Oleh: Muhamad Aldi Setiadi (@T19-Aldi)
ABSTRAK
Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
baku dan atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang
yang mempunyai nilai tambah atau manfaat yang lebih tinggi, termasuk jasa
industri (Undang-Undang No 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian). Istilah
industri berasal dari bahasa latin, yaitu industrial yang artinya buruh atau
tenaga kerja.
Nanoteknologi merupakan ilmu
dan rekayasa dalam penciptaan material, struktur fungsional, maupun piranti
dalam sekala nanometer. Nanoteknologi memiliki wilayah dan dampak aplikasi yang
luas mulai dari bidang material maju, transportasi, ruang angkasa, kedokteran,
lingkungan, IT sampai energi.
Kata kunci: industri, nanoteknologi
ABSTRACT
Industry is all forms of economic activity
that processes raw materials and or utilizes industrial resources so as to
produce goods that have higher added value or benefits, including industrial
services (Law No. 3 of 2014 concerning Industry). The term industry comes from
the Latin, namely industrial which means labor or labor.
Nanotechnology is the science and engineering
in the creation of materials, functional structures, and devices on the
nanometer scale. Nanotechnology has a wide area and impact of applications
ranging from advanced materials, transportation, aerospace, medicine,
environment, IT to energy.
Keywords: industry, nanotechnology
PENDAHULUAN
Industri 4.0 adalah inisiatif strategis yang baru-baru ini
diperkenalkan oleh pemerintah Jerman. Tujuan dari inisiatif ini adalah
transformasi industri manufaktur melalui digitalisasi dan eksploitasi potensi
teknologi baru. Dengan demikian, sistem produksi Industri 4.0 fleksibel dan
memungkinkan produk yang dipersonalisasi dan disesuaikan (Rojko, 2017).
Revolusi industri membuka pintu bagi variasi yang cukup besar dalam
interpretasi bahkan di mana sejarawan berbagi konseptualisasi topik yang sama.
Hal ini berlaku untuk interpretasi dan ukuran makroekonomi saat ini seperti
perdebatan masa lalu tentang kemajuan teknologi atau standar hidup di mana
penilaian deskriptif dan kuantitatif telah digunakan (Hudson, 2014).
Berbagai jenis industri sudah mulai menerapkan teknologi nano untuk pengembangan
produknya. Sebagai studi awal, telah dilakukan kajian trend pengembangan industri nanoteknologi global
untuk memilih industri di antara klaste-klaster
industri tersebut. Berbagai kebijakan di negara maju memberikan gambaran bahwa
pemerintah sangat aktif berperan memajukan nanoteknologi di negaranya
dengan intervensi melalui berbagai kebijakan dan suntikan dana yang sangat
besar untuk Research and Development dan implementasi nanoteknologi di industri
nasionalnya (Haryono,
2018).
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Revolusi Industri 4.0?
2. Apa saja manfaat Revolusi Industri 4.0?
3. Apa yang dimaksud dengan Nanoteknologi?
4. Bagaimana penerapan Nanoteknologi pada bidang kimia?
TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Revolusi Industri 4.0
2. Untuk mengetahui manfaat Revolusi Industri 4.0
3. Untuk mengetahui pengertian Nanoteknologi
4. Untuk mengetahui penerapan Nanoteknologi dalam bidang kimia
PEMBAHASAN
Revolusi Industri 4.0 secara fundamental mengakibatkan berubahnya
cara manusia berpikir, hidup, dan berhubungan satu dengan yang lain. Era ini
akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia dalam berbagai bidang, tidak hanya
dalam bidang teknologi saja, namun juga bidang yang lain seperti ekonomi,
sosial, dan politik (Prasetyo, 2018).
Sawitri (2019), menyatakan defenisi mengenai Industri 4.0 beragam karena masih dalam tahap
penelitian dan pengembangan. Pengertian Revolusi Industri 4.0 adalah industri
yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Ini merupakan
tren otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi manufaktur, termasuk sistem
cyber-fisik, Internet of Things (IoT), komputasi awan dan komputasi
kognitif. Konselir Jerman, Angela Merkel berpendapat bahwa Industri 4.0 adalah transformasi komprenhensip
dari kesuluruh aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi
digital dan internet dengan industri konvensional.
