Kalimantan yang
terkenal dengan potensi alam dan potensi wisata alam kini keadaanya sangat
memprihatinkan. Kerusakan lingkungan sudah menjadi pemandangan biasa
dimana-mana. Eksploitasi tambang yang berlebihan, perubahan fungsi hutan
menjadi perkebunan kelapa sawit, kebakaran hutan serta sejumlah isu lingkungan
lainnya dituding menjadi penyebab utama. Kalimantan Barat sendiri tidak lepas
dari akibat kerusakan lingkungan tersebut. Berikut beberapa isu lingkungan di
Kalimantan Barat yang dirangkum dari
1. Kebakaran Hutan Di Kubu Raya
Kebakaran
lahan di Kalimantan Barat, semakin meluas. Insiden ini terjadi hampir di setiap
saat di beberapa lokasi berbeda. Namun, kabut asap dari kebakaran lahan belum
menganggu aktivitas penerbangan.
"Di
Rasau Jaya (Kabupaten Kubu Raya) setiap hari selalu terjadi kebakaran lahan,
tapi lokasinya masih jauh dari Bandara (Supadio)," kata Kepala Brigade
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Manggala Agni) Daerah Operasional
Pontianak dan Singkawang Junaidi.
Lokasi
kebakaran lahan berada di Kota Pontianak dan sekitarnya. Kejadian ini
berlangsung sporadis dan dalam waktu yang hampir bersamaan di setiap lokasi.
Pemicu kebakaran diduga berasal dari aktivitas pembukaan lahan pertanian.
Dampak
Kebakaran Hutan Terhadap Sosial, Budaya dan Ekonomi
1.
Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di dan
sekitar hutan
2.
Terganggunya aktivitas sehari-hari
3.
Peningkatan jumlah Hama
4.
Terganggunya kesehatan
5.
Produktivitas menurun
2. Sampah Di Kota Pontianak
Sampah
sampah di kota pontianak sudah sangat meresahkan warga dikarenakan tempat
pembuangan nya yang belum juga tertata rapi dengan bau yang sangat menggangu
serta masih kurang nya kesadaran masyrakat akan sampah, membuat masyrakat
membuang sampah tidak pada tempatnya, contoh : sungai, parit, tepi jalan
Dampak
negatif sampah :
- Dampak terhadap Kesehatan. Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjadi sumber penyebaran penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah terjangkitnya penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum, penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
- Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi. Dampaknya akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.
3. Penggunaan Pestisida Berlebihan di Putusibau
Pestisida
secara harfiah berarti pembunuh hama, berasal dari kata pest dan sida. Pest
meliputi hama penyakit secara luas, sedangkan sida berasal dari kata
“caedo” yang berarti membunuh. Pada umumnya pestisida, terutama pestisida
sintesis adalah biosida yang tidak saja bersifat racun terhadap jasad
pengganggu sasaran. Tetapi juga dapat bersifat racun terhadap manusia dan jasad
bukan target termasuk tanaman, ternak dan organisma berguna
lainnya.
Di
kalimantan Barat sendiri penggunaan pestisida sudah lama digunakan dan
mencemari sungai-sungai terutama sungai kapuas, sungai yang sudah tidak aman
lagi untuk diminum bahkan juga untuk mandi,sebagaimana kita ketahui bahwa
kalimantan barat terkenal dengan seribu sungai.
Ini
disebabkan kurang adanya penyuluhan dari pemerintah ke masyrakat tentang
penggunaan pestisida , apalagi kita ketahui banyak sekali kebun-kebun masyrakat
yang dekat sekali dengan sungai terutama di kota putusibau.
4. Penebangan Liar Hutan di Kota Singkawang
Jika
hutan itu terbuka dalam hamparan yang luas seperti pasca eksploitasi HPH,
penebangan hutan, dengan kerapatan dibawah 50 persen maka akan mudah
terbakar. Akibatnya dedaunan busuk dengan humus yang tebal, ranting dan dahan
yang kering lekang sehingga dengan pemantik kecil saja kawasan ini segera
terbakar.
Keadaan
hutan yang sudah longgar, pohon-pohon besar dan kecil ditebang dan tidak ada
regenerasi berdampak pada perairan terutama anak-anak sungai akan banjir besar
dan menerima debit air yang melebihi kapasitas normal. Sungai yang dahulunya
tidak bisa meluap dan begitu bersahabat sekarang sebaliknya, seperti banjir di
Sepauk, Kabupaten Sintang tahun 2010. Sedangkan di musim kemarau persediaan air
sangat kurang.
Fakta
di atas menunjukkan bahwa kawasan hutan bukit dan pegunungan di Kalimantan
sudah kurang fungsinya sebagai penahan air agar secara perlahan-lahan mengalir
ke muara sungai. Yang kita khawatirkan jika musim hujan tiba dengan curah hujan
sangat tinggi yang merupakan siklus sepuluh tahunan maka air akan tertumpuk di
daerah muara.
5. Pengerukan Tanah Berlebihan Di Kota Singkawang
Mengeruk
tanah di perbukitan dan tidak menanam pohon sebagai penyangga tanah tersebut
tentu merupakan bencana yang bisa membahayakan masyarakat yang bermukim di
bawah bukit tersebut, di kota Singkawang sendiri telah banyak di temukan
bukit-bukit yang tanahnya sudah siap mendatangkan bencana seperti bencana
banjir, tanah longsor, banjir bandang, angin puting beliung, dan lain
sebagainya.
Bencana
itu disebabkan oleh keserakahan dan kepongahan manusia yang senantiasa
mengeksploitasi hutan demi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Anehnya justru
mereka tidak pernah peduli atas akibat yang ditimbulkannya.
DAFTAR PUSTAKA : http://charzchaos.blogspot.co.id/2012/04/masalah-lingkungan-di-kalimantan-barat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.