(X30-Wirawan)
1. Abstrak
- Penggunaan bahan baku (bahan dasar atau bahan mentah) terbarukan: Apabila secara teknis dan ekonomi memungkinkan, maka sebaiknya menggunakan bahan bahan baku yang terbarukan. FSE (2015) mengemukakan, bahwa sekitar 90-95 persen dari produk yang kita gunakan dalam kehidupan sehari hari bersumber dari minyak bumi. Ketergantungan umat manusia terhadap minyak bumi bukan hanya menyangkut transportasi dan energi. Tetapi juga dalam pembuatan berbagai produk. Prinsip Kimia Hijau yang ke tujuh ini bertujuan untuk menggeser ketergantungan pada minyak bumi, sekaligus membuat produk dan bahan terbarukan yang dapat dibudidayakan dan dipanen secara lokal. Sebagai contoh biodiesel merupakan bakar alternatif yang dapat digunakan untuk angkutan dan terbuat dari bahan yang bersumber dari tanaman yang dibudidayakan. Ada juga p|astik berbasis bio, seperti PLA (asam polylactic) merupakan p|astik yang dibuat dari bahan baku terbarukan seperti jagung dan limbah kentang.
2. Mengurangi tahapan reaksi atau derivatif: derivatisasi yang tidak dikehendaki harus diminimalkan atau dihindari, karena langkahlangkah tersebut akan membutuhkan tambahan reagen dan dapat menghasilkan limbah. Dengan kata lain (santosa, 2008), tahapan reaksi yang timbul karena penggunaan gugus penutup. Pelindung, pembuka dan modifikasi sementara dalam suatu proses kimia harus dicegah (diminimalisir), karena setiap tambahan reaksi sering memerlukan tambahan pereaksi, energi dan dapat menghasilkan limbah. Menurut fse (2015), prinsip ke delapan dari kimia hijau bertujuan untuk menyederhanakan proses dengan melihat sistem a|ami, sehingga diperoleh perancangan produk yang lebih disederhanakan.
3. Katalisis: reagen katalis seharusnya lebih unggul untuk reagen stoikiometri. Datam hal ini Santosa (2008) menjelaskan, bahwa penggunaan senyawa pemercepat reaksi dapat mengkonsumsi energi, bahan dasar. Pereaksi dan waktu reaksi, namun di sisi lainnya dapat menghasilkan reaksi yang lebih aman. FSE (2015) menjelaskan, bahwa katalis merupakan bahan kimia yang digunakan terutama untuk mengurangi penggunaan energi dan membuat reaksi berlangsung lebih efisien (bahkan lebih cepat). Dalam konsentrasi yang kecil katalis menimbulkan efek yang besar. Dalam hal ini Katalis Hijau hanya menimbulkan sedikit toksisitas (bahkan tidak menimbulkan toksisitas sama sekali) dan dapat dipergunakan secara berulang dalam di proses. Enzim merupakan contoh katalis yang sangat penting dalam berbagai proses biokimia tubuh, dan termasuk Katalis Hijau. Para ahli kimia sedang menyelidiki kemungkinan penggunaan enzim untuk berbagai reaksi kimia dalam menghasi|kan beragam produk yang diinginkan. Daya kerja enzim terbukti dapat mengurangi toksisitas, meningkatkan spesifisitas dan efisiensi.
1. Rancangan untuk degradasi (peruraian): Produk kimia seharusnya dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat terurai menjadi produk yang tidak berbahaya. Prinsip ke 10 Kimia Hijau bukan hanya menginginkan bahan dan produk berasal dari sumber terbarukan, namun juga dikehendaki supaya mudah mengalami degradasi dalam lingkungan (FSE, 2015). Sebagai gambaran plastik yang dibuang ke tempat sampau sulit mengalami penguraian, begitu pula obat farmasi seperti antibiotik dapat bertahan dalam aliran air. Dengan demikian prinsip ini bertujuan untuk merancang produk sedemikian rupa, sehingga berfungsi sebagaimana mestinya, dan ketika sudah tidak dipergunakan bersifat aman dan tidak membahayakan Hngkungan.
2. Analisis seketika (real time) untuk pencegahan polusi: Metodologi Analitik perlu dikembangkan lebih lanjut untuk memungkinkan kontrol proses dan monitoring seketika, hal itu untuk mengantisipasi terbentuknya zat berbahaya. Dalam hal ini FSE (2015) memberikan ilustrasi dengan seorang yang harus membuat kue, padahal sebelumnya belum punya pengalaman. Kondisinya tidak ada buku resep yang menjadi rujukan, tidak ada pengetahuan tentang penggunaan oven, berapa lama waktu pemanggangan, dan berapa suhu yang diperlukan. Apa yang terjadi jika memasaknya terlalu lama atau sebaliknva waktunya kurang? Dalam hal ini ahli kimia seperti pembuat kue, harus secara real time mengetahui, memahami dan dapat menegapkan berbagai prosedur
3. Minimalisir potensi kecelakaan: Rancangan kimia dan bentuk fisik (padat, cair dan gas) harus sedemikian rupa, sehingga potensi kecelakaan seperti iedakan, kebakaran dan kontaminasi terhadap lingkungan menjadi sangat minimal.
