.

Senin, 11 Oktober 2021

APA ITU HUJAN ASAM DALAM KIMIA KONTEKSTUAL

 Oleh : Waskito Sandy Utomo (@T01-Waskito)

 


Abstrak

Pembuatan artikel ini bertujuan untuk mempelajari atau mengenal ilmu kimia kontekstual khususnya kita akan mengenal apa itu hujan kimia. Adapun informasi yang saya dapatakan dari beberapa sumber di internet mengenai kimia kontekstual dan hujan asam. Dalam sumber tersebut dijelaskan tentang kimia kontekstual dan menjelaskan fenomena dan proses kimia yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci : artikel,kimia kontekstual,hujan asam


Abstract

The purpose of this article is to learn or get to know contextual chemistry, especially we will know what chemical rain is. As for the information I got from several sources on the internet about contextual chemistry and acid rain. In this source, contextual chemistry is explained and explains chemical phenomena and processes that occur in everyday life.

Keywords: article, contextual chemistry, acid rain

 

Pendahuluan

Latar Belakang

            Pembelajaran kimia Kontekstual ini merupakan pembelajaran yang menggunakan sebuah masalah yang relavan atau terjadi pada kehidupan masyarakat. Proses pemebelajaran ini di fokuskan unutk  mahasiswa dilibatkan dalam memperoleh dan mengolah informasi dalam suatu masalah di kehidupan masyarakat. Mempelajari kimia kontekstual sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena dengan mempelajarinya kita dapat mengetahui apa itu kimia kontekstual dan bahaya atau tidaknya masalah tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari dalam bermasyarakat.

 

Permasalahan

1.     Apa itu kimia kontekstual dalam pembelajaran?

2.     Mengenal apa itu hujan asam dalam kimia kontekstual?

Tujuan

            Tujuan dibuatnya artikel ini untuk mengetahui dan mempelajari apa itu kimia kontekstual dalam kehidupan masyarakat dan mengenal salah satu fenomena kimia kontekstual dalam kehidupan masyarakat yaitu hujan asam.

 

 

 

SOLUSI DAN PEMBAHASAN

 

A.   Kimia Kontekstual

Kimia kontekstual atau kimia kekinian merupakan kimia yang mempelajari beragam aspek dalam kehidupan manusia. Pengkajian dan pembahasannya sangat tergantung pada isu atau persoalan yang sedang terjadi dalam kehidupan manusia. Menurut Mudasir (2012), perkuliahan kimia kontekstual dirancang untuk membekali mahasiswa dengan persoalan-persoalan kemasyarakat dan kekian terkait dengan bidang kimia serta memperkenalkan mahasiswa terhadap trend global penelitian kimia di masa yang akan datang.

Menurut Qurnaini dkk., (2013) pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa mahasiswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika mahasiswa “bekerja” dan “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar “mengetahuinya”. Pembelajaran tidak hanya sekedar kegiatan mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi bagaimana siswa mampu memaknai apa yang dipelajari itu. Kemudian menurut Kunandar (2007), dalam pembelajaran kontekstual tugas guru adalah memfasilitasi siswa dalam menemukan sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) melalui pembelajaran secara sendiri bukan apa kata guru. Siswa benar-benar mengalami dan menemukan sendiri apa yang dipelajari sebagai hasil rekonstruksi sendiri. Dengan demikian, siswa akan lebih produktif dan inovatif.

Menurut Sanjaya (2006) ; Suyanti (2010) terdapat tiga hakikat pembelajaran kontekstual, yaitu

1.     Menekankan kepada proses keterlibatan mahasisiwa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung melalui proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran;

2.     Mendorong agar mahasiswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya mahasiswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi itu tidak hanya bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan;

3.     Mendorong mahasiswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya bukan hanya mengharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

 

B.    Hujan Asam

Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert A. Smith (1872) dalam Kupchella (1989) yang menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah daerah industri dibagian utara Inggris. Hujan asam ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asam di udara larut dalam butir-butir air di awan. Jika hujan turun dari awan itu, air hujan bersifat asam. Hujan asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut kedalam air hujan dan turun kebumi. Hujan asam dapat terjadi di daerah yang sangat jauh dari sumber pencemaran.