Revolusi industri merupakan perubahan cara hidup dan proses kerja
manusia secara fundamental, dimana dengan kemajuan teknologi informasi dapat
mengintregrasikan dalam dunia kehidupan dengan digital yang dapat memberikan
dampak bagi seluruh disiplin ilmu. Dengan perkembangan teknologi informasi yang
berkembang secara pesat mengalami terobosan diantaranya dibidang artificiall
intellegent, dimana teknologi komputer suatu disiplin ilmu yang mengadopsi
keahlian seseorang kedalam suatu aplikasi yang berbasis teknologi dan
melahirkan teknolologi informasi dan proses produksi yang dikendalikan secara
otomatis (Hamdan,
2018).
Dengan lahirnya teknologi digital saat ini pada revolusi industri 4.0 berdampak terhadap kehidupan manusia diseluruh dunia. Revolusi industri 4.0 semua proses dilakukan secara sistem otomatisasi didalam semua proses aktivitasi, dimana perkembangan teknologi internet semakin berkembang tidak hanya menghubungkan manusia seluruh dunia namun juga menjadi suatu basis bagi proses transaksi perdagangan dan transportasi secara online (Hamdan, 2018).
Sumber: https://www.its.ac.id
Revolusi Industri 4.0 pastinya memiliki banyak
manfaat, adapun manfaat dari revolusi industri 4.0 yang diungkapkan Hidayat
(2021) adalah:
-
Waktu
Setiap karyawan
menjadi lebih efisien ketika bekerja dalam proses yang dioptimalkan. Insinyur
menghabiskan 31% waktu kerja untuk mencari informasi, waktu yang dapat
digunakan untuk aktivitas yang menghasilkan nilai.
-
Biaya
Menyajikan data
yang akurat dalam konteks dan format yang tepat yang diperlukan untuk membuat
keputusan yang tepat. Informasi yang salah dan keputusan yang salah diambil
pada mereka biaya 25% dari pendapatan perusahaan.
-
Fleksibilitas
Mereka
menciptakan sistem fleksibel yang siap untuk berubah dan siap untuk peluang
baru. Hanya 36% perusahaan yang siap mengoptimalkan proses berdasarkan analisis
data.
-
Integrasi
Manufaktur
digital melibatkan pengembangan simultan dari produk dan proses produksi.
Perusahaan mengurangi 80% waktu dengan gangguan produksi jika mereka
menggunakan validasi digital.
-
Pabrik
Digital
Pabrik Digital
akan memungkinkan optimalisasi semua fase dalam siklus hidup produk. Simulasi
virtual desain dan fungsionalitas yang dikembangkan secara paralel dengan
perencanaan manufaktur menghasilkan peluncuran pasar yang jauh lebih cepat,
pengurangan biaya yang signifikan, dan kualitas yang lebih tinggi.
-
Tempat
kerja di Industri 4.0
Masa depan gaun
ganti biru akan sangat dipengaruhi oleh Industri 4.0. Pastinya keterampilan
yang dibutuhkan di pabrik-pabrik di masa depan akan berbeda dengan yang
sekarang. Banyak kegiatan hari ini, melayani mesin produksi, penentuan posisi
presisi, perakitan, pemeriksaan kualitas akan dilakukan oleh robot. Tidak hanya
lebih efektif, mereka juga berkomunikasi secara sempurna dengan sistem
keputusan dan kontrol. Pasar tenaga kerja akan berubah, tetapi sulit untuk memprediksi
apakah akan ada lebih banyak atau lebih sedikit pekerjaan secara keseluruhan.
Robot masih di
awal dan belum bisa menggantikan manusia dalam segala aktivitas. Di sisi lain,
tingkat pengembalian investasi di pabrik yang sepenuhnya otomatis tidak menarik
sekarang. Semua perkiraan didasarkan pada data historis, tetapi teknologi
eksponensial benar-benar baru, sehingga efek evolusi dan penggunaan skala besar
sulit diprediksi. Risikonya adalah memiliki pengangguran besar-besaran untuk
kategori tertentu dan kurangnya keterampilan digital (Stăncioiu, 2017).
