Abstrak
Tuntutan sebagian besar umat manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih sejahtera semakin memacu pengembangan teknologi dan industri yang lebih mumpuni. Namun di sisi lainnya ternyata beragam kegiatan teknologi dan industri menyisakan material buangan, yang sebagian diantaranya membahayalan keberlangsungan kehidupan umat manusia.
Tidak dapat dipungkiri, perekonomian saat ini masih sangat bergantung pada pengelolaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (nonrenewables). Menurut EPA (2015), Kimia Hijau (Green Chemistry) adalah desain produk dan proses kimia yang berupaya mengurangi atau menghilangkan penggunaan zat berbahaya. Dalam hal ini Kimia Hijau adalah konsep mengenai kimia untuk menyelamatkan lingkungan dari pencemaran.
Isi
Green Chemistry atau Kimia Hijau disebut juga sustainable chemistry,
merupakan sebuah filsafat kimiawi yang mendorong desain produk dan
prosesnya untuk mengurangi atau menghilangkan pemakaian dan generasi
dari zat-zat berbahaya. Lingkungan kimiawi disini melingkupi lingkungan
alami dan kimia hijau di lingkungan alami berfungsi untuk mengurangi dan
mencegah polusi lansung dari sumbernya. Kimia hijau sangat efektif
karena mengakplikasikn solusi saintifik yang inovatif bagi situasi
lingkungan dunia.
Kimia Hijau menerapkan pendekatan baru untuk bidang sintesis, pengolahan dan penerapan zat kimia sedemikian rupa, sehingga ancaman terhadap kesehatan dan lingkungan dapat dikurangi (Manahan, 2005). Kimia hijau berpotensi untuk melindungi manusia dan lingkungan dari paparan bahan kimia beracun yang antara lain dihasilkan oleh industri manufaktur. Hal itu sejalan dengan pendapat Poliakoff, dkk (2002). Dalam hal ini yang menjadi misi kimia hijau ialah untuk mempromosikan teknologi kimia inovatif yang mengurangi atau menghilangkan penggunaan atau timbulnya bahan kimia berbahaya dalam perancangan, pembuatan dan penggunaan produk kimia.
12 Prinsip Kimia Hijau
Paul Anastas dari United States Environmental
Protection Agency dan John C. Warner mengembangkan 12 prinsip green
chemistry yang berfungsi sebagai panduan pengaplikasian green chemistry
dalam tindakan nyata. Di bawah ini terdapat 12 prinsip konsep Green
Chemistry: Theory and Practice (Oxford University Press: New York,
1998).
- Mencegah limbah: Mendesain sintesa kimiawi untuk mencegah limbah, tak meninggalkan limbah untuk ditindaklanjuti atau dibersihkan.
- Mendesain zat kimiawi dan produk kimiawi yang aman: Mendesain sintesa untuk digunakan dan menghasilkan zat kimia yang tidak atau hanya sedikit menjadi racun bagi manusia dan lingkungannya.
- Mendesain sintesa kimia yang tidak terlalu berbahaya: Mendesain sintesa untuk digunakan dan menghasilkan zat kimia yang tidak atau hanya sedikit menjadi racun bagi manusia dan lingkungannya
- Menggunakan bahan baku yang bisa diperbarui: Menggunakan material dan bahan baku yang bisa diperbarui dari pada yang tidak bisa diperbarui. Bahan baku yang bisa diperbarui biasanya dibuat dari produk agrikultur atau merupakan limbah dari proses, sedangkan bahan baku yang tidak bisa diperbarui berasal dari fossil atau merupakan hasil tambang.
- Menggunakan pengkatalis, bukan bahan reaksi stoikometri: Meminimalkan limbah dengan reaksi katalitik. Pengkatalis digunakan dalam jumlah kecil dan membawa sebuah reaksi tunggal kecil secara berulang beberapa kali. Pengkatalisi diutamakan dibandungkan dengan bahan reaksi stoikometri yang digunakan secara berlebih dan hanya bekerja sekali.
- Menghindari turunan kimiawi: Menghindari penggunaan grup penghambat atau pelindung atau perubahan sementara jika memungkinkan. Turunan menggunakan bahan reaksi tambahan dan menhasilkan limbah.
- Memaksimalkan ekonomi atom: Mendesain sintesa agar produk akhir mengandung proporsi maksimum dari materi awal yang digunakan. Kalau ada atom yang terbuang, sebaiknya hanya sedikit.
- Gunakan pelarut dan kondisi reaksi yang aman: Hindari penggunaan pelaruut, agen pemisahan, atau pelengkap kimia lain. Jika penting, gunakan zat kimia yang tidak berbahaya.
- Tingkatkan efisiensi energi: Jalankan reaksi kimia pada suhu dan tekanan yang sesuai dengan lingkungan kapan pun bisa.
- Mendesain zat kimia dan produk yang dapat terurai setelah digunakan: Mendesain produk kimiawi yang terurai ke dalam zat yang tidak berbahaya setelah digunakan supaya tidak terakumulasi dalam lingkungan.
- Menganalisa dalam waktu sesungguhnya untuk mencegah polusi: Melakukan pemantauan dan pengontrolan waktu sesunggunya selama sintesa berlangsung untuk meminimalkan atau menghilangkan pembentukan limbah.
- Meminimalkan potensi terjadinya kecelekaan: Mendesain zat kimia dan bentuknya untuk meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan kimiawi termasuk ledakan, kebakaran, dan pelepasan ke dalam lingkungan.
Daftar Pustaka
EPA. 2015a. Basics of Green Chemistry. United States Environmenta Protection Agency. Dalam http://www.epa.gov/greenchemistry/basics-green-chemistry
Hidayat, Atep Afia. Dan Kholil, Muhammad.2017. Kimia, Industri dan Teknologi Hijau.
Manahan, S.E. 2005. Green Chemistry - And The Ten Commandments of Sustainability. ChemCar Research, Inc. Columbia - USA. Dalam http://www.asdlib.org/onlineArticles/ecourseware/Manahan/GreenChem-2.pdf
Poliakoff, dkk. 2002. Green Chemistry : science and politics of change. Science 297:807-810.
Anonim. 2013. Green Chemistry (Kimia Hijau) dalam https://any4ict.wordpress.com/2013/01/13/green-chemistry-kimia-hijau/ (Diakses tanggal 24-08-18)
Oleh : @H23-DEANDRA, @ProyekH07
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.