Termodinamika II
Oleh : @Kel-P08,
Hana Muyesca (@P10-HANA), Gayatri Wahyu Andini (@P13-GAYATRI)
Kata
Kunci : Hukum termodinamika II, entropi, energi bebas
I.
Pendahuluan
Formulasi
Kelvin-Planck atau hukum termodinamika kedua menyebutkan bahwa adalah tidak mungkin untuk membuat
sebuah mesin kalor yang bekerja
dalam suatu siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari
suatu reservoir pada suhu
tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik. Hukum kedua termodinamika mengatakan
bahwa aliran kalor memiliki arah; dengan kata lain, tidak semua proses di alam
semesta adalah reversible (dapat
dibalikkan arahnya). Sebagai contoh jika seekor beruang kutub tertidur di
atas salju, maka salju di bawah tubuh nya akan mencair karena kalor dari tubuh beruang tersebut.
Akan tetapi beruang tersebut tidak dapat mengambil kalor dari salju tersebut
untuk menghangatkan tubuhnya. Dengan demikian, aliran energi kalor memiliki
arah, yaitu dari panas ke dingin. Satu aplikasi penting dari hukum kedua adalah
studi tentang mesin kalor.
II.
Pembahasan
Entropi
Entropi adalah fungsi keadaan,
dan merupakan kriteria yang menentukan apakah suatu keadaan dapat dicapai
dengan spontan dari keadaan lain. (Taro Saito, Kimia Anorganik 1 hal. 42)
Entropi merupakan besaran
termodinamika yang menyatakan derajat ketidakteraturan partikel. Jika sistem
kemasukan kalor, maka entropi bertambah., dan sebaliknya jika kalor keluar maka
entropi berkurang. Menentukan entropi (S) suatu sistem tidak mudah karena
menyangkut energi yang di kandungnya. Akan tetapi besarnya perbahan entropi (DS)
dalam suatu peristiwa dapat di hitung dari besarnya kalor yang masuk atau yang
keluar. Kalor dapat menambah ketidakteraturan (entropi) partikel sistem, tetapi
perubahan itu tidak linier, dan bergantung pada suhu sistem. Seperti
energi dalam (U) dan entalpi (H), Entropi adalah besaran termodinamika yang
nilainya tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir dan tidak di pengaruhi
oleh jalan yang di tempuh. Oleh sebab itu, ΔS proses reversibel sama
dengan irreversibel walaupun kalor yang di serap tidak sama.
qir = ΔU + P (V2 –
V1)
Perubahan
entropi suatu proses di hitung dari qr dan bukan dari qir, baik
prosesnya reversibel maupun irreversibel.
ΔS
= qr/T
Karena qr lebih
besar dari qir maka dalam proses irreversibel :
ΔS
> qir/T
(syukri,
Kimia Dasar 1. Hal 99-100)
Hukum
ke-2 termodinamika menyatakan bahwa entropi, S, sistem yang terisolasi dalam
proses spontan meningkat. Dinyatakan secara matematis
ΔS >
0 (Taro Saito, Kimia Anorganik 1 hal. 43)
ΔS >
0, prosesnya irreversibel = spontan
ΔS =
0, prosesnya reversibel = kesetimbangan
ΔS ≥
0, prosesnya alami yakni irreversibel atau reversibel = tidak spontan.
Jika
suhu di turunkan terus menerus,mengakibatkan entropi makin lama makin mengecil.
Dalam dunia keilmuan, suhu terendah adalah 0 K sehingga di asumsikanpada suhu
ini zat murni tersusun paling teratur. Berdasarkan asumsi itu, di sepakati
suatu perjanjian yang di sebut hukum ketiga termodinamika. Berdasarkan hukum
ini di lakukan pengukuran dan perhitungan kalor yang di serap suatu zat murni
dari suhu 0 K sampai suhu tertentu. Akhirnya di hitung entropi zat tersebut
pada suhu 250 C dan tekanan 1 atm yang di sebut entropi standar. Dengan
adanya entropi standar, dapat di hitung nilai dari ΔSsebuah reaksi
anorganik.
ΔS = Σ entropi produk
– Σ entropi reaktan
Ada
sistem menerima kalor dari lingkungan Sistem & lingkungan tersebut berada
dalam sistem yang lebih besar yg terisolasi
∆S = ∫ f dqrev i T
∆Stotal = ∆Ssis + ∆Slingk > 0
dq = CdT
Contoh :
1 g es 0oC dimasukkan ke dalam 4 g air 10oC.