Nanoteknologi menjadi semakin familiar dengan
keseharian kita dalam beberap tahun terakhir. Rangkaian kata “menggunakan
teknologi nano” banyak kita temukan pada kemasan produk-produk di sekitar kita
mulai dari elektronik, obat-obatan hingga kecantikan (Fidiani, 2021).
Istilah teknologi nano pertama kali diresmikan oleh Prof. Norio
Taniguchi, seorang ahli fisika dari Tokyo Science University, tahun 1974 dalam
makalahnya yang berjudul “On the basic concept of ‘nano-technology’ (Taniguchi
1974). Pada tahun 1980-an istilah teknologi nano dieksplorasi lebih jauh lagi
oleh Dr. K. Eric Drexler, seorang ahli di bidang teknologi nano molekuler,
melalui bukunya yang berjudul “Engines of creation: the coming era of
nanotechnology” (Drexler 1986). Dalam buku tersebut disebutkan bahwa istilah
“teknologi nano” dan “teknologi molekuler” dapat digunakan secara bergantian
untuk menggambarkan teknologi baru yang menangani atom dan molekul individu dengan
kontrol dan ketepatan (Ariningsih, 2016).
Ariningsih (2016) menyatakan definisi lain dari teknologi nano dikemukakan oleh Institute of
Technology di Inggris, yang mendefinisikan teknologi nano sebagai "science
and technology where dimensions and tolerances in the range of 0.1 nanometer
(nm) to 100 nm play a critical role" (WhatIs.com 2011). Nano merupakan
satuan panjang sebesar sepermiliar meter (1 nm = 10-9 m). Nano sendiri berasal
dari kata Yunani yang berarti kerdil, kemudian diturunkan menjadi kata nanometer.
Jadi, teknologi nano adalah teknologi pada skala nanometer.
Nanoteknologi juga disebut sebagai
masa depan dari teknologi yang ada sekarang. Nanoteknologi saat ini sudah
merambah berbagai sektor, mulai dari dunia industri, elektronik, sampai kepentingan
dunia militer. Beberapa contoh gambaran penerapan nanoteknologi di dunia antara
lain seperti perkembangan nanoteknologi dalam bidang katalis khususnya dalam
rekayasa material berpori (lempung, zeolit, grafit dll) yang memungkinkan
dibuatnya bahan yang mempunyai pori dan luas, permukaan besar sebagai sumber
energi baru dan terbarukan (Handayani, 2019).
Satu kenyataan yang unik tentang nanoteknologi adalah jangkauan
keilmuannya yang bersifat interdisipliner. Satu bidang kajian terkait dengan bidang
kajian lainnya. Sebagai contohnya, ilmu fisika terkait dengan ilmu kimia untuk
menghasilkan berbagai aplikasi dalam bidang medis, alat rumah tangga, militer,
dan lainnya. Ilmu-ilmu fisika dan biologi saling berkaitan untuk menghasilkan
teknologi di bidang lingkungan hidup. Sedangkan ilmu kimia dan biologi saling
berkaitan untuk menghasilkan kemajuan di bidang kosmetik. Dengan demikian,
jangkauan nanosains dan nanoteknologi sebenarnya sangat luas (Dwandaru, 2012).
Menurut Ariningsih (2016), hasil akhir riset bidang material nano adalah mengubah teknologi
yang ada sekarang yang pada umumnya berbasis material berskala mikrometer
menjadi teknologi berbasis material berskala nanometer. Hal ini didasari
keyakinan bahwa material berukuran nanometer memiliki sifat fisika dan kimia
yang lebih unggul dari material ukuran besar (bulk). Sifat tersebut dapat
diubah melalui pengontrolan ukuran material, pengaturan komposisi kimiawi,
modifikasi permukaan, dan pengontrolan interaksi antarpartikel. Teknologi nano
memiliki wilayah dan dampak penerapan yang luas mulai dari bidang material
maju, transportasi, ruang angkasa, kedokteran, kosmetik, elektronik, pertanian
dan pengolahan pangan, lingkungan, IT, sampai energi.
