Oleh : Rifqi Arnandha (X32-Rifqi)
ABSTRAK
Green chemistry umumnya mencakup konsep dan pendekatan yang efektif untuk mencegah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh proses dan produk bahan kimia beracun dan berbahaya. Pembelajaran kimia berbasis green chemistry menjadi salah satu metode yang dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mencegah pencemaran akibat bahan-bahan kimia. Kegiatan praktikum di laboratorium berupaya menggunakan prinsip green chemistry yang dapat dilakukan dengan upaya mengurangi, menghilangkan, atau mengganti penggunaan bahan-bahan kimia beracun dan berbahaya yang digunakan dalam percobaan untuk mengurangi kadar pencemar dan volume limbah. Sebagai tenaga pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran kimia diharapkan mampu memiliki ilmu pengetahuan, wawasan, serta ketrampilan dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip green chemistry.
Kata
Kunci : Kimia, Hijau, Prinsip, Penerapan
ABSTRACT
Green
chemistry generally includes effective concepts and approaches to prevent
environmental pollution caused by toxic and hazardous chemical processes and
products. Green chemistry-based learning is one method that can be used as an
approach to prevent pollution due to chemicals. Practical activities in the
laboratory attempt to use the principle of green chemistry which can be done by
reducing, eliminating, or replacing the use of toxic and hazardous chemicals
used in experiments to reduce pollutant levels and the volume of waste. As
educators in the implementation of chemistry learning, they are expected to be
able to have knowledge, insight, and skills in applying the principles of green
chemistry.
Keywords: Chemistry, Green,
Principle, Application
A. PENDAHULUAN
Abad ke-21 ditandai
oleh perkembangan yang pesat di bidang teknologi telekomunikasi dan
transportasi yang mengakibatan peningkatan percepatan mobilisasi berbagai
produk termasuk sumber daya manusia. Perkembangan tersebut menuntut SDM yang
berkualitas, oleh karena itu upaya meningkatkan kualitas SDM menjadi agenda
pembangunan yang teramat penting. Dalam upaya meningkatkan kualitas SDM,
pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis, menyadari akan hal tersebut
pemerintah terus melakukan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan mutu,
relevansi dan efisiensi ( Nurbaity, 2011 )
Dalam sistem pendidikan nasional
untuk meningkatan mutu pendidikan, peningkatan kualitas tenaga pengajar atau
guru sangatlah relevan, karena guru sebagai pengajar menjadi bagian yang
penting dalam melakukan proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran akan
berjalan efisien dan efektif apabila guru memahami materi ajar dengan baik dan
memiliki kemampuan mentransfer yang tinggi, menggunakan metode dan pendekatan
yang tepat. dalam sistem pendidikan nasional. Pada saat ini muncul berbagai
pendekatan dalam pembelajaran, semua ini merupakan upaya agar siswa dapat
belajar secara optimal. Banyak ragam inovasi dalam pembelajaran dikembangkan
sebagai upaya antisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ( Nurbaity,
2011 ).
Green Chemistry adalah
suatu falsafah atau konsep yang mendorong desain dari sebuah produk ataupun
proses yang mengurangi ataupun mengeliminir penggunaan dan penghasilan zat-zat
(substansi) berbahaya ( Mitarlis, 2016 ).
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Pengertian
Kimia Hijau
2.
Prinsip
Kimia Hijau
3.
Penerapan
Kimia Hijau
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui
Apa Itu Kimia Hijau
2.
Mengetahui
12 Prinsip Kimia Hijau
3.
Mengetahui
Cara Menerapkan Kimia Hijau
D.
PEMBAHASAN
A.
Pegertian
Kimia Hijau
Dikutip dari jurnal
berjudul Pengaplikasian Prinsip-Prinsip Green Chemistry dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Sebagai Pendekatan untuk Pencegahan Pencemaran Akibat Bahan-Bahan
Kimia dalam Kegiatan Praktikum di Laboratorium oleh Adhina Choiri Putri,
berikut pengertian kimia hijau menurut para ahli.
Menurut Mitarlis, kimia
hijau adalah suatu falsafah atau konsep yang mendorong desain dari sebuah
produk ataupun proses yang mengurangi ataupun mengeliminasi penggunaan dan
penghasilan zat-zat (substansi) berbahaya.
Sementara menurut
Prabawati, kimia hijau adalah meminimalisasi zat berbahaya, penggunaan katalis
reaksi dan proses kimia, penggunaan reagen yang tidak beracun, penggunaan
sumber daya yang dapat diperbaharui, peningkatan efisiensi atom, penggunaan
pelarut yang ramah lingkungan dan dapat di daur ulang.