Dalam hal ini FSE (2015) mengemukakan, bahwa prinsip ke 12 ini lebih berfokus pada keselamatan pekerja dan masyarakat di sekitar lokasi atau kawasan industri. Lebih aman dan lebih baik menggunakan bahan kimia yang tidak menimbulkan ledakan, percikan api dan terbakar di udara dalam melakukan proses produksi.
C. Manfaat Kimia Hijau
Manfaat kimia hijau adalah mengusahakan proses-proses kimia yang Lebih ekonomis karena biaya produksi dan regulasi yang lebih rendah, efisien dalam penggunaan energi, pengurangan limbah produksi, pengurangan kecelakaan, produk yang lebih aman, tempat kerja dan komunitas yang lebih sehat, perlindungan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, dan mendapatkan keunggulan yang kompetitif atas produk yang dihasilkan. Dengan memperhatikan dan menerapkan pendekatan atau teknologi Kimia Hijau akan menghasilkan tempat kerja yang lebih aman bagi para pekerja Industri, risiko-risiko yang jauh lebih sedikit bagi komunitas di sekitar lingkungan pabrik dan produk yang lebih aman bagi pengguna/pembeli.
D. Pengaplikasian kimia Hijau dalam Lingkungan Industri
Banyak usaha yang mulai memperhatikan pendekatan kimia hijau. Perusahaan bangunan memanfaatkan bahan bangunan yang ramah lingkungan dan menghindari bahan yang terbukti berbahaya bagi kesehatan seperti ti asbes. Usaha pencucian baju atau laundry juga sudah mengganti pelarut bahan kimia untuk dry cleaning, dari Perchloroethylene (PERC) –Cl2C=CCl2 –, dengan CO2 cair dan surfaktan (Dhage, 2013). PERC terbukti berbahaya bagi air tanah dan diduga bersifat karsinogenik, seperti hampir smua pelarut yang mengandung halogen. Pengantian zat pemutih kertas, yaitu gas klorin (Cl2), untuk menghilangkan zat lignin, dengan peroksida (H2O2) bersama katalisatorTAML (Dhage, 2013). Gas klorin ternyata bereaksi dengan lignin membentuk Dioksin, seperti 2,3,4-tetrachlorodioksin dan furan terklorinasi. Zat tersebut merupakan zat berbahaya bagi kesehatan karena menjadi polutan pada rantai makanan untuk pakan ternak yang menghasilkan daging atau ikan terkontaminasi dioksin. Dengan katalis TAML memungkinkan H2O2 untuk mengurai lebih banyak lignin dalam waktu yang lebih singkat. Sistem pemutihan ini juga digunakan di usaha laundry karena ternyata dapat mengurangi jumlah pemanfaatan air.Bubuk dari biji asam jawa (tamarind seed kernel powder) yang merupakan limbah produk pertanian, dapat dijadikan zat yang efektif untuk menjernihkan air buangan rumah tangga dan industri (Dhage, 2013). Bubuk biji asam jawa bersifat non-toksik, mudah terurai secara alami, hemat biaya, dapat menggantikan garam Al (alumunium) atau alum yang biasa digunakan untuk mengolah air limbah. Zat alum ini terbukti meningkatkan jumlah ion berbahaya dalam air olahan itu dan dapat menyebabkan penyakit seperti alzheimer (pikun/dementia). Hasil penelitian membuktikan bahwa bubuk biji asam jawa cukup ekonomis sebagai flokulan yang kinerjanya setara dengan K2SO4Al2(SO4)3.24H2O (potash alum) yang biasa dipakai pada penjernihan air.
7. Kesimpulan
Pendekatan kimia hijau adalah usaha penerapan prinsip penghilangan dan pengurangan senyawa berbahaya melalui usaha perancangan, produksi,dan penerapan produk kimia. Pendekatan kimia hijau berusaha meminimalisir zat berbahaya, pemanfaatan katalis yang aman untuk reaksi dan proses kimia, penggunaan reagen yang tidak beracun, penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui, peningkatan efisiensi pada tingkat atom, dan penggunaan pelarut yang ramah lingkungan. Usaha untuk menerapkan kimia hijau untuk menghasilkan produk industri untuk bangunan dan penggantian zat kimia berbahaya yang digunakan pada berbagai industri dan kesehatan telah dilakukan. Berbagai peraturan mengenai penerapan kimia hijau pada tingkat dunia dan Indonesia telah dibuat. Perlu pengawasan ketat untuk penerapan pendekatan kimia hijau ini untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dan lingkungan. Masih banyak usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan penelitian, pendidikan, kebijakan, dan penerapan kimia hijau terutama tentang penerapan nanopartikel untuk kesehatan.
8. Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia. 2022. Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Dasar-dasar Ilmu Kimia (Modul 1). Universitas Mercu Buana.
Ismunandar. 2013. Kimia Dasar I: Pengenalan Kimia Dasar (Video Youtube). Institut Teknologi Bandung.
Dina Mustafa,22 08 2016. Kimia Hijau dan pembangunan kesehatan yang berkelanjutan di perkotaan.pdf
(Diakses pada 11 November 2022)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.