Hidayat (2021) menyatakan pertumbuhan minat
dalam ilmu sains dan rekayasa nano adalah karena konjungsi dari beberapa
faktor, antara lain peningkatan nanofabrikasi dan teknik mikroskopi serta
pengakuan bahwa sifat baru muncul dalam struktur nano sintetik.
Pengembangan nanopartikel logam dan oksida logam dari garamnya
dapat dilakukan dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip kimia hijau. Penggunaan
senyawasenyawa metabolit yang terkandung dalam ekstrak tanaman darat dan
tanaman laut, serta penggunaan enzim dan bakteri sebagai bioreduktor merupakan
salah satu upaya ramah lingkungan dalam pengembangan nanopartikel. Limbah
makanan hasil budidaya dan limbah hortikultura juga mengandung biomolekul dan
senyawa yang bermanfaat yang dapat mereduksi ion logam (precursor) dalam
larutan berair membentuk nanopartikel logam dan oksida logam. Biomolekul dapat
juga bertindak sebagai template yang mengarahkan pertumbuhan partikel dalam
orientasi tertentu, atau bertindak sebagai agen pelindung/penstabil (pelapis)
yang mencegah aglomerasi nanopartikel (Ghosh, 2017).
Fitur lain yang menarik dari nanopartikel yang disintesis berbasis
kimia hijau adalah potensinya sebagai bagian dari teknologi berbasis kimia yang
berkelanjutan dan ramah lingkungan, yang mempertimbangkan resiko paparan zat
kimia terhadap manusia dan lingkungan yang biasanya terkait dengan penggunaan
pelarut beracun (Hidayat,
2021).
Dalam beberapa tahun terakhir banyak penelitian melaporkan
keberhasilan sintesis nanopartikel menggunakan beragam sumber tanaman, jamur,
alga, limbah tanaman, enzim, maupun mikroorganisme. Sintesis dengan bioreduktor
telah berhasil mengembangkan produk nanopartikel logam mulia seperti emas,
perak, platinum dan paladium dan diaplikasikan sebagai antibakteri dan katalis
(Shah, 2015).
Dubey (2010) telah melaporkan pembentukan nanopartikel perak dan
emas masing-masing dengan diameter 16 nm dan 11 nm dengan menggunakan prekursor
larutan Ag dan Au encer dengan bioreduktor ekstrak ekstrak Tanacetum vulgare
(buah tansi). Selain itu, beberapa ekstrak limbah makanan lain seperti Pyrus
sp. (buah pir) dan Mangifera indica (kulit mangga) telah menunjukkan
kemampuannya dalam mereduksi ion Au (III) untuk membentuk nanopartikel Au
(Yang, 2014; Ghodake, 2010).
KESIMPULAN
Revolusi Industri keempat (IR 4.0) telah mengubah lanskap inovasi
pendidikan. IR 4.0 dikendalikan oleh kecerdasan buatan dan kerangka fisik
digital yang membuat manusia-mesin antarmuka lebih universal. Revolusi cepat
dalam inovasi telah melahirkan model pendidikan lain untuk masa depan
Pendidikan 4.0. Mempersiapkan lulusan untuk kehidupan dan pekerjaan masa depan
yang dicapai oleh IR 4.0 dimana lebih banyak robot pintar akan menggantikan
orang di divisi aktivitas tertentu, pendidikan harus memanfaatkan informasi dan
kemampuan terkait yang tidak dapat digantikan oleh robot. Salah satu contoh perkembangan dari revolusi
industri 4.0 adalah nanoteknologi. Nanoteknologi digunakan dalam ilmu kimia,
material dan fisik, serta teknik, biologi dan aplikasi medis.
DAFTAR PUSTAKA
Ariningsih, E. 2016. Prospects of Nanotechnology Application in Agriculture and Food
Processing in Indonesia. Forum
Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 32 No. 1. 1-20. Dalam https://media.neliti.com/media/publications/63029-none-8cffd419.pdf (Diakses pada 23 Oktober 2021).
Dubey, S.P.; Lahtinen, M.; Sillanpaa, M. 2010. Tansy fruit mediated
greener synthesis of silver and gold 2010 nanoparticles. Process Biochem., 45,
1065–1071. Dalam https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1359511310001017 (Diakses pada 23 Oktober 2021).