Menurut Erni (2007) hujan asam memiliki dampak terhadap beberapa aspek, seperti terhadap kesehatan, hutan, pertanian, ekositem akuatik dan material.

1.     Kesehatan

Hujan asam mempengaruhi kesehatan melalui tiga cara, yaitu pertama efek jangka pendek karena menghirup udara yang tercemar berat; efek jangka panjang karena menghirup udara yang tercemar sedang atau ringan; efek tidak langsung karena terexposed pada logam berat seperti alumunium dan logam berat lain yang terbebaskan dari zarah tanah pada pH yang rendah, akumulasi logam berat melalui rantai makanan dan terlarutnya logam berat dari pipa air yang terbuat dari timbal atau tembaga.

2.     Hutan

Dampak terhadap hutana Sebagian karen pH tanah yang turun. Penurunan pH tanah dan air danau dipengaruhi kemampuan tanah dan air untuk menetralisir asam tersebut. Daya netralisasi asam itu ditentukan oleh adanya zat yang dapat menetralisir asam. Kerusakan hutan oleh hujan asam gejalanya berbeda dengan gejala kerusakan oleh kekeringan dan serangan hama atau penyakit. Kerusakan dan kematian hutan disebut Forest Dieback atau Waldsterben.

3.     Pertanian

Hasil padi dapat turun sampai 30% karena hujan asam. Karena besarnya laju pertumbuhan industri dan transpor, ada kemungkinan telah terjadi kenaikan kadar SO2 sampai pada kadar yang menyebabkan keracunan kronik dan penurunan hasil pertanian tanpa adanya gejala morfologik dan kasat mata pada tanaman.

4.     Ekosistem Akuatik

Menurut Kupchella (1989) Hujan asam yang berkepanjangan akan mempengruhi pH air ekosistem akuatik. Karena kehidupan organisme hidup akuatik sangat dipengaruhi oleh pH air tempat hidupnya, hujan asam mempunyai pengaruh yang besar terhadap biologi ekosistem akuatik.

Hujan asam menurunkan populasi ikan, tumbuhan akuatik dan jasad renik. Menjadi asamnya air danau dapat juga menyebabkan kepunahan jenis. Di samping efeknya terhadap pH, hujan asam juga memperkaya danau dengan unsur hara, khususnya nitrogen. Sebagai akibatnya dapatlah terjadi apa yang disebut eutrofikasi, yaitu penyuburan perairan.

Menurut Odum (1996) Eutrofikasi menimbulkan kesulitan, karena terjadinya pertumbuhan plankton yang berlebihan sehingga plankton itu saling meneduhi dari sinar matahari dan terjadilah kematian massal plankton. Jika ini terjadi oksigen dalam air habis terpakai dalam proses pembusukan biomassa yang mati itu dan mengakibatkan kematian ikan dan organisme.

5.     Material

Hujan asam mempunyai dampak penting terhadap berbagai jenis material. Logam, bangunan baru, keramik dan gelas, cat, kertas, bahan fotografi, tekstil, kulit dan karet terpengaruh oleh oksida belerang, oksida nitrogen dan zat pencemar udara lainnya. Sebagian kerusakan ini disebabkan oleh deposisi kering asam sulfat yang berasal dari transpor dalam kota dan dari industri.

Pengedalian hujan asam dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari hujan asam tersebut. Dalam pembakaran BBF di pabrik dan instalasi listrik adalah dengan membangun cerobong asap yang tinggi. Dengan cerobong yang tinggi itu daerah sekitar pabrik dan pusat pembangkit listrik menderita sedikit atau bahkan bebas dari pencemaran. Tetapi, zat pencemar itu terbawa oleh angin ke tempat yang jauh. Jika jumlah zat pencemarnya sedikit, cara ini baik karena dengan penyebaran itu terjadi pengenceran zat pencemar.

Mengendalikan hujan asam ialah menggunakan bahan bakar yang mengandung sedikit zat pencemar, menghindari terjadinya zat pencemar pada waktu pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energi.

