurangan Sampah dari Sumbernya
Kegiatan ini dimulai
dengan kegiatan pemilahan
atau pemisahan sampah
organik dan anorganik dengan menyediakan tempat sampah
organik dan anorganik disetiap rumah.
b. Pemanfaatan
Kembali
Kegiatan pemanfaatan sampah kembali, terdiri atas:
1). Pemanfaatan
sampah organik, seperti composting (pengomposan). Sampah yang mudah membusuk dapat diubah menjadi
pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk melestarikan fungsi kawasan wisata.
2). Pemanfaatan
sampah anorganik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan
kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang bekas, atau kertas daur ulang. Sedangkan pemanfaatan
kembali secara tidak langsung, misalnya menjual
barang bekas seperti
kertas, plastik, kaleng,
koran bekas, botol,
gelas dan botol
air minum dalam kemasan.
c. Tempat
Pembuangan Sampah Akhir
Dengan pengelolaan sampah yang baik, sisa
sampah akhir yang
benar-benar tidak dapat
dimanfaatkan lagi hanya
sebesar ± 10%.
Kegiatan ini tentu
saja akan menurunkan biaya pengangkutan sampah bagi pengelola kawasan,
mengurangi luasan kebutuhan
tempat untuk lokasi
TPS, serta memperkecil permasalahan sampah yang
saat ini
dihadapi oleh banyak
pemerintah daerah.
Prinsip-Prinsip Yang Diterapkan Dalam Pemanfaatan
Sampah Anorganik (4R):
a. Reduce
(Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang
kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak
sampah yang dihasilkan.
b. Re-use
(Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai
kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang).
Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
c. Recycle
(Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi,
bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah
banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah
menjadi barang lain. Teknologi daur ulang, khususnya bagi sampah plastik,
sampah kaca, dan sampah logam, merupakan suatu jawaban atas upaya memaksimalkan
material setelah menjadi sampah, untuk dikembalikan lagi dalam siklus daur
ulang material tersebut.
d. Replace
(Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang
yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga
telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan,
Misalnya, ganti kantong keresek kita dnegan keranjang bila berbelanja, dan
jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi
secara alami.
Pemanfaatan sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang berasal bukan dari
makhluk hidup. sampah anorganik memerlukan waktu yang lama atau bahkan tidak
dapat terdegradasi secara alami. Beberapa sampah anorganik diantaranya
styrofoam, plastik, kaleng, dan bahan gelas atau beling. Salah satu pemanfaatan
sampah anorganik adalah dengan cara proses daur ulang (recycle). Daur ulang
merupakan upaya untuk mengolah barang atau benda yang sudah tidak dipakai agar
dapat dipakai kembali. Beberapa limbah anorganik yang dapat dimanfaatkan
melalui proses daur ulang, misalnya plastik, gelas, logam, dan kertas.
1. Sampah
plastik
Sampah plastik biasanya digunakan sebagai pembungkus
barang. Plastik juga digunakan sebagai perabotan rumah tangga seperti ember,
piring, gelas, dan lain sebagainya. Keunggulan barang-barang yang terbuat dari plastik
yaitu tidak berkarat dan tahan lama. Banyaknya pemanfaatan plastik berdampak
pada banyaknya sampah plastik. Padahal untuk hancur secara alami jika dikubur
dalam tanah memerlukan waktu yang sangat lama. Karena itu, upaya yang dapat
dilakukan adalah memanfaatkan limbah plastik untuk didaur ulang menjadi
barang yang sama fungsinya dengan fungsi semula maupun digunakan untuk fungsi
yang berbeda. Misalnya ember plastik bekas dapat didaur ulang dan hasil daur
ulangnya setelah dihancurkan dapat berupa ember kembali atau dibuat produk lain
seperti sendok plastik, tempat sampah, atau pot bunga. Plastik dari bekas
makanan ringan atau sabun deterjen dapat didaur ulang menjdai kerajinan
misalnya kantong, dompet, tas laptop, tas belanja, sandal, atau payung. Botol bekas minuman bisa
dimanfaatkan untuk membuat mainan anak- anak. Sedotan minuman dapat dibuat
bunga-bungaan, asbak, pot, bingkai foto, taplak meja, hiasan dinding atau
hiasan lainnya.
2. Sampah
logam
Sampah dari bahan logam seperti besi, kaleng, alumunium,
timah, dan lain sebagainya dapat dengan mudah ditemukan di lingkungan sekitar
kita. Sampah dari bahan kaleng biasanya yang paling banyak kita temukan dan
yang paling mudah kita manfaatkan menjadi barang lain yang bermanfaat. Sampah
dari bahan kaleng dapat dijadikan berbagai jenis barang kerajinan yang
bermanfaat. Berbagai produk yang dapat dihasilkan dari limbah kaleng di
antaranya tempat sampah, vas bunga, gantungan kunci, celengan, gif box dll.
3. Sampah
Gelas atau Kaca
Sampah gelas atau kaca yang sudah pecah dapat didaur
ulang menjadi barang-barang sama seperti barang semula atau menjadi barang
lainseperti botol yang baru, vas bunga, cindera mata, atau hiasan-hiasan
lainnya yang mempunyai nilai artistik dan ekonomis.
4. Sampah
kertas
Sampah dari kertas dapat didaur ulang baik secara
langsung ataupun tak langsung. Secara langsung artinya kertas tersebut langsung
dibuat kerajinan atau barang yang berguna lainnya. Sedangkan secara tak
langsung artinya kertas tersebut dapat dilebur terlebih dahulu menjadi kertas
bubur, kemudian dibuat berbagai kerajinan. Hasil
daur ulang kertas banyak sekali ragamnya seperti kotak hiasan, sampul buku,
bingkai photo, tempat pinsil, dan lain sebagainya.
Dari penjelasan diatas maka kita mengetahui bahwa
sampah anorganik diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat
sampah bekas kantong plastik itu benar-benar terurai. Namun yang menjadi
persoalan adalah dampak negatif sampah plastik ternyata sebesar fungsi nya
juga,dibutuhkan waktu 1000 tahun agar
plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai
dengan sempurna. Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai,
partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah.
Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap
beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakaranya tidak
sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat
berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker,
hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi. Untuk
menangani permasalahan sampah ini secara menyeluruh maka diperlukan alternatif
pengolahan yang benar. Teknologi landfill yang diharapkan dapat menyelesaikan
masalah lingkungan akibat sampah, justru memberikan permasalahan lingkungan
yang baru. Kerusakan tanah, air tanah, dan air permukaan sekitar akibat air
lindi, sudah mencapai tahap yang membahayakan kesehatan masyarakat, khususnya
dari segi sanitasi lingkungan.
Daftar Pustaka
Kurniastuti, Nurhenu, 2019. Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan dan Lingkungan. http://repository.ut.ac.id/4658/2/PEKI4312-M1.pdf
E Damanhuri, T Padmi - Diktat kuliah TL, 2010 - academia.edu
Hidayat, Atep Afia dn M Kholil, 2018. Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri.22-23. Penerbit WR Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.