Dwandaru, W.S.B,. 2012. APLIKASI NANOSAINS DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN: NANOTEKNOLOGI. Dalam http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309688/penelitian/APLIKASI+NANOSAINS+DALAM+KEHIDUPAN+SEHARI.pdf (Diakses pada 23 Oktober 2021).
Fidiani, Elok. 2021. Mengenal Lebih Dekat
Dunia Nano di Era Nanoteknologi. Dalam https://unpar.ac.id/mengenal-lebih-dekat-dunia-nano-di-era-nano-teknologi/ (Diakses pada 23 Oktober 2021).
Ghosh PR, Fawcett D, Sharma, SB, and Poinern, GEJ, Gerrard E.,
2017. Using Aquacultural and Horticultural Food Wast Production of
High-Value Nanoparticles via Biogenic Processes. J. Materials, 10, 852. Dalam https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5578218/ (Diakses pada 23 Oktober 2021).
Hamdan. 2018. INDUSTRI
4.0: PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI PADA KEWIRAUSAHAAN DEMI KEMANDIRIAN EKONOMI. Jurnal Nusamba Vol. 3 No. 2. 1-8. Dalam https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen/issue/view/113 (Diakses pada 23 Oktober 2021).
Handayani, Murni. 2019. Pengembangan
Nanomaterial Fungsional dan Aplikasinya untuk Green Energi. Dalam https://fti.uad.ac.id/kuliah-umum-teknik-kimia-pengembangan-nanomaterial-fungsional-dan-aplikasinya-untuk-green-energi/ (Diakses pada 23 Oktober 2021).
Haryono, dkk. 2018. KONDISI TERKINI PENERAPAN NANOTEKNOLOGI PADA INDUSTRI DI INDONESIA. Dalam http://repo-nkm.batan.go.id/8314/1/1411-2213-2006-1-020%20%28Agus%20Haryono%2C%20Nurul%20Taufiqu%20Rochman%2C%20Agus%20Fanar%20Syukri%2C%20Setyo%20Purwanto%20dan%20Atih%20S.%20Herman%29.pdf (Diakses pada 23 Oktober 2021).
Hidayat, A. A. 2021. Industri Kimia di Masa
Depan. Modul 8 Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Jakarta:
Universitas Mercu Buana. (Diakses pada 23 Oktober 2021).
Hudson, P. (2014). The industrial revolution. Bloomsbury
Publishing. Dalam https://tinyurl.com/55nfa4szn (Diakses pada 23 Oktober 2021).
Prasetyo, Banu dan Trisyanti U. 2018. REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN TANTANGAN
PERUBAHAN SOSIAL. Dalam http://iptek.its.ac.id/index.php/jps/article/download/4417/3156.
Rojko, A. (2017). Industry 4.0 concept: Background and overview.
International Journal of Interactive Mobile Technologies, 11(5). 77-90. Dalam https://tinyurl.com/5y3w8jsx (Diakses pada 23 Oktober 2021).
Sawitri, Dara. 2019. REVOLUSI INDUSTRI 4.0: BIG DATA MENJAWAB TANTANGAN REVOLUSI
INDUSTRI 4.0. Jurnal Ilmiah
Makistek Vol. 4 No. 3. 1-9. Dalam http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1599824&val=18023&title=REVOLUSI%20INDUSTRI%2040%20%20BIG%20DATA%20MENJAWAB%20TANTANGAN%20REVOLUSI%20INDUSTRI%2040 (Diakses pada 23 Oktober 2021).
Shah, M.; Fawcett, D.; Sharma, S.; Tripathy, S.; Poinern, G.E.J.
2015. Green synthesis of metallic nanoparticles via biological entities.
Materials, 8, 7278–7308. Dalam https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28793638/ (Diakses pada 23 Oktober 2021).
Yang, N.; Wei-Hong, L.; Hao, L. 2014. Biosynthesis of Au
nanoparticles using agricultural waste mango peel extract and it’s in vitro
cytotoxic effect on two normal cells. Mater. Lett. 134, 67–70. Dalam https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0167577X14012750 (Diakses pada 23 Oktober 2021).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.