Diketahui Cair = 1kal/goC dan kalor lebur es = 80 kal/g. Apakah proses
peleburan spontan ?
Jawab:
Q
dilepaskan pada pendinginan air = 4 g x 1 kal/g oC x 10 oC = 40 kal
Jumlah
es yang melebur dengan 40 kal = 40 kal x 1g / 80 kal = 0,5 g
∆Ses
= 0,5 x 80 / 273 = 0,1465 kal/K
∆
Sair = ∫C dT/T = -C ln 283/273 = - 0,1439 kal/K
∆
Stotal = ∆ Ses + ∆ Sair = 0,0026 kal/K = 0,0109 J/K
∆
Stotal > 0 proses peleburan es spontan
∆Ssis
untuk proses isotermal ∆S = = dqrev = ∫ f dqrev i T
∫
f i 1T qrev T Transisi fasa ∆Sfus = = qrev ∆Hfus Tf Tf
Energi Bebas Gibbs Standar (ΔG°)
Energi bebas Gibbs dilambangkan dengan ΔG digunakan untuk memprediksi
apakah suatu reaksi dapat berjalan atau tidak (spontan atau tidak). Ada
beberapa hal yang perlu kita pelajari dan akan dijelaskan pada penjelasan di
bawah ini :
Menghitung ΔG°
Untuk menghitung energi bebas Gibbs standar, dapat kita gunakan rumus di bawah ini :
ΔG° = ΔH° - TΔS°
Mudah kan. Dengan ΔH° adalah perubahan entalpi, T dalah suhu (kelvin) dan ΔS° adalah perubahan entropi. Jika semua data rumus diatas diketahui, maka tentu kita dapat dengan mudah mencarinya harga ΔG° bukan!
Namun harus kalian ingat adalah perubahan entropi biasanya dihitung dalam satuan energi joule sedangkan energi bebeas Gibbs dan perubahan entalpi dihitung dalam Kj. Agar tidak terjadi kesalahan jangan lupa mengubah satuan entropi dari joule menjadi kJ ya!
Contoh Soal :
Perhatikan reaksi pembakaran metana berikut ini :
CH4(g) + O2(g) ==> CO2(g) + 2H2O(l)
Jika diketahui harga perubahan entropinya adalah – 242,2 J/K mol dan perubahan entalpinya – 890,4 kJ/mol, hitunglah harga perubahan energi bebas gibs standar pada suhu 25 degC?
Pembahasan :
Langkah pertama yang akan kita lakukan adalah mengubah satuan perubahan entropi dari J ke kJ.
1 kJ = 1000 j
ΔS° = - 242,2 J/K mol = - 242,2/1000 kJ/ K mol = - 0,2422 kJ/mol K
Menghitung ΔG°
Untuk menghitung energi bebas Gibbs standar, dapat kita gunakan rumus di bawah ini :
ΔG° = ΔH° - TΔS°
Mudah kan. Dengan ΔH° adalah perubahan entalpi, T dalah suhu (kelvin) dan ΔS° adalah perubahan entropi. Jika semua data rumus diatas diketahui, maka tentu kita dapat dengan mudah mencarinya harga ΔG° bukan!
Namun harus kalian ingat adalah perubahan entropi biasanya dihitung dalam satuan energi joule sedangkan energi bebeas Gibbs dan perubahan entalpi dihitung dalam Kj. Agar tidak terjadi kesalahan jangan lupa mengubah satuan entropi dari joule menjadi kJ ya!
Contoh Soal :
Perhatikan reaksi pembakaran metana berikut ini :
CH4(g) + O2(g) ==> CO2(g) + 2H2O(l)
Jika diketahui harga perubahan entropinya adalah – 242,2 J/K mol dan perubahan entalpinya – 890,4 kJ/mol, hitunglah harga perubahan energi bebas gibs standar pada suhu 25 degC?
Pembahasan :
Langkah pertama yang akan kita lakukan adalah mengubah satuan perubahan entropi dari J ke kJ.
