ABSTRAK
Bata berpori (ringan) atau beton ringan AAC ( Autoclaved Aerated Concrete ) ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Bata ringan AAC ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman pada tahun 1943. Hasilnya bata berpori (ringan) atau beton ringan aerasi ini dianggap sempurna, termasuk material bangunan yang ramah lingkungan, karena dibuat dari sumber daya alam yang berlimpah. Sifatnya kuat, tahan lama, mudah dibentuk, efisien, dan berdaya guna tinggi. Di Indonesia sendiri bata berpori ( beton ringan ) mulai dikenal sejak tahun 1995, saat didirikannya PT Hebel Indonesia di Kerawang Timur, Jawa Barat. ( Ngabdurrochman, 2009 ).
PEMBAHASAN
Pengertian
Bata berpori adalah bata yang memiliki berat jenis ( density ) lebih ringan dari pada bata pada umumnya. ( Ngabdurrochman,2009 ).
Bata berpori disebut juga sebagai bata ringan atau beton ringan alternatif bata. Hal ini bertujuan memudahkan pengertian dan sudah akrab bagi pemakai bahan bangunan dinding.
Bahan-bahan Bata Berpori
Bahan – bahan bata berpori terdiri dari :
a. Semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa
: Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 ) dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg.
Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
- Semen Abu atau Semen Portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester.
- Semen Putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
- Oil Well Cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
- Mixed dan Fly Ash Cement adalah campuran semen abu ( semen Portland ) dengan Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.
Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau membatunya jika dicampur dengan air, dengan angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan rumus :
Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2 (keras sekali). Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15.
Proses Pembuatan Bata Berpori
a. Pembuatan campuran
Agregat batu apung dibebaskan dari kotoran serat benda-benda organik lainnya, kemudian dilanjutkan dengan pencampuran semen, pasir dan batu apung sesuai dengan komposisi yang telah ditetapkan, dan kemudian ditambahkan air sampai tercapai campuran setengah basah (lengas) yang merata.
b. Pencetakan
Pencetakan bata berpori dilakukan dengan menggunakan alat cetak manual. Alat cetak diolesi dengan minyak pelumas secukupnya, kemudian campuran dimasukkan ke dalam cetakan sedikit demi sedikit sambil dipadatkan dengan penumbukan ( sampai dicapai kepadatan optimum )
c. Pemeliharaan awal
Pembukaan cetakan dilakukan dengan hati-hati dan perlahan-lahan untuk menghindari kerusakan-kerusakan dan ketidaksempurnaan hasil seperti retak – retak, bentuk maupun sudut-sudutnya. Bata berpori yang sudah dilepaskan dari cetakannya dibiarkan selama 24 jam.
d. Pemeliharaan akhir
Pengeringan dilakukan selama 3 – 4 minggu dalam keadaan tersusun. Dan juga
pengeringan dilakukan dengan angin karena pengeringan di bawah sinar
DAFTAR PUSTAKA
http://pusatmesinbataringan.blogspot.co.id/2015/04/membuat-adonan-bata-ringan-clc.html
Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Hijau. Pantona Media. Jakarta.
http://umarcivilengineering.blogspot.co.id/2013/07/beton-ringan-hebel_18.html
http://www.eramuslim.com/konsultasi/arsitektur/penggunaan-bata-celcon.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.