Prabawati menambahkan
bahwa kimia hijau bertujuan untuk mengembangkan proses kimia dan produk kimia
yang ramah lingkungan dan sesuai dengan pembangunan berkelanjutan.
Ada pun menurut Ismail
Marzuki dan Sattar dalam buku Aplikasi Mikrosimbion Spons dalam Bioremediasi
Lingkungan oleh, kimia hijau adalah suatu filosofi yang senantiasa mendorong
untuk mencari cara penerapan teknologi atau metode tertentu dalam pemenuhan
kebutuhan manusia.
Kimia hijau dimaksudkan
untuk membuat berbagai kemudahan dalam kelangsungan kehidupan dengan mengurangi
dan mencegah terjadinya potensi pencemaran pada lingkungan maupun pada area
sekitarnya, baik yang sifatnya jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
Berdasarkan penjelasan
di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian kimia hijau adalah ide untuk
membuat produk atau proses kimia untuk mengurangi atau menghilangkan penggunaan
dan pembentukan beragam senyawa yang berbahaya bagi kehidupan manusia serta
lingkungan.
B.
12
PRINSIP KIMIA HIJAU
1. Pencegahan (Prevention)
Lebih baik melakukan pencegahan
terhadap produksi limbah, daripada mengolah dan membersihkan limbah.
Sebagaimana telah dikemukakan, kimia hijau bertujuan mengurangi atau
menghilangkan penggunaan bahan-bahan kimia yang berbahaya dengan mendesain dari
produk-produk kimia dan prosesnya.
2. Ekonomi atom (Atom Economy)
Penerapan metode sintetis baru yang
dirancang untuk memaksimalkan penggabungan semua bahan yang digunakan dalam
proses ke dalam produk akhir.
Penerapan ini untuk menghasilkan
limbah yang lebih sedikit. Dengan limbah yang sedikit, maka lingkungan jadi
tidak terlalu rusak.
3. Sintesis kimia yang tidak
berbahaya (Less Hazardous Chemical Syntheses)
Perancangan metode sintetis untuk
menghindari penggunaan atau menghasilkan zat-zat beracun bagi manusia maupun
lingkungan. Dengan merancangkan sintesis kimia yang aman, maka lingkungan dan
manusia tidak akan rusak.
4. Merancang bahan kimia yang lebih
aman (Designing Safer Chemicals)
Produk kimia yang dihasilkan harus
dirancang untuk mempengaruhi fungsi yang diinginkan dan meminimalkan tingkat
toksisitasnya.
5. Pelarut dan alat bantu yang
lebih aman (Safer Solvents and Auxiliaries)
Sebisa mungkin meminimalkan atau
menghindari penggunaan bahan pembantu (zat pelarut, zat pemisah, dan
sejenisnya). Jika harus digunakan, maka gunakan bahan pembantu yang bersifat
lebih aman atau tidak berbahaya bagi lingkungan.
6. Desain untuk efisiensi energi
(Design for Energy Efficiency)
Persyaratan energi dari proses
kimiawi untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan dan ekonominya. Apabila
memungkinkan, maka sebaiknya metode sintetis dilakukan pada suhu dan tekanan
sekitar.
7. Penggunaan bahan baku terbarukan
(Use of Renewable Feedstocks)
Bahan mentah atau bahan baku yang
digunakan harus dapat diperbaharui (jika memungkinkan secara teknis dan
ekonomis). Dengan memperbaharui bahan baku yang telah digunakan, maka limbah
pun akan berkurang.
8. Mengurangi derivatif atau
turunan (Reduce Derivatives)
Mengurangi turunan yang tidak perlu
(penggunaan kelompok pemblokiran, perlindungan, modifikasi sementara proses
fisik atau kimiawi) atau dihindari apabila memungkinkan, karena langkah-langkah
tersebut memerlukan reagen tambahan dan dapat menghasilkan limbah.
9. Katalisis (Catalysis)
Penggunaan reagen katalitis
(selektif mungkin) lebih baik daripada reagen stoikiometri. Dari sisi kimia
hijau, penggunaan katalis berperan pada peningkatan selektifitas, mampu
meminimalkan penggunaan energi dalam suatu reaksi.
10. Desain untuk degradasi (Design
for Degradation)
Produk kimia yang dihasilkan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga pada akhir fungsinya, produk tersebut dapat
terurai menjadi produk degradasi yang tidak berbahaya dan tidak bertahan lama
di lingkungan.