1 kJ = 1000 j
ΔS° = - 242,2 J/K mol = - 242,2/1000 kJ/ K mol = - 0,2422 kJ/mol K
Energi Gibbs dan Perubahan
Spontan
Kespontanan reaksi secara
langsung, fungsi termodinamika baru yang disebut energi bebas Gibbs (G)
digunakan dimana
G = H –
TS.................................................................................... (2)
Semua besaran dalam
persamaan merujuk ke sistem dan T merupakan suhu sistem. G merupakan
fungsi keadaan :
ΔG = ΔH - T
ΔS------------------------------------------------------------ (3)
Kondisi kespontanan dan
kesetimbangan pada suhu dan tekanan tetap dapat disimpulkan berdasarkan ΔG
sebagai berikut:
ΔG < 0 reaksi spontan
ΔG > 0 reaksi tidak spontan
(reaksi spontan dalam arah yang berlawanan)
ΔG = 0 sistem berada pada
kesetimbangan
Perubahan Energi
Gibbs Standar
Pada penelitian, potensial sel
diukur digunakan untuk menghitung perubahan entalpi dan perubahan entropi.
Perubahan energi bebas gibbs standar dinyatakan :
ΔGo = - nFEosel-------------------------------------------------------------------------------------------------------- (4)
Selanjutnya,
dapat dihubungkan dengan tetapan kesetimbangan K dari reaksi redoks. Hubungn
antara ΔG dengan ΔGo ditulis:
ΔG = ΔGo +
RT ln
Q.................................................................... (5)
dengan
R merupakan tetapan gas (8,314 J.K-1mol-1), T adalah tetapan suhu mutlak
reaksi. Jika ΔG bernilai negatif (-) berarti reaksi berlangsung
secara spontan, tetapi jika ΔG bernilai positif (+) berarti reaksi
berlangsung tidak spontan. Pada saat setimbang adalah ΔG = 0 dan Q =
K , dengan K adalah tatpan kesetimbangan maka,
ΔGo =
-RT ln K------------------------------------------------------------- (6)
Sari
persamaan (4) disubtitusikan ke persamaan (6) maka diperoleh :
-nFEosel =
- RT ln K---------------------------------------------- (7)
Berdasarkan
proses yang akan dilewati tentunya terjadi reaksi kimia yang melibatkan
berbagai macam reaksi. Salah satu diantaranya adalah reaksi yang berkaitan
dengan perubahan bilangan oksidasi dari atom-atom sebelum dan sesudah reaksi,
redoks ( reduksi-oksidasi). Reduksi adalah penerimaan elektron atau penurunan
bilangan oksidasi, sedangkan Oksidasi adalah pelepasan elektron atau
peningkatan bilangan oksidasi.
Rangkaian
sel elektrokimia pertama kali dipelajari oleh LUIGI GALVANI (1780)
danALESSANDRO VOLTA (1800). Sehingga disebut sel Galvani atau sel Volta.
Keduanya menemukan adanya pembentukan energi dari reaksi kimia tersebut. Energi
yang dihasilkan dari reaksi kimia sel Volta berupa energi listrik berikut
ilustrasinya,
Notasi
sel untuk sel volta, penulisannya adalah:
anoda
|| katoda atau zat yang teroksidasi || zat yang tereduksi
Seperti
pada contoh diatas, berarti notasi selnya adalah:
Zn
| Zn2+ || Cu2+ | Cu, Esel= 1,1 volt
Sel
Volta terdiri atas elektroda (logam seng dan tembaga) larutan elektrolit (ZnSO4
dan CuSO4), dan jembatan garam (agar-agar yang mengandung KCl). Logam seng dan
tembaga bertindak sebagai elektroda. Keduanya dihubungkan melalui sebuah
voltmeter. Elektroda tempat berlangsungnya oksidasi disebut Anoda (elektroda
negatif), sedangkan elektroda tempat berlangsungnya reduksi disebut Katoda
(elektroda positif).
Berdasarkan
percobaan dengan rumus perhitungan beserta ilustrasi gambar yang ditunjukkan
dapat dugunakan segaai penentu entalpi dan energi bebas gibbs.
Daftar Pustaka :
Saito, Taro.1996. Kimia
Anorganik 1. Tokyo : Penerbit Iwanami Shoten
Syukri. 1999. Kimia
Dasar 1. Bandung : Penerbit ITB
Vernandes, Adrian. 2017.
Dalam https://www.avkimia.com/2017/06/konsep-energi-bebas-gibbs-dan-hubungannya-dengan-kespontanan-reaksi.html
Siami, L.N. 2017. Dalam http://chemistryb15.blogspot.com/2017/06/elektrokimia-energi-bebas-gibbs.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.