.

Kamis, 13 Februari 2020

PENCEMARAN UDARA DI KOTA BANDUNG

PENCEMARAN UDARA DI KOTA BANDUNG

Oleh : Adesita Nur sabaniah (Q04-Adesita)

















ABSTRAK :

Salah satu penyebab pencemaran udara adalah meningkatnya jumlah kendaraan di Indonesia. Jumlah kendaraan di Indonesia tahun 2016 mencapai 124.215 juta unit, naik 10-15 %. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pencemaran udara merupakan faktor risiko gangguan kesehatan terbesar di dunia, diperkirakan data tahun 2016 sekitar 6,5 juta orang meninggal tiap tahun akibat paparan polusi udara. Faktor yang berhubungan dengan konsentrasi pencemar udara adalah jumlah kendaraan, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, hujan, dan topografi (Kurniawati, I. D. (2017).  

Kata kunci : Pencemaran udara, kota Bandung, pencemaran kota Bandung


I. PENDAHULUAN

Perkembangan volume lalu lintas di perkotaan Indonesia mencapai 15% pertahun. Transportasi di kota-kota besar merupakan sumber pencemaran udara yang terbesar, dimana 70% pencemaran udara diperkotaan disebabkan oleh aktivitas kendaraan bermotor. Parameter polusi udara dari kendaraan bermotor seperti karbonmonoksida (CO), Nitrogen oksida (NOx), Methane (CH4), nonmethane (NonCH4), Sulful dioksida (SOx) dan Partikel (SPM10) dapat menimbulkan efek terhadap pemanasan global. Hasil monitoring tingkat pencemaran udara di ruas-ruas jalan kota besar seperti : Surakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar (Bali), dan Serang (Banten), serta kota-kota yang dilalui Jalur Pantura tingkat pencemaran udara sudah dan/atau hampir melampaui standar kualitas udara ambient khususnya untuk parameter oksida nitrogen (NOx), partikel (SPM10) dan hidrokarbon (HC). (Kusminingrum, N., & Gunawan, G. (2008).
II. PERMASALAHAN
1. Pencemaran udara di kota Bandung ?
2. Kadar konsentrat polutan di Kota Bandung ?

III. PEMBAHASAN
Permasalahan lingkungan merupakan hal yang sangat penting untuk segera diselesaikan karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Pencemaran udara bersumber dari asap cerobong industri dan gas buangan dari kendaraan bermotor, selain itu dapat juga bersumber dari buangan rumah tangga (domestik). Perkembangan otomotif sebagai alat transportasi sangat memudahkan manusia dalam melaksanakan suatu pekerjaan, namun di sisi lain penggunaan kendaraan bermotor menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan, terutama gas buang dari hasil pembakaran bahan bakar yang tidak terurai atau terbakar dengan sempurna. (Gusnita, D. (2012).
Masalah pencemaran buatan di perkotaan semakin lama akan semakin bertambah seiring dengan proses urbanisasi yang pesat. Pada tahun 2000 di dunia, jumlah penduduk kota telah mencapai 40% dari total jumlah penduduk, dan menurut proyeksi pada tahun 2010 akan mencapai 55%. Peningkatan jumlah penduduk yang relatif tinggi di perkotaan ini menimbulkan masalah bagi lingkungan hidup, misalnya masalah kurangnya air bersih, buruknya kondisi sanitasi, pembuangan sampah padat dan berbahaya, hilangnya ruang terbuka, dan polusi udara (Kwanda, T. (2003) .
Kota Bandung merupakan salah satu kota besar yang jumlah penduduknya mengalami pengingkatan pesat dari setiap tahunnya. Hal ini diiringi pula oleh perkembangan industri yang menjadi sumber ekonomi warganaya. Yng diiringi dengan peningkatan pemakaian kendaraan bermotor untuk aktivitas sehari-hari (Pujiastuti, P. (2013).
Konsentrasi Polutan di kota bandung :
  •          Karbonmonoksida (CO)

Monitoring kualitas udara Bandung seperti di Batununggal Indah menunjukkan fluktuasi yang berlawanan. Konsentrasi CO yang tinggi terjadi pada saat radiasi rendah dengan koefisien korelasi berkisar -0.32 hingga – 0.48. Nilai negatif menunjukkan bahwa pada setiap peningkatan radiasi terjadi penurunan konsentrasi CO, artinya tidak selalu setiap penurunan konsentrasi CO bersamaan dengan penurunan jumlah radiasi. Hal ini disebabkan faktor utama yang menentukan konsentrasi CO di atmosfer adalah jumlah emisi dari sumber.
  •          Nitrogen dioksida (NO2) dan Nox

