Oleh: Risza Kurniawan (@K05-Risza)
Abstrak
Departemen Kehutanan perlu meningkatkan penyediaan energi biomassa, khususnya kayu bakar dan arang, bagi masyarakat di sekitar hutan sejalan dengan visi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan. Menindaklanjuti Kebijakan Energi Nasional (KEN), Keputusan Menteri Kehutanan No. 345/Menhut-II/2006 dapat mendorong capacity building, teknologi dan penyediaan energi biomassa secara berkelanjutan. Rekomendasi kebijakan berupa peningkatan akses penyediaan energi biomassa pada masyarakat, aturan teknis yang kondusif, penyusunan kebijakan daerah dan integrasi pengembangan kayu bakar pada program pembangunan kehutanan disampaikan dalam tulisan ini. Juga dibahas perkembangan kebijakan energi biomassa dikaitkan dengan KEN.
Kata Kunci: energy terbarukan, biomassa.
Menurut Wikipedia, Biomassa, dalam industri produksi energi, merujuk pada bahan biologis yang hidup atau baru mati yang dapat digunakan sebagai sumber bahan
bakar atau untuk produksi industrial. Umumnya biomassa merujuk pada materi tumbuhan yang dipelihara untuk digunakan sebagai biofuel, tetapi dapat juga mencakup materi tumbuhan atau hewan yang digunakan untuk produksi serat, bahan
kimia, atau panas. Biomassa dapat pula meliputi limbah terbiodegradasi yang dapat dibakar sebagai bahan bakar.
Biomassa tidak mencakup materi organik yang telah tertransformasi
oleh proses geologis menjadi zat seperti batu
bara atau minyak
bumi.
Pemanfaatan
energi biomassa, khususnya kayu bakar, dewasa ini masih menonjol secara global,
tidak terkecuali masyarakat pedesaan Indonesia. Lebih dari 14 persen energi
primer dunia adalah energi biomassa yang digunakan oleh lebih dari 2 milyar
penduduk 9 (FAO, 2007). Konsumsi kayu bakar dan arang dunia diperkirakan
meningkat dari 1,39x10 3 9 3 m untuk tahun 1990 menjadi 3,41 x 10 m untuk tahun
2050 (Moreira, 1997 dalam Tim Pengembangan Biomassa Departemen Kehutanan,
2007). Di Indonesia, 50% penduduk 3 masih menggunakan kayu bakar dengan
kebutuhan 0,5 m /bulan/KK (Tim Pengembangan Biomassa Departemen Kehutanan,
2007).
Produksi arang serbuk gergaji kayu campuran yang digunakan untuk arang aktif dan arang kompos tersebut di atas dilakukan pada tungku drum dan cara semi kontinyu (Gusmailina dkk, 2002) tanpa memproduksi cuka kayunya. Secara teknis, produksi arang serbuk gergaji kayu campuran dapat dipadukan dengan produksi cuka kayu antara lain dengan cara memodifikasi alat destilasi kering kayu dan merekayasa tungku 'portable' model Jepang. Pemanfaatan arang serbuk gergaji yang bernilai tambah tinggi adalah untuk arang aktif. Harga jual arang aktif yang lebih tinggi dari arang dan penggunaannya diberbagai keperluan sebagai absorben merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan pemanfaatan serbuk gergaji kayu campuran. Berbeda dengan arang aktif, pemanfaatan cuka kayu pada umumnya belum dikenal baik oleh masyarakat meskipun Indonesia dikenal sebagai pengekspor arang. Menurut Yatagai (2002), kebutuhan cuka kayu di Jepang berjumlah 8.000 000 liter per tahun digunakan untuk budidaya tanaman pertanian, deodorant, pengusir binatang kecil, anti mikroba dan farmasi. Menurut Anonim (2002), komponen sebagian besar cuka kayu adalah air dan mengandung sekitar 200 jenis kompnen kimia, digunakan pada budidaya tanaman buah, bunga dan sayuran, cuka kayu encer disemprotkan pada daun tanaman membuat daun lebih sehat, cuka kayu dapat menggeser penggunaan pupuk kimia, 100% pupuk alam, dapat mengurangi bau bila ditambahkan pada pupuk kandang dengan kualitas pupuk lebih baik.
