Abstrak
Green Chemistry adalah penerapan prinsip
penghilangan dan pengurangan senyawa
berbahaya dalam desain, pembuatan dan
aplikasi dari produk kimia. Aspek Green Chemistry adalah
meminimalisasi zat berbahaya, penggunaan
katalis reaksi dan proses kimia, penggunaan reagen
yang tidak beracun, penggunaan sumber daya
yang dapat diperbaharui, peningkatan efisiensi atom,
penggunaan pelarut yang ramah lingkungan
dan dapat didaur ulang. Green Chemistry bertujuan
mengembangkan proses kimia dan produk kimia
yang ramah lingkungan dan sesuai dengan
pembangunan berkelanjutan.
Kata Kunci : Pemanfaatan sumber daya alam
yang dapat diperbaharui
I.
Pendahuluan
Green chemistry merupakan kajian di bidang
kimia yang relatif baru yang memfokuskan
kajiannya pada penerapan sejumlah prinsip
kimia dalam merancang menggunakan atau
memproduksi bahan kimia untuk mengurangi
pemakaian atau produksi bahan berbahaya yang
dapat mengganggu kesehatan mahluk hidup dan
pelestarian lingkungan. Kajian green chemistry
ini mencakup konsep dan pendekatan yang
efektif untuk mencegah pencemaran lingkungan
yang diakibatkan oleh proses dan produk
bahan kimia beracun dan berbahaya, karena
penerapan metode pemacahan masalah secara
inovatif terhadap masalah lingkungan. Mengingat
pentingnya green chemistry sebagai
pendekatan untuk pencegahan pencemaran akibat bahanbahan kimia yang dapat
merusak lingkungan.
II.
Permasalahan
Penggunaan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui pada kehidupan sehari-hari
III.
Pembahasan
Penggunaan bahan baku (bahan dasar atau
bahan mentah) terbaharukan: Apabila
secara teknis dan ekonomi memungkinkan, maka sebaliknya menggunakan bahan -
bahan baku yang terbaharukan. FSE (2015) mengemukakan, bahwa sekitar 90-95
persen produk yang kita gunakan dalam kehidupan sehari - hari bersumber dari
minyak bumi. Ketergantungan manusia terhadap minyak bumi bukan hanya menyangkut
transportasi dan energi, tetapi juga dalam pembuatan berbagai produk. Prinsip
Kimia Hijau yang ketujuh ini bertujuan untuk menggeser ketergantungan pada minyak
bumi, sekaligus membuat produk dari bahan terbarukan yang dapat dibudidayakan
dan dipanen secara local. Penggunaan bahan baku yang dapat diperbarui lebih
disarankan daripada menggunakan bahan baku yang tak terbarukan didasarkan pada
alasan ekonomi.
Bahan baku terbarukan biasanya berasal dari
produk pertanian atau hasil alam, sedangkan bahan baku tak terbarukan berasal
dari bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, batu bara, dan bahan
tambang lainnya. Setiap hari, kita banyak menggunakan hasil olahan sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui Saat pergi ke berbagai tempat, teman-teman
pasti menggunakan alat transportasi, baik berupa mobil, motor, atau alat
transportasi lainnya. Agar alat tranformasi gunakan bisa berjalan dan
mengantarkan ke tempat tujuan, maka memerlukan bahan bakar, bisa berupa bensin,
solar, maupun jenis bahan bakar lainnya. Bahan bakar tersebut adalah olahan
dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Minyak bumi tersebut berasal dari
mikroplankton di perairan yang mati. Kemudian tenggelam dan mengendap di dasar
laut yang kemudian bercampur dengan lumpur yang disebut lumpur supropelium. Hasil
endapan ditambah dengan berbagai bahan dan proses lainnya yang membutuhkan
waktu hingga jutaan tahun kemudian diolah hingga menghasilkan berbagai bahan
bakar yang bisa digunakan setiap hari.
Sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui selanjutnya adalah batu bara yang juga digunakan menjadi bahan
bakar beberapa kendaraan, seperti kereta api. Selain itu, batu bara juga digunakan
untuk bahan-bahan tambahan beberapa produk, misalnya cat pupuk, hingga bahan
peledak. Batu bara terbentuk dari endapan atau sedimentasi tumbuh-tumbuhan yang
tertimbun di tanah selama jutaan tahun
Berbagai jenis logam juga termasuk sebagai
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, contohnya adalah besi, timah,
mangan, alumunium, tembaga, yang digunakan dalam berbagai kebutuhan
sehari-hari. Saat ini, banyak terdapat energi alternatif yang bisa digunakana
sehari-hari, misalnya mobil yang tidak lagi menggunakan bahan bakar berupa
bensin, tapi menggunakan tenaga matahari yang dapat diisi ulang.
Ternyata penggantian bahan bakar ke bahan
alternatif ini ada tujuannya, yaitu membatasi penggunaan sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui yang ada di Bumi. Penggunaan berbagai SDA yang tidak
dapat diperbaharui harus dibatasi agar saat sumber daya alam tersebut sudah
habis, maka kita tidak lagi kebingungan mencari alternatif pengganti dari
bahan-bahan yang biasa kita gunakan. Cara hemat listrik atau mengurangi
pemakaian transportasi pribadi jika pergi ke tempat yang bisa dijangkau dengan
berjalan kaki atau kendaraan umum.Hal tersebut bisa mengurangi penggunaan
minyak bumi yang jumlahnya semakin menipis jika terus menerus digunakan.
IV.
Kesimpulan
Kimia hijau menghasilkan produk dengan
tingkat toksisitas serendah mungkin dan kalua bias nol (zero) dengan
memperhatikan zecara seksama setiap langkah (proses) selama kegiatan produksi
berlangsung. Dengan membatasi kemungkinan adanya bahaya dari setiap proses, maka
resiko yang timbul dapat dikurangi dan diantisipasi
Daftar Pustaka:
Hidayat, A A., Kholil Muhammad. 2018. Kimia
dan Pengetahuan Lingkaran Industri. Yogyakarta: Penerbit Wahana Resolusi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.