11. Analisis real-time untuk
pencegahan polusi (Real-time analysis for Pollution Prevention)
Pengembangan metodologi analitik
yang diperlukan untuk memungkinkan analisis real-time untuk pencegahan polusi,
pemantauan dan pengendalian dalam proses sebelum pembentukan zat berbahaya.
12. Penggunaan bahan kimia yang
Lebih Aman Secara Inheren untuk pencegahan kecelakaan (Inherently Safer
Chemistry for Accident Prevention)
Penggunaan zat dalam proses kimia
apabila memungkinkan menggunakan zat kimia yang berpotensi rendah kecelakaan,
termasuk ledakan, kebakaran, dan sejenisnya.
C.
Penerapan
Kimia Hijau
1. Dalam hubungannya dengan
keamanan pangan, konsep kimia hijau diterapkan dengan konsep pertanian
berkelanjutan (sustainable agriculture) untuk mengurangi dampak buruk
penggunaan zat-zat kimia untuk lingkungan pertanian.
2. Menggunakan energi alternatif
sebagai pengganti sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, seperti
biogas, biodiesesl, biofuel, dan lainnya.
3. Menerapkan 3R dalam penggunaan
energi, yaitu reuse (menggunakan kembali), recycle (daur ulang), dan reduce
(mengurangi).
4. Penggunaan cat ramah lingkungan
dan tidak mengandung VOC (zat yang mudah menguap, sehingga dapat bersifat
berbahaya bagi kesehatan). Misalnya, cat yang berbasis pelarut dari tanaman
yang tidak berbau, mudah dibersihkan, dan berdaya tutup yang baik.
5. Menggunakan plastik yang ramah
lingkungan untuk mulai menggantikan plastik yang berasal dari petroleum.
Beberapa produk plastik ramah lingkungan tersebut dibuat dari hasil pertanian,
seperti jagung, kentang, dan gula dari buah bit.
6. Penerapan teknologi daur ulang
pelarut organik yang digunakan untuk langkah-langkah pembuatan zat kimia,
seperti pada sistem fermentasi, ekstraksi, pembentukan dan tahap akhir produk.
Pelarut-pelarut yang berbahaya bagi lingkungan diganti dengan pelarut yang
ramah lingkungan seperti jenis dari soy methyl ester dan laktat ester yang
berasal dari kedelai, yang mampu menggantikan pelarut yang merupakan turunan
produk minyak bumi terklorinasi.
KESIMPULAN
Green chemistry
memiliki peranan penting untuk mencegah pencemaran lingkungan yang diakibatkan
oleh proses dan produk bahan kimia beracun dan berbahaya. Prinsip Green
Chemistry dapat diapliaksikan dalam pembelajaran kimia, salah satunya yaitu
dalam kegiatan praktikum di laboratorium. Hal yang dapat dilakukan diantaranya
mengurangi atau mengganti bahan-bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam
suatu reaksi kimia atau sintesis suatu senyawa yang menghasilkan limbah
berbahaya yang dapat menimbulkan masalah lingkungan.
Pembelajaran kimia
dengan pendekatan green chemistry bukanlah tujuan yang absolut tetapi mempunyai
dedikasi terhadap proses pembangu-nan yang bekelanjutan, di mana lingkungan
dipertimbangkan sejalan dengan kimia.
Pembelajaran kimia baik
di sekolah menengah maupun di perguruan tinggi perlu dirancang pembelajaran
teori maupun praktikum di laboratorium dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip
green chemistry.
Sebagai tenaga
pendidik, hal yang dapat dilakukan ialah mengkaji dan merevisi
percobaan-percobaan yang selama ini dilakukan, mencari alternatif dan memilih
materi praktikum serta mengembangkan, merancang dan melakukan percobaan-
percobaan baru yang berorientasi green chemistry. Sedangkan untuk mahasiswa
atau calon tenaga pendidik dapat melakukan percobaan yang berorientasi pada
green chemistry.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat, Atep Afia. 2022. Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri.
Modull 11 KPLI : Kimia Hijau. Universitas Mercu Buana, Jakarta.
(Diakses Pada 10 November 2022)
Yulaika
Ramadhani, 2022. https://tirto.id/contoh-penerapan-kimia-hijau-di-kehidupan-prinsip-green-chemistry-gwDn
(Diakses,
Pada 10 November 2022)
(Diakses
Pada 10 November 2022)
Adhina
Choiri Putri, https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jcs/article/downloadSuppFile/14585/2460
(Diakses
Pada 10 November 2022)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.