.

Sabtu, 10 Februari 2018

Apa dan Mengapa ''Green Chemistry''?

Oleh: Marselina Umasugi (@F13-Marselina)

Abstrak
Green Chemistry adalah paradigma yang menggiatkan rancangan proses dan produk yang bisa memperkecil bahkan menghilangkan penggunaan maupun pembentukan bahan kimia beracun dan berbahaya. Green Chemistry mengembangkan inovasi proses kimia yang menggeser, menambah/mengurangi atau memperbaharui proses kimia tradisional-konvensional menjadi lebih ramah terhadap lingkungan maupun manusia tanpa meninggalkan prinsip-prinsip optimasi proses produksi. Penerapan Green Chemistry adalah langkah penting menuju pembangunan berkelanjutan (sustainable development).


Kata Kunci : Green Chemistry

Isi
Green chemistry atau “kimia hijau” merupakan bidang kimia yang berfokus pada pencegahan polusi. Pada awal 1990-an, green chemistry mulai dikenal secara global setelah Environmental Protection Agency (EPA) mengeluarkan Pollution Prevention Act yang merupakan kebijakan nasional untuk mencegah atau mengurangi polusi. Green chemistry merupakan pendekatan untuk mengatasi masalah lingkungan baik itu dari segi bahan kimia yang dihasilkan, proses ataupun tahapan reaksi yang digunakan. Konsep ini menegaskan tentang suatu metode yang didasarkan pada pengurangan penggunaan dan pembuatan bahan kimia berbahaya baik itu dari sisi perancangan maupun proses. Bahaya bahan kimia yang dimaksudkan dalam konsep green chemistry ini meliputi berbagai ancaman terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, termasuk toksisitas, bahaya fisik, perubahan iklim global, dan penipisan sumber daya alam.

Prinsip Green Chemistry
  1. Cegah Produk Limbah
  2. Maksimalkan ekonomi atom
  3.  Desain sintesis dan produk kimia yang aman
  4.  Tingkatkan efisiensi energy
  5.  Gunakan bahan baku terbarukan
  6. Hindari penggunaan bahan kimia derivatif
  7. Gunakan katalis
  8.  Desain produk yang terdegradasi
  9. Analisis real-time untuk mencegah polusi
  10. Minimalkan potensi kecelakaan

Salah satu cara untuk meminimalkan potensi kecelakaan kimia adalah memilih pereaksi dan pelarut yang memperkecil potensi ledakan, kebakaran, dan kecelakaan yang tak disengaja. Risiko yang terkait dengan jenis kecelakaan ini kadang-kadang dapat dikurangi dengan mengubah bentuk (padat, cair, atau gas) atau komposisi dari reagent.

Kesimpulan
Dari paparan diatas, bahwasanya sang pemegang kebijakan terhadap beberapa senyawa kimia keluaran produk harus melakukan re-evaluasi secara konsisten, saat beberapa senyawa kimia tidak sesuai dengan standar keamanan, saat itu pemegang kebijakan harus memperhatikan populasi, keselamatan anak, biaya ekonomi, dan pertimbangan lainnya, mampu menetapkan prioritas untuk pengujian keamanan terhadap senyawa kimia yang sudah ada dan baru ditemukan. Tentunya hal ini dibarengi dengan peran masyarakat sebagai konsumen dalam mendorong konsep green chemistry terhadap pabrik dan perusahaan besar dengan tidak hanya mengejar akan profit-oriented  purpose.

Daftar Pustaka

Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil (2017). Kimia, Industri dan Teknologi Hijau. Penerbit Pantona Media. Jakarta

Lestari, Wahyu Witri. 2011. Apa dan Mengapa Green Chemistry?. http://majalah1000guru.net/2011/06/apa-mengapa-green-chemistry/ diakses tanggal 10 Februari 2018


Anwar, Muslih. 2015. Kimia Hijau. http://bptba.lipi.go.id/bptba3.1/?u=blog-single&p=343&lang=id diakses tanggal 10 Februari 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.