Konsentrasi NO2 (μg/m3) di tiga titik pengamatan di Kota Bandung menunjukkan fluktuasi yang tidak terlalu beraturan yakni : Tirtalega, Cisaranten, dan Batununggal. Fluktuasi radiasi menunjukkan pada saat terjadi peningkatan radiasi terjadi peningkatan konsentrasi NO2 Namun di Kota Bandung konsentrasi ini tidak terus meningkat, tetapi menurun sebelum radiasi maksimum.
·         Nitrogen Dioksida (NO2)
Senyawa NO2 berasal dari kegiatan dari pusat-pusat industri. NO2 memiliki kemampuan untuk menyerap sinar ultraviolet (UV) serta partisi sinar matahari yang memiliki panjang gelombang mendekati panjang gelombang dari UV. Akibat dari kemampuan tersebut maka udara yang memiliki kandungan NO2 yang tinggi memberikan kesan warna merah pada warna dari udara atmosfer. Fluktuasi radiasi terhadap konsentrasi NO2 menunjukkan pada saat terjadi peningkatan radiasi terjadi peningkatan konsentrasi NO2.
·         Sulfur Dioksida (SO2)
  • Fluktuasi konsentrasi SO2 terhadap fluktuasi radiasi dan suhu udara menunjukkan nilai korelasi positif yaitu berturut-turut adalah 0.11 dan 0.20.
  •  Patikulat (PM10)

Kondisi partikulat di Jakarta berfluktuasi tidak terlalu beraturan seperti kondisi di Kota Bandung, umumnya terjadi peningkatan konsentrasi pada pagi hari. Fluktuasi radiasi dan g/m3) menunjukkan korelasi negatif (-0.28).mkonsentrasi partikulat PM10 

Dampak Polusi Udara :
Udara setiap saat kita butuhkan, secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan hidupnya tanpa udara lebih dari 3 menit. Zat-zat pencemar udara dapat digolongkan tiga yaitu zat kimia, zat fisis, dan zat biologis. Dampak zat-zat pecemar udara ini terhadap manusia, terutama zat kimia dan zat fisis, akan dibahas lebih rinci, berikut ini:


1. Zat Kimia
Zat pencemar kimia yang paling banyak terdapat di udara bebas adalah karbon monooksida (CO), sulfur oksida (SO), nitrogen oksida (NO), hidrokarbon (H2C), dan partikulat (debu) yang berasal dari pabrik semen, industri metalurgi, industri konstruksi, dan juga kendaraan bermotor. Pengaruh zat kimia pertama-tama akan ditemukan pada sistem pernapasan, kulit dan selaput lendir, selanjutnya apabila memasuki peredaran darah, maka efek sistemik tak dapat dihindari. Secara rinci akan dibahas beberapa zat-zat pencemar kimia yang berasal dari kendaraan bermotor dan kegiatan industri, seperti CO, CO2, NO, dan CFC.
2. Zat Fisis
Zat pencemar fisis yang banyak didapat adalah temperatur, kebisingan, sinar ultra violet, sinar infra merah, gelombang mikro, gelombang elektromagnetik, dan sinar-sinar radioaktif. Saat ini kebisingan merupakan salah satu penyakit lingkungan yang penting.
3. Zat Biologis
bakteri dan virus yang dapat menyebarkan berbagai penyakit pada manusia. Akibat dari masalah-masalah lingkungan hidup ini terhadap manusia harus dibayar dengan biaya yang tinggi, sebagai contoh menurut laporan Bank Dunia, pada tahun 1990 biaya kesehatan yang harus dibayar oleh penduduk Jakarta sebagai akibat dari polusi udara adalah sebesar 500 juta dolar Amerika Serikat (Kwanda, T. (2003).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi Pencemaran Udara :
Secara garis besar untuk mengatasi masalah polusi udara ini yang pertama adalah berkaitan dengan sumber masalahnya yaitu mengurangi konsumsi energi dan mencari energi alternatif yang lebih bersih. Kedua, mengurangi polusi udara dengan cara pembangunan ruang terbuka hijau, pembangunan bangunan dan permukiman yang berkelanjutan, dan sistem transportasi umum yang ramah lingkungan.

1. Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Sebagai contoh, di kota Bandung menurut Dinas Pertamanan jumlah pohon yang ada hanya sekitar 650.000 pohon. Sekitar 800 pohon ditebang untuk proyek pembangunan jalan, permukiman dan industri. Sehingga untuk kota Bandung dengan jumlah penduduk sebesar 2,5 juta jiwa masih diperlukan jumlah pohon sebesar 600.000 pohon (1,25 juta – 650.000 pohon). Akibat penebangan pohon ini, koefisien air aliran (run off) di kota Bandung meningkat dari 40% menjadi 80% pada saat ini. Koefisien ini menunjukkan persentase air hujan yang tidak terserap ke dalam tanah dimana semakin tinggi angka koefisiennya semakin banyak air yang tidak terserap.

2. Gedung Hijau
Penghematan energi pada gedung dapat dilakukan dengan cara desain yang mengoptimalkan penerangan dan penghawaan alami pada bagian tertentu dari gedung. Selain itu dapat pula dicapai melalui penggunaan energi alternatif yaitu energi surya. Selanjutnya untuk mengurangai polusi udara di perkotaan kota Bandung, konsep arsitektur hijau dapat diterapkan pada gedung dengan lansekap atau penghijauan vertical. Emisi CO2 dari kendaraan bermotor akan naik ke lapisan udara atas yang akan diserap oleh tanaman yang ada pada setiap lantai gedung bertingkat.

3. Transportasi

Kemacetan lalu lintas di perkotaan dapat dikurangi dengan beberapa cara, seperti: a. manajemen lalu lintas yang dapat memperlancar arus kendaraan bermotor. b. penggunan moda transportasi yang berpihak kepad umum dan ramah lingkungan, seperti kereta ringan listrik (KRL) yang dapat mengurangi mobilitas kendaraan pribadi. c. penggunnaan kendaraan motor yang ramah lingkungan, seperti mobil listrik, mobil hidrogen.


II. PENUTUP

KESIMPULAN


KESIMPULAN Fluktuasi unsur meteorologi dan konsentrasi polutan di udara ambien terlihat dengan jelas dalam skala data 30 menit. Pengaruh masing-masing unsur meteorologi terhadap polutan berbeda untuk masing-masing polutan dan bergantung pula pada kondisi setempat. Di Kota Bandung, hasil analisis menunjukkan unsur radiasi berkorelasi negatif terhadap CO, NO2, NOx, dan PM10, tetapi berkorelasi positif dengan fluktuasi O3. Unsur suhu udara dan kecepatan angin mengikuti pola radiasi sehingga relatif sama pengaruhnya terhadap unsur-unsur tersebut di atas. Sedangkan unsur kelembaban pada beberapa unsur polutan menunjukkan korelasi positif. Penurunan kelembaban setelah terjadinya kelembaban maksimum menyebabkan penurunan konsentrasi polutan di udara, kecuali untuk O3.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawati, I. D. (2017). Indikator Pencemaran Udara Berdasarkan Jumlah Kendaraan dan Kondisi Iklim (Studi di Wilayah Terminal Mangkang dan Terminal Penggaron Semarang) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).

Kusminingrum, N., & Gunawan, G. (2008). Polusi udara akibat aktivitas kendaraan bermotor di jalan perkotaan Pulau Jawa dan Bali. Jurnal, Jakarta, Puslitbang Jalan dan Jembatan.

Kwanda, T. (2003). Pembangunan permukiman yang berkelanjutan untuk mengurangi polusi udara. DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), 31(1).

Pujiastuti, P. (2013). Karakteristik Anorganik PM10 di Udara Ambien terhadap Mortalitas dan Morbiditas pada Kawasan Industri di Kota Bandung. Reka Lingkungan, 1(1).

Turyanti, A., & Santikayasa, I. P. (2006). Analisis Pola Unsur Meteorologi dan Konsentrasi Polutan di Udara Ambien Studi Kasus: Jakarta dan Bandung (Analysis Of Pattern Of Meteorology Variable And Ambient Polutant Concentration Case Study: Bandung And Jakarta). Jurnal Agromet Indonesia, 20(2).



1 komentar:

  1. @Q03_ika

    Bagaimana cara menagulangi pencemaran udara di kota bandung? Bagaimana dampak pencemaran udara pada masyarakat Bandung?

    Terimakasih

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.