Kerusakan
Lingkungan di Aceh
Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh menilai pencemaran yang semakin marak
terjadi mengancam lingkungan hidup di provinsi itu.
"Pencemaran
ini terjadi karena penambangan emas liar maupun mengubah fungsi hutan dan
pencemaran ini sudah menjadi ancaman serius bagi lingkungan hidup di daerah
ini," kata Direktur Eksekutif Walhi Aceh M Nur di Banda Aceh,
Walhi sudah
mengingatkan Pemerintah Aceh sejak 2009. Peringatan tersebut terkait tidak
mengubah fungsi hutan, baik hutan lindung, maupun hutan lainnya untuk
pertambangan maupun konvensi penggunaan lainnya.
"Namun,
peringatan ini sepertinya tidak mendapat respons, sehingga apa yang menjadi
kekhawatiran Walhi Aceh beberapa tahun lalui dapat dibuktikan hari ini.
Pencemaran dan kekeringan sudah terjadi sekarang ini di Aceh,"
Sejumlah
kasus pencemaran sungai, perairan laut, maupun kekeringan, kata dia, kini sudah
melanda Aceh. Kasus-kasus menjadi warisan bagi generasi Aceh berikutnya.
Selain itu,
15 dari 23 kabupaten/kota di Aceh dapat dipastikan menjadi sumber utama bencana
ekologis. Hal ini terjadi karena fungsi hutan diubah untuk peruntukan lain.
"Walhi
Aceh sudah berulang kali mengingatkan Pemerintah Aceh adanya bencana ekologis
akan dampak mengubah fungsi hutan serta penggunaan zat kimia berbahaya di
pertambangan. Dan hari ini sudah terbukti,"
Aceh
merupakan daerah kaya sumber daya mineral dan pertambangan. Namun, karena
pengelolaan yang salah, kekayaan tersebut menjadi bumerang bagi rakyat Aceh.
Pemerintah
Aceh, kata dia, hanya peduli dengan meraup pendapatan sebanyak mungkin dari
sumber daya mineral, tetapi mengabaikan hak masyarakat mendapatkan hidup yang
sehat dan bersih.
"Satu
hal yang patut dipertanyakan, apakah perusahaan tambang di Aceh memiliki amdal
dalam melaksanakan aktivitas penambangannya" Kalau ada, tentu pencemaran
tidak terjadi,"
Oleh karena
itu, kata dia, Walhi Aceh mendesak Gubernur Aceh berani dan tegas merespons
banyaknya kasus pencemaran akibat pertambangan dan perubahan fungsi hutan.
"Respons ini untuk menyelamatkan lingkungan hidup Aceh. Kerugian akibat
bencana ekologis lebih besar ketimbang pemasukan yang didapat. Karena itu,
segeralah bertindak demi generasi Aceh selanjutnya,"
·
Kerusakan Karena Mercuri
Bom waktu dampak penggunaan merkuri dari kegiatan pertambangan
emas ilegal siap meledak jika Pemerintah Aceh tidak segera mengatur tata kelola
pertambangan rakyat. Saat ini, ada 30 ribu orang yang bekerja di 46 hotspot
pertambangan emas skala kecil di 11 kabupaten di Aceh yang memproduksi 10 ton
emas per tahun. Sebagian besar menggunakan merkuri dan sianida dalam
kegiatannya.
Kegiatan tambang emas ilegal yang marak di Aceh sejak 2007 telah
menimbulkan dampak serius. Dari sisi lingkungan, kegiatan pertambangan yang
dilakukan di hutan lindung telah menyebabkan kerusakan hutan di Aceh. Yang
paling menakutkan adalah ada indikasi gangguan kesehatan masyarakat akibat
racun merkuri dan sianida meski harus dilakukan penelitian lebih lanjut.
Belum lama ini ribuan ikan ditemukan mati di Sungai Geumpang,
Tangse, dan Teunom yang diduga awalnya karena sungai tercemar merkuri dan
sianida dari kegiatan pengolahan emas di sana. Namun, informasi dari
peneliti dari Universitas Syiah Kuala mengatakan ikan tersebut mati akibat
sulfur dari gunung berapi yang ada di sekitar Tangse dan Geumpang.
Kegiatan tambang emas ilegal yang marak di Aceh sejak 2007 telah
menimbulkan dampak serius. Dari sisi lingkungan, kegiatan pertambangan yang dilakukan
di hutan lindung telah menyebabkan kerusakan hutan di Aceh. Yang paling
menakutkan adalah ada indikasi gangguan kesehatan masyarakat akibat racun
merkuri dan sianida meski harus dilakukan penelitian lebih lanjut.
Belum lama ini ribuan ikan ditemukan mati di Sungai Geumpang,
Tangse, dan Teunom yang diduga awalnya karena sungai tercemar merkuri dan
sianida dari kegiatan pengolahan emas di sana. Namun, informasi dari
peneliti dari Universitas Syiah Kuala mengatakan ikan tersebut mati akibat sulfur
dari gunung berapi yang ada di sekitar Tangse dan Geumpang.
efek merkuri berbahaya secara jangka panjang bagi kesehatan
manusia dan lingkungan. “Proses restorasi lingkungan di Minamata tahun 1950-an
butuh dana Rp48 triliun. Bisa dibayangka berapa yang harus kita keluarkan
untuk mengatasi masalah pencamaran merkuri ini di puluhan lokasi
penambangan di Aceh?”Yuyun Ismawati peneliti dampak pencemaran merkuri pada
kegiatan Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) di Indonesia menyebutkan sudah
banyak kasus seperti di Minamata yang terjadi di Indonesia. Dalam 10 tahun
terakhir, karena keracunan merkuri, banyak ibu hamil yang melahirkan anak cacat
seperti idiot, autis dan bibir sumbing. Gejala lainnya adalah tremor dan bisa
terserang stroke. Kasus ini tidak banyak terekspos dan dokter masih belum bisa
mendiagnosa.
“Merkuri itu disebut one way ticket. Sekali masuk ke dalam tubuh
manusia tidak dapat keluar lagi kecuali pakai obat-obatan yang cukup keras. Ia
masuk ke otak, ginjal dan hati,” jelas peraih Goldman Environmental Prize 2009
ini berkat pengabdiannya pada isu sampah dan sanitasi di Indonesia.
Merkuri yang masuk melalui makanan bisa diperiksa keberadaannya
di tubuh manusia lewat kuku dan rambut, sementara kalau merkuri yang terhirup
melalui udara bisa diperiksa melalui urin. “Yang diperiksa di rambut dan kuku
adalah merkuri yang terpapar dalam jangka panjang, sedang yang terpapar di
darah itu jangka pendek.”
Daftar Pustaka :
Anonym.
2016. Pencemaran Ancam Lingkungan Aceh. http://aceh.antaranews.com/berita/14274/pencemaran-ancam-lingkungan-hidup-aceh
Admin.2014.Ancaman Bahaya Mercury
Mengintai Masyarakat Aceh. http://simlingkungan.minerba.esdm.go.id/forumasgm/?p=827
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.