Produksi arang serbuk gergaji kayu campuran yang digunakan untuk arang aktif dan arang kompos tersebut di atas dilakukan pada tungku drum dan cara semi kontinyu (Gusmailina dkk, 2002) tanpa memproduksi cuka kayunya. Secara teknis, produksi arang serbuk gergaji kayu campuran dapat dipadukan dengan produksi cuka kayu antara lain dengan cara memodifikasi alat destilasi kering kayu dan merekayasa tungku 'portable' model Jepang. Pemanfaatan arang serbuk gergaji yang bernilai tambah tinggi adalah untuk arang aktif. Harga jual arang aktif yang lebih tinggi dari arang dan penggunaannya diberbagai keperluan sebagai absorben merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan pemanfaatan serbuk gergaji kayu campuran. Berbeda dengan arang aktif, pemanfaatan cuka kayu pada umumnya belum dikenal baik oleh masyarakat meskipun Indonesia dikenal sebagai pengekspor arang. Menurut Yatagai (2002), kebutuhan cuka kayu di Jepang berjumlah 8.000 000 liter per tahun digunakan untuk budidaya tanaman pertanian, deodorant, pengusir binatang kecil, anti mikroba dan farmasi. Menurut Anonim (2002), komponen sebagian besar cuka kayu adalah air dan mengandung sekitar 200 jenis kompnen kimia, digunakan pada budidaya tanaman buah, bunga dan sayuran, cuka kayu encer disemprotkan pada daun tanaman membuat daun lebih sehat, cuka kayu dapat menggeser penggunaan pupuk kimia, 100% pupuk alam, dapat mengurangi bau bila ditambahkan pada pupuk kandang dengan kualitas pupuk lebih baik.
Dalam
penelitian ini limbah ampas tebu dimanfaatkansebagai bahan bakar dengan cara
mengubahnya menjadi briket bioarang. Tujuan pembuatan briket bioarang untuk
mengetahui briket yang baik dan mengetahui perbandingan jenis briket bioarang
limbah ampas tebu dan arang kayu ditinjau dari pengujian proksimat dan nilai
kalor. Manfaat pembuatan briket dapat mengurangi penimbunan sampah yang
menyebabkan pencemaran lingkungan. Hasil penelitian menunjukan persentase kadar
air briket ampas tebu pada perekat damaradalah 3,36-1,47 %, kadar asapadalah
36,91-30,15 %, kadar abuadalah 8,05-6,10 %,dan nilai kalor 3683,68-4520,88
kJ/kg. Sedangkan untuk briket arang kayu diperoleh persentase kadar air
3,25-1,36 %, kadar asap 34,55-26,53 %, kadar abu 6,36-5,37 %, dan nilai kalor 3934,84-5274,36kJ/kg
Serbuk gergaji kayu dapat dibuat arang dan dijadikan arang aktif karena kadar karbon terikatnya memenuhi persyaratan dengan kadarnya lebih dari 70% yaitu sebesar 72,32%. Sifat lainnya adalah kadar air sebesar 3,07%, kadar abu 4,50%, kadar zat terbang 23,68% dan rendemen arang yang dihasilkan sebesar 21,27%. Kondisi optimum untuk membuat arang aktif dengan kualitas terbaik dihasilkan pada suhu 800oC, dengan lama waktu aktivasi 60 menit, menghasilkan rendemen sebesar 30,80%, kadar air 15,03%, kadar abu 14,23%, kadar zat terbang 8,95 %, kadar karbon terikat 76,82%. Pada kondisi tersebut daya serap arang aktif terhadap benzena sebesar 15,58%, CHCl3 34,65%, iodium 921,85 mg/g dan daya serap terhadap biru metilena sebesar 112,18 mg/g.
Daftar Pustaka.
Serbuk gergaji kayu dapat dibuat arang dan dijadikan arang aktif karena kadar karbon terikatnya memenuhi persyaratan dengan kadarnya lebih dari 70% yaitu sebesar 72,32%. Sifat lainnya adalah kadar air sebesar 3,07%, kadar abu 4,50%, kadar zat terbang 23,68% dan rendemen arang yang dihasilkan sebesar 21,27%. Kondisi optimum untuk membuat arang aktif dengan kualitas terbaik dihasilkan pada suhu 800oC, dengan lama waktu aktivasi 60 menit, menghasilkan rendemen sebesar 30,80%, kadar air 15,03%, kadar abu 14,23%, kadar zat terbang 8,95 %, kadar karbon terikat 76,82%. Pada kondisi tersebut daya serap arang aktif terhadap benzena sebesar 15,58%, CHCl3 34,65%, iodium 921,85 mg/g dan daya serap terhadap biru metilena sebesar 112,18 mg/g.
Daftar Pustaka.
·
Wikipedia https://id.wikipedia.org/wiki/Biomassa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.