Oleh: Hellio Dimas Danuarta. HS (@T06-Hellio)
Abstrak
Green chemistry merupakan pendekatan untuk mengatasi masalah
lingkungan baik itu dari segi bahan kimia yang dihasilkan, proses ataupun
tahapan reaksi yang digunakan. Konsep ini menegaskan tentang suatu metode yang
didasarkan pada pengurangan penggunaan dan pembuatan bahan kimia berbahaya baik
itu dari sisi perancangan maupun proses.
Abstract
Green
chemistry is an approach to overcome environmental problems, both in terms of
the chemicals produced, the process or the reaction steps used. This concept
emphasizes a method based on reducing the use and manufacture of hazardous
chemicals both in terms of design and process.
Pendahuluan
Green
chemistry atau “kimia hijau” merupakan bidang kimia yang berfokus pada
pencegahan polusi. Pada awal 1990-an, green chemistry mulai dikenal secara
global setelah Environmental Protection Agency (EPA) mengeluarkan Pollution Prevention
Act yang merupakan kebijakan nasional untuk mencegah atau mengurangi polusi. Istilah
kimia digunakan dalam “green chemistry” dimaksudkan karena melibatkan struktur
dan perubahan suatu materi. Perubahan tersebut pasti melibatkan
energi sebagai sumbernya.
Kimia hijau pada awalnya dikembangkan sebagai tanggapan terhadap
Undang-Undang Pencegahan Polusi tahun 1990, yang menyatakan bahwa kebijakan
nasional Amerika Serikat harus membatasi atau mengurangi polusi dengan
menggunakan desain proses yang lebih baik (termasuk produksi perubahan dalam
biaya produk, proses pembuatan, penggunaan bahan mentah, dan daur ulang).
Permasalahan
1. Apa
definisi dari kimia hijau?
2. Apa
saja prinsip-prinsip kimia hijau?
Pembahasan
Menurut EPA (2015), Kimia
Hijau (Green Chemistry) adalah desain produk dan proses kimia yang berupaya
mengurangi atau menghilangkan penggunaan zat berbahaya. Kimia hijau berlaku
untuk seluruh siklus hidup produk kimia, termasuk desain, manufaktur,
penggunaan, dan pembuangan akhir. kimia hijau berhubungan dengan
bagaimana mendesain produk kimia dan prosesnya untuk mengurangi atau
menghilangkan penggunaan bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi manusia, hewan,
dan lingkungan tempat kita tinggal. Bahaya di sini bisa berupa ledakan isik,
sifat mudah terbakar, toksikologi-mutagenik, karsinogenik, termasuk perubahan
iklim global, penipisan lapisan ozon, pencemaran lingkungan lainnya, dan paparan
kimia.
Green Chemistry atau Kimia Hijau memiliki 12 prinsip yang bisa
diadaptasi untuk diaplikasikan dalam sikap dan tindakan manusia dengan tujuan penyelamatan lingkungan. Prinsip-prinsip Green Chemistry dapat diadaptasi untuk diaplikasikan dalam sikap dan tindakan
manusia dalam upaya penyelamatan lingkungan yang dapat terwujud melalui Green Education.
Berikut 12 prinsip Kimia Hijau :
1 Mencegah timbulnya limbah dalam
proses
Lebih baik mencegah daripada
menanggulangi atau membersihkan limbah yang timbul setelah proses sintesis,
karena biaya untuk menanggulangi limbah sangat besar.
2. Mendesain produk bahan kimia
yang aman
Pengetahuan mengenai struktur
kimia memungkinkan seorang kimiawan untuk mengkarakterisasi toksisitas dari
suatu molekul serta mampu mendesain bahan kimia yang aman. Target utamanya
adalah mencari nilai optimum agar produk bahan kimia memiliki kemampuan dan
fungsi yang baik akan tetapi juga aman (toksisitas rendah). Caranya adalah
dengan mengganti gugus fungsi atau dengan cara menurunkan nilai
bioavailability.
3. Mendesain proses sintesis yang
aman
Metode sintesis yang digunakan
harus didesain dengan menggunakan dan menghasilkan bahan kimia yang tidak
beracun terhadap manusia dan lingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu meminimalkan paparan atau meminimalkan bahaya terhadap orang
yang menggunakan bahan kimia tersebut.
4. Menggunakan bahan baku yang
dapat terbarukan
Penggunaan bahan baku yang dapat
diperbarui lebih disarankan daripada menggunakan bahan baku yang tak terbarukan
didasarkan pada alasan ekonomi. Bahan baku terbarukan biasanya berasal dari
produk pertanian atau hasil alam, sedangkan bahan baku tak terbarukan berasal
dari bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, batu bara, dan bahan
tambang lainnya.
5. Menggunakan katalis
Penggunaan katalis memberikan
selektifitas yang lebih baik, rendemen hasil yang meningkat, serta mampu
mengurangi produk samping. Peran katalis sangat penting karena diperlukan untuk
mengkonversi menjadi produk yang diinginkan. Dari sisi green chemistry
penggunaan katalis berperan pada peningkatan selektifitas, mampu mengurangi
penggunaan reagen, dan mampu meminimalkan penggunaan energi dalam suatu reaksi.
