Abstrak
:
Kimia hijau sangat efektif karena mengaplikasikan solusi
saintifik yang inovatif bagi situasi lingkungan dunia. Karena saat ini tuntutan
sebagian besar umat manusia ialah untuk menjalani kehidupan yang lebih
sejahtera yang makin memacu pengembangan teknologi dan industri yang mumpuni.
Pendahuluan
:
Ilmu kimia dapat memainkan peran penting untuk mencapai
peradaban yang berkelanjutan di Palnet Bumi (Collins 2001). Kemudian kimia
hijau berlaku untuk seluruh siklus hidup produk kimia, termasuk desain,
manufaktur, penggunaan, dan pembuangan akhir. Kimia Hijau dikenal juga sebagai
Kimia Berkelanjutan. Dengan berupaya membuat langkah – langkah kreatif dan
inovatif beragam proses kimia baik menggeser, menambah, mengurangi, dan
memperbaharui proses kimia tradisional maupun konvensional menjadi ramah
lingkungan dengan tetap mengedepankan prinsip optimasi dalam proses produksi.
Pembahasan
:
Menurut EPA (2015), Kimia Hijau berupaya mengurangi beragam
sumber polusi, yaitu dengan cara meminimalkan bahkan menghilangkan bahaya dari
bahan baku kimia, reagen, pelarut dan produk. Kemudian ahli kimia Amerika
Serikat, Paul Anastas dari United States Environmental Protection Agency dan
John C. Warner mengembangkan 12 prinsip kimia hijau yang berfungsi sebagai
panduan pengaplikasian kimia hijau dalam tindakan nyata. 12 Prinsip Kimia Hijau
tersebut diantaranya :
1.
Mencegah
limbah, mendesain sintesa kimiawi untuk mencegah limbah, tak meninggalkan
limbah untuk ditindaklanjuti atau dibersihkan.
2.
Mendesain
zat kimiawi dan produk kimiawi yang aman, mendesain sintesa untuk digunakan dan
menghasilkan zat kimia yang tidak atau hanya sedikit menjadi racun bagi manusia
dan lingkungannya.
3.
Mendesain
sintesa kimia yang tidak terlalu berbahaya, mendesain sintesa untuk digunakan
dan menghasilkan zat kimia yang tidak atau hanya sedikit menjadi racun bagi manusia
dan lingkungannya
4.
Menggunakan
bahan baku yang bisa diperbarui, menggunakan material dan bahan baku yang bisa
diperbarui dari pada yang tidak bisa diperbarui. Bahan baku yang bisa
diperbarui biasanya dibuat dari produk agrikultur atau merupakan limbah dari
proses, sedangkan bahan baku yang tidak bisa diperbarui berasal dari fossil
atau merupakan hasil tambang.
5.
Menggunakan
pengkatalis, bukan bahan reaksi stoikometri, meminimalkan limbah dengan reaksi
katalik. Pengkatalis digunakan dalam jumlah kecil dan membawa sebuah reaksi
tunggal kecil secara berulang beberapa kali. Pengkatalisi diutamakan
dibandungkan dengan bahan reaksi stoikometri yang digunakan secara berlebih dan
hanya bekerja sekali.
6.
Menghindari
turunan kimiawi, menghindari penggunaan grup penghambat atau pelindung atau
perubahan sementara jika memungkinkan. Turunan menggunakan bahan reaksi
tambahan dan menghasilkan limbah.
7.
Memaksimalkan
ekonomi atom, mendesain sintesa agar produk akhir mengandung proporsi maksimum
dari materi awal yang digunakan. Kalau ada atom yang terbuang, sebaiknya hanya
sedikit.
8.
Gunakan
pelarut dan kondisi reaksi yang aman, hindari penggunaan pelaruut, agen
pemisahan, atau pelengkap kimia lain. Jika penting, gunakan zat kimia yang
tidak berbahaya.
9.
Tingkatkan
efisiensi energi, jalankan reaksi kimia pada suhu dan tekanan yang sesuai
dengan lingkungan kapan pun bisa.
10.
Mendesain
zat kimia dan produk yang dapat terurai setelah digunakan, mendesain produk
kimiawi yang terurai ke dalam zat yang tidak berbahaya setelah digunakan supaya
tidak terakumulasi dalm lingkungan.
11.
Menganalisa
dalam waktu sesungguhnya untuk mencegah polusi, melakukan pemantauan dan
pengontrolan waktu sesunggunya selama sintesa berlangsung untuk meminimalkan atau
menghilangkan pembentukan limbah.
12.
Meminimalkan
potensi terjadinya kecelakaan, mendesain zat kimia dan bentuknya untuk
meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan kimiawi termasuk ledakan, kebakaran,
dan pelepasan ke dalam lingkungan.
Setelah mengetahui beberapa prinsip dasar kimia hiaju,
selanjutnya dapat diterapkan dalam dunia industri yang berkonsep green
industry. Berbagai program terus dikembangkan untuk mendukung terwujudnya
industri hijau, diantaranya :
1. Menyusun rencana induk pengembangan industri
hijau.
2. Konservasi energi dan pengurangan emisi CO2
di sektor industri.
3. Penggunaan mesin ramah lingkungan.
4. Menyiapkan standar
industri hijau.
5. Menyiapkan lembaga
sertifikasi industri hijau.
6. Menyiapkan insentif
bagi industri hijau.
7. Penerapan produksi
bersih.
8. Penyusunan katalog material input ramah
lingkungan
Kesimpulan
:
Dalam sebuah industri, tentunya menghasilkan limbah. Limbah
ini harus diolah sebelum dibuang. Dikutip dari Dina Mustafa, Industri kimia,
khususnya Kimia Hijau dapat menawarkan solusi yang kredibel untuk masalah
pengolahan limbah pada kota cerdas. Seperti untuk pengelolaan limbah padat juga
dapat diterapkan pemisahan limbah (waste segregation),yaitu dengan penyediaan
empat kantong pembuangan sampah untuk jenis limbah organik, kaca atau keramik,
kertas dan plastik yang akan mempermudah pengumpul limbah untuk mentransfer
sampah ke tempat daur ulang.
Daftar
Pustaka :
Hidayat, A
A; Kholil, Muhammad. 2018. Kimia dan Pengetahuan Ingkungan Industri - Penerbit
Wahana Revolusi. Yogyakarta.
Atmojo,
Susilo Tri. 2018. Green Chemistry (Kimia Hijau). Dalam http://chemistry35.blogspot.com/2011/06/green-chemistry.html
GrĂ¼n,
Gianna. 2013. Kimia Hijau Makin Ngetrend. Dalam https://www.dw.com/id/kimia-hijau-makin-ngetren/a-16929898
Anonim.
2017. 12 Prinsip – Prinsip Green Chemistry Untuk Mencegah Pencemaran Lingkungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.