1.     Bahan Bakar dengan Kandungan Belerang Rendah

Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. 11% cadangan minyak dunia, mengandung kandungan belerang yang tinggi antara 1,4-1,6%. Dengan demikian, dunia sebagian besar tergantung pada minyak yang mengandung kadar belerang yang tinggi.

2.     Mengurangi Kandungan Belerang Sebelum Pembakaran

Kadar belerang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi tertentu. Dalam proses produksi batubara, batubara biasa dicuci. Proses pencucian itu, yang bertujuan untuk membersihkan batubara dari pasir, tanah dan kotoran lain, juga mengurangi kadar belerang yang berupa pirit (belerang dalam bentuk besi sulfida) sampai 50- 90%. Untuk mengurangi kadar belerang organik dalam batubara lebih sulit dan memerlukan teknologi yang lebih canggih.

3.     Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran

Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan NOx pada waktu pembakaran telah dikem bangkan. Salah satu teknologi itu ialah lime injection in multiple burners (LIMB). Dalam teknologi ini, kapur diinjeksikan ke dalam dapur pembakaran dan suhu pembakaran diturunkan dengan menggunakan alat pembakar khusus. Kapur akan bereaksi dengan belerang dan membentuk gypsum (kalsium sulfrat dihidrat). Penurunan suhu mengakibatkan penurunan pembentukan NOx baik dari nitrogen yang ada dalam bahan bakar maupun dari nitrogen udara.

4.     Pengendalian Setelah Pembakaran

Zat pencemar dapat pula dikurangi dari gas limbah hasil pembakaran. Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah flue-gas desulfurization (FGD). Prinsip teknologi ini ialah untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di cerobong asap dengan absorben, yaitu yang disebut scrubbing. Dengan cara ini, 70- 95% SO2 yang terbentuk dapat diikat. Kerugian cara ini ialah terbentuknya limbah. Akan tetapi, limbah itu dapat pula diubah menjadi gipsum yang dapat digunakan dalam berbagai industri.

5.     Penghematan Energi

Yang dimaksud dengan penghematan energi bukanlah mengurangi penggunaan energi sehingga menghambat laju pembangunan, melainkan menaikan efisiensi energi sehingga per-unit didapatkan pelayanan yang lebih banyak

    

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat adalah kimia kontekstual merupakan metode pembelajaran yang melibatkan beberapa aspek dalam kehidupan. Aspek yang dipeljari merupakan isu atau persoalan yang sedang terjadi dalam kehidupan manusia.

Salah satu persoalan dalam kehidupan manusia adalah hujan asam. Hujan asam merupakan turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asam di udara larut dalam butir-butir air di awan. Jika hujan turun dari awan itu, air hujan bersifat asam. hujan asam juga memiliki dampak terhadap beberapa aspek, seperti terhadap kesehatan, hutan, pertanian, ekositem akuatik dan material.

 

SARAN

     Saran saya adalah kita sebagai manusia yang hidup dalam masyarakat, akan lebih baik kita mempelajari ilmu kimia kontekstual ini, karena dengan mempelajarinya kita dapat mengatisipasi atau menghindari hal-hal yang dapat merugikan kita. Jika kita mempelajri ilmu tersebut kita juga bisa gunakan dalam masyarakat, kita bisa beri tahu bagaimana cara menghadapi hal-hal tersebut.

 

DAFTAR PUSTAKA

Afia Atep Hidayat. 2021. Kimia dan Pengetahuam Lingkungan Industri : kimia Kontekstual. Universitas Mercu Buana. (Di akses pada 8 oktober 2021)

Elva Evriyeni Y. 2014. Pengembangan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) Berbasis Kontekstual pada Mata Kuliah Kimia Anorganik. Universitas Riau. Dalam https://jpkur.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPKUR/article/view/3294 (Di akses pada 8 oktober 2021)

Sinaga Murudut; Silaban Saronan. 2020. Implementasi Pembelajaran Kontekstual untuk Aktivitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa. Universitas Negeri Medan. Dalam http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/GAGASAN/article/view/8051 (Di akses pada 8 oktober 2021)

M. Erni. Yatim. 2007. Dampak dan Pengendalian Hujam Asam di Indonesia. Jurnal Kesehatan masyarakat. Dalam http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/24 (Di akses pada 8 oktober 2021)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.