6. Menghindari derivatisasi dan
modifikasi sementara dalam reaksi kimia
Derivatisasi yang tidak diperlukan
seperti penggunaan gugus pelindung, proteksi/deproteksi, dan modifikasi
sementara pada proses fisika ataupun kimia harus diminimalkan atau sebisa
mungkin dihindari karena pada setiap tahapan derivatisasi memerlukan tambahan
reagen yang nantinya memperbanyak limbah.
7. Memaksimalkan atom ekonomi
Metode sintesis yang digunakan
harus didesain untuk meningkatkan proporsi produk yang diinginkan dibandingkan
dengan bahan dasar.Konsep atom ekonomi ini mengevaluasi sistem terdahulu yang
hanya melihat rendemen hasil sebagai parameter untuk menentukan suatu reaksi
efektif dan efisiens tanpa melihat seberapa besar limbah yang dihasilkan dari
reaksi tersebut.Atom ekonomi disini digunakan untuk menilai proporsi produk
yang dihasilkan dibandingkan dengan reaktan yang digunakan.Jika semua reaktan
dapat dikonversi sepenuhnya menjadi produk, dapat dikatakan bahwa reaksi
tersebut memiliki nilai atom ekonomi 100%.
8. Menggunakan pelarut yang aman
Penggunaan bahan kimia seperti
pelarut, ekstraktan, atau bahan kimia tambahan yang lain harus dihindari
penggunaannya. Apabila terpaksa harus digunakan, maka harus seminimal mungkin.
Penggunaan pelarut memang sangat penting dalam proses sintesis, misalkan pada
proses reaksi, rekristalisasi, sebagai fasa gerak pada kromatografi, dan
lain-lain. Penggunaan yang berlebih akan mengakibatkan polusi yang akan mencemari
lingkungan. Alternatif lain adalah dengan menggunakan beberapa tipe pelarut
yang lebih ramah lingkungan seperti ionic liquids, flourous phase chemistry,
supercritical carbon dioxide, dan “biosolvents”. Selain itu ada beberapa metode
sintesis baru yang lebih aman seperti reaksi tanpa menggunakan pelarut ataupun
reaksi dalam media air.
9. Meningkatkan efisiensi energi dalam reaksi
Energi yang digunakan dalam suatu
proses kimia harus mempertimbangkan efek terhadap lingkungan dan aspek ekonomi.
Jika dimungkinkan reaksi kimia dilakukan dalam suhu ruang dan menggunakan
tekanan. Penggunaan energi alternatif dan efisien dalam sintesis dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode baru diantaranya adalah dengan
menggunakan radiasai gelombang mikro (microwave), ultrasonik dan fotokimia.
10. Mendesain bahan kimia yang mudah terdegradasi
Bahan kimia harus didesain dengan
mempertimbangkan aspek lingkungan, oleh karena itu suatu bahan kimia harus
mudah terdegradasi dan tidak terakumulasi di lingkungan. Seperti sintesis
biodegradable plastik, bioderadable polimer, serta bahan kimia lainya.
11. Penggunaan metode analisis secara langsung
untuk mengurangi polusi
Metode analisis yang dilakukan
secara real-time dapat mengurangi pembentukan produk samping yang tidak
diinginkan. Ruang lingkup ini berfokus pada pengembangan metode dan teknologi
analisis yang dapat mengurangi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dalam
prosesnya.
12.
Meminimalisasi potensi kecelakaan
Bahan kimia yang digunakan dalam
reaksi kimia harus dipilih sedemikian rupa sehingga potensi kecelakaan yang
dapat mengakibatkan masuknya bahan kimia ke lingkungan, ledakan dan api dapat
dihindari.
Kesimpulan
Kimia
Hijau merupakan paradigma yang menggiatkan rancangan proses dan produk yang
bisa memperkecil bahkan menghilangkan penggunaan maupun pembentukan bahan kimia
beracun dan berbahaya. Peranan kimia hijau sangatlah penting bagi
keberlangsungan hidup manusia, karena tanpa adanya kimia hijau mungkin kesehatan
bumi sekarang sangatlah mengenaskan. Kimia Hijau memiliki 12 prinsip yang bisa
diadaptasi untuk diaplikasikan dalam sikap dan tindakan manusia dengan tujuan penyelamatan lingkungan dan kehidupan manusia.
Daftar Pustaka
Hidayat,
Atep Avia. 2021. Kimia Hijau. Modul perkuliahan Kimia dan pengetahuan
lingkungan industri. Universitas Mercubuana. (diunduh 15 November 2021)
Anwar,
Muslih. 2015. Kimia Hijau/Green Chemistry. Dalam
http://bptba.lipi.go.id/bptba3.1/?lang=id&u=blog-single&p=343
Putri
A.C. 2019. Pengaplikasian Prinsip-Prinsip Green Chemistry dalam
Pelaksanaan Pembelajaran Kimia sebagai Pendekatan untuk Pencegahan Pencemaran
Akibat Bahaan-Bahan Kimia dalam Kegiatan Praktikum di Laboratorium. Journal
of Creativity Student 2. Vol. 2 No. 2
Tahun 2019. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Dalam
: https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jcs/article/view/14585/10402. (Diunduh pada 